KETIKA matahari terbit denagn sinarnya yang sangat menyilaukan
mataku di pagi hari. Ketika
itu mendengar suara gesekan sendok dan wajan
beradu. Ku langkahkan kaki dimana sumber suara tersebut, ternyata ada seorang wanita yang sangat ku
kenal, sedang sibuk dengan kegiatan masak memasaknya. Dengan tangan
yang kini mulai kelihatan kasar hanya untuk membuat sarapan keluarga kecilnya.
Ku hirup nafas dalam-dalam, ku
perhatikan wanita tersebut yang tak lain adalah ibu yang sangat kusayangi yang
telah mengorbankan waktunya hanya untuk keperluan sang buah hati. Mulai
dari dari membangunkan, memasak, mencuci,dan ketika aku sakit engkau juga rela
menemani dan merawatku sehingga engkau tidak menghiraukan waktu tidurmu yang
telah kusita.
Belaian tanganmu yang tak lagi semulus dulu, bagi ku bagiku belaian mu adalah obat untukku. Pernah aku berfikir bagai mana kau bisa
sesanggup itu melakukan semua untuk ku padahal aku selalu merepotkan mu dari
aku belum terlahir di dunia. Ketika
aku di dalam kandungan mu aku tahu sulit bagimu untuk melakukan aktifas,
beratku pun bertambah dan kau pun semakin sulit.
Waktu terus berputar kini aku akan lahir di dunia, aku mendengar suara
jeritanmu, yang aku tahu jeritan itu
pelampiasan untuk menahan rasa sakitmu. Kini aku berada di dunia, kerepotan mu semakin bertambah. Aku tidak pandai dengan segala hal yang, aku pandai hanya menagis dan ketika tengah malam
kau mendengar suara tangisan ku dengan
segera kau bangun dari tidurmu. Kau raih aku kau dekap aku di pelukan mu
sehingga aku bisa merasakan detak jantungmu.
Keesokan paginya kau sedng asik membersihkan
rumah ternyata aku membuat ulah lagi. Aku
menagis dan kau tingalkan pekerjaan mu dan kau berlari mengejar ku.
Aku tahu kau sangat lelah dengan semua ini namun kau tak pernah
menujukkannya padaku kau berjuang untuk kebahagianku semata hingga kelak aku
menjadi orang yang berguna. Taguran
halusmu ketika aku bersalah,
membuatku yakin bahwa kau sangat menyayangiku. Kau mampu menjaga perasaanku, agar aku tidak
tersinggung tapi aku sering menyinggung perasaan mu. Kau jaga
tak marah, kau
selalu menasehatiku dengn caramu yang membuatku semakin kagum padamu.
kasih sayangmu bak sutera, cintamu
yang seluas lautan pengorbananmu tidak akan pernah pudar begitu saja dari
memory ku. Dari matamu yang indah
memperlihatkan keiklasan dalam
pengorbananmu. Ucapan
terima kasih ku pun tidak akan cukup buatmu ibu tidak sebanding dengan
pengorbananmu.
Aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu di dalam
doaku tak pernah lupa ku sebut namamu agar ALLAH SWT selalu melindungimu dan memberikan tempat yang
layak bagimu di akhirat nanti. AAMIIN. (tulisan Fitri Hidayanti Hasibuan, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sumut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar