Jumat, 29 Desember 2017

KEIKHLASAN SEORANG IBU

KETIKA matahari terbit denagn sinarnya yang sangat menyilaukan mataku di pagi hari. Ketika itu mendengar suara gesekan sendok dan wajan beradu. Ku langkahkan kaki dimana sumber suara tersebut, ternyata ada seorang wanita yang sangat ku kenal, sedang sibuk dengan kegiatan masak memasaknya. Dengan tangan yang kini mulai kelihatan kasar hanya untuk membuat sarapan keluarga kecilnya.
Ku hirup nafas dalam-dalam, ku perhatikan wanita tersebut yang tak lain adalah ibu yang sangat kusayangi yang telah mengorbankan waktunya hanya untuk keperluan sang buah hati. Mulai dari dari membangunkan, memasak, mencuci,dan ketika aku sakit engkau juga rela menemani dan merawatku sehingga engkau tidak menghiraukan waktu tidurmu yang telah  kusita.
Belaian tanganmu yang tak lagi semulus dulu, bagi ku bagiku belaian mu adalah obat untukku. Pernah aku berfikir bagai mana kau bisa sesanggup itu melakukan semua untuk ku padahal aku selalu merepotkan mu dari aku belum terlahir di dunia. Ketika aku di dalam kandungan mu aku tahu sulit bagimu untuk melakukan aktifas, beratku pun bertambah dan kau pun semakin sulit.
Waktu terus berputar kini aku akan lahir di dunia, aku mendengar suara jeritanmu, yang aku tahu jeritan itu pelampiasan untuk menahan rasa sakitmu. Kini aku berada di dunia, kerepotan mu semakin bertambah. Aku tidak pandai dengan segala hal yang, aku pandai hanya menagis dan ketika tengah malam kau mendengar suara tangisan ku dengan segera kau bangun dari tidurmu. Kau raih aku kau dekap aku di pelukan mu sehingga aku bisa merasakan detak jantungmu.
Keesokan paginya kau sedng asik membersihkan rumah ternyata aku membuat ulah lagi. Aku menagis dan kau tingalkan pekerjaan mu dan kau berlari mengejar ku.
Aku tahu kau sangat lelah dengan semua ini namun kau tak pernah menujukkannya padaku kau berjuang untuk kebahagianku semata hingga kelak aku menjadi orang yang berguna. Taguran halusmu ketika aku bersalah, membuatku yakin bahwa kau sangat menyayangiku. Kau mampu menjaga perasaanku, agar aku tidak tersinggung tapi aku sering menyinggung perasaan mu. Kau jaga tak marah, kau selalu menasehatiku dengn caramu yang membuatku semakin kagum padamu.
kasih sayangmu bak sutera, cintamu yang seluas lautan pengorbananmu tidak akan pernah pudar begitu saja dari memory ku. Dari matamu yang indah memperlihatkan keiklasan  dalam pengorbananmu. Ucapan terima kasih ku pun tidak akan cukup buatmu ibu tidak sebanding dengan pengorbananmu.

Aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu di dalam doaku tak pernah lupa ku sebut namamu agar ALLAH SWT selalu melindungimu dan memberikan tempat yang layak bagimu di akhirat nanti. AAMIIN. (tulisan Fitri Hidayanti Hasibuan, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sumut)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar