Saat berselancar di dunia internet, tak sengaja coba searching tentang
usia 40 tahun. Hanya dalam hitungan detik, muncul sejumlah atikel yang membahas
usia 40 tahun dari berbagai persektif dan kajian.
Salah satu artikel yang sengaja saya baca memulai tulisannya dengan ini : “Apa
rahasia umur 40 tahun menurut Islam? Apa makna di balik usia 40 tahun? Apakah
rahasia ini hanya berlaku untuk pria yang berumur 40 tahun saja ataukah juga
berlaku untuk para wanita”?
Membaca cuplikan tulisan ini, dalam hati saya berkata “Apa rahasia umur
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang ke 45 tahun? Apa makna umur 45 tahun bagi
pengurus, kader dan umat Islam? Dan apakah di umur yang ke 45 tahun memiliki
makna dan spirit?
Kalau mengacu pada tagline yang dikeluarkan Pengurus Pusat PPP, secara
sederhana usia ke 45 tahun ini dimaknakan sebagai langkah konsolidatif bagi
pengurus, kader dan simpatisan PPP termasuk umat Islam Indonesia, agar
merapatkan shof (barisan) dalam rangka membangun Indonesia yang lebih baik.
Inilah pemahaman yang saya maknakan dengan tagline “Mari Bersatu Membangun
Indonesia”. Jika menggunakan kaidah ushul fiqh yakni mafhum mukholafah (makna
terbaliknya), secara tegas menunjukkan bahwa selama 45 tahun PPP berkiprah di
Indonesia, masih terus berusaha mempersatukan seluruh kekuatan umat Islam dalam
satu dalam memaknai siyasah bidang politik.
Kenapa siyasah politik, karena memang selama ini bangsa ini belum pernah
terjadi umat Islam Indonesia satu komando, satu suara dalam berpolitik. Pada awal-awal
bangsa ini menggelar suksesi politik, umat Islam terkelompok dalam beberapa
faksi.
Ada faksi Nahdlatul Ulama, Persatuan Tarbiyah Indonesia, Masyumi, Sarikat
Islam dan lainnya. Kondisi itu terjadi selama orde lama dan orde baru. Bahkan
siatusi yang lebih parah terjadi ketika bangsa ini menghirup udara reformasi.
Setiap orang yang merasa kapasitas untuk memimpin partai politik.
Hingga akhirnya, dengan alasan karena ketidaksepahaman lahirlah
partai-partai berazaskan Islam atau bernuansa Islam. Seperti Partai Keadilan
(PK) yang kemudian bermetamorfosa menjadi Partai keadilan Sejahtera (PKS). Ada Partai
Amanat Nasional (PAN), ada juga Partai Bintang Reformasi (PBR), ada Partai
Nahdlatul Ulama dan lain-lainnya.
Padahal sebelum era reformasi, bebarapa partai politik Islam telah berfusi
dengan membentuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP). PPP yang didirikan para
ulama ini, diharapkan menjadi poros umat Islam dalam menjalankan siyasah
politik.
Fakta inilah yang kemudian menjelaskan bahwa PPP sampai saat ini belum
mampu mempersatukan umat Islam dalam satu wadah partai politik. Padahal
berbagai upaya sudah dilakukan, mulai dari memperjuangkan hukum Islam di
kodifikasi menjadi hukum nasional dan langkah-langkah politik lainnya.
Oleh karena itu menurut saya di usia 45 tahun, PPP membangun komitmen untuk
terus mempersatukan kekuatan umat Islam dalam siyasah dan politik dengan
mengusung tagline “Mari Bersatu Membangun Indonesia”.
Dari sisi pilihan prasa, “Mari” berarti sebauh ajakan yang ditujukan secara
umum atau siapapun. “Bersatu” berarti berkumpulnya atau menyatunya sejumlah faksi
dalam satu maqom /tempat. “Membangun” kata yang menunjukkan arti cara menyusun
atau susunan yang merupakan suatu wujud dari asal kata bangunan. Atau juga
bermakna mendirikan atau dalam kata sifat memperbaiki. Sementara “Indonesia”
adalah nama negara kepulauan di Asia Tenggara yang terletak di antara benua
Asia dan benua Australia. Secara sederhana menurut pemahaman saya, tagline ini
merupakan ajakan kepada seluruh masyarakat agar bersatu untuk membangun
Indonesia yang lebih baik bersama PPP.
Hal yang mungkin perlu dipertanyakan secara khusus ditujukan kepada seluruh
pengurus dan kader PPP, sudahkah niat mulia ini menjadi konsep bersama. Jangan-jangan,
konsep ini hanya milik pengurus pusat saja dan jika itu faktanya, jelaskan
bahwa niat tersebut akan sangat sulit direalisasikan. Sebab, di jajaran DWP,
DPC, PAC hingga Ranting, konsep ini masing mengawang-awang alias tidak membumi.
Untuk itu pula, pengurus pusat PPP berkepentingan mensosialisasikan niat
tersebut kepada seluruh jajarannya.
Apalagi kalau kemudian dihubungkan dengan agenda nasional sukses politik alias
pemilu yang akan digelar pada medio 2019 mendatang. Adalah mustahil bagi PPP untuk
membangun Indonesia kearah yang lebih baik bersama-sama umat Islam, jikalau
tidak memenangkan kontestasi pemilu.
Untuk memenangkan kontestasi pemillu 2019, PPP yang saat ini dihajar babak
belur, sehingga untuk berdiri tegakpun gamang, merupakan misi impossible. Selama
tiga tahun lebih hubar-habir oleh perseteruan internal, membuat PPP kehilangan
kekuatan. Ditambah lagi, gempuran opini yang dibangun di tengah-tengah masyarakat
–baik yang tidak suka PPP besar, maupun kelompok yang murni mengkritisi PPP-
seakan tidak pernah selesai hingga saat ini.
Bahkan dari berbagai persitiwa yang menimpa PPP, sejumlah lakob dalam
bahasa Arab bermakna sebutan/nama panggilan disematkan kepada PPP. Mulai dari Partai
Pendukung Penista Agama, Partai Anti Islam, Partai yang tidak berpihak para
ulama, partai bla, bla dan bla. Semua lakob yang diberikan bernilai negatif.
Dumay atau dunia maya juga memberikan kontribusi besar dalam penyebaran dan
pembangunan opini negatif bagi PPP. Bahkan, rasanya risih dan menyakitkan
disaat terjadi ‘perang urat syaraf’ di dunia maya. Posisinya, PPP seolah-olah
hanya bisa bertahan ditengah gempuran dan serangan yang maha dahsyat. Meskipun
sudah berdarah-darah dan lemah, kelompok yang ‘menghajar’ PPP bagai kesetanan. Kalau
PPP muncul ke permukaan, langsung dihajar dan dibenamkan. Padahal kalau mereka
ditanya, apakah mengetahui kondisi sebenarnya yang dialami PPP, dapat
diprediksi sebagia besar meraka tidak tahu.
Tapi itulah pakta dinamika politik yang harus diterima PPP. Ibarat kata orang
bijak, kalau umat Islam rajin ibadah shalat dan puasa, pasti itu tidak bernilai
apa-apa, sebab dalam pandangan mereka shalat dan puasa itu adalah kewajiban
yang harus dilakukan. Giliran, ada umat Islam tidak baik dalam bertetangga
misalnya, pasti orang ramai-ramai membully dan menghujatnya. “Kata beragama
Islam, tapi sama tetangga tak baik”, “Katanya muslim, tapi koq tidak baik sama
tetangga”. Padahal orang yang membully dan menghujat tidak tahu sama sekali apa
permasalah sebenarnya.
Terlepas dari seluruh kondisi yang ada, paling penting dilakukan PPP saat
ini adalah terus melangkah untuk menunjukkan kepada umat Islam, bahwa apa yang umat
tuduhkan, sangkakan, tidak seperti itu yang sebenarnya. Tentu harus dilakukan muhasabah
atau intropeksi diri oleh seluruh pengurus dan kader PPP, sehingga hal-hal yang
dinilai akan menimbulkan penilaian negatif dari umat, sedapat mungkin
ditinggalkan.
Paling utama, PPP harus memperkuat hubungan ilahiyah, sebab segala urusan
dan permasalahan pasti selesai bila Allah Swt sudah memberikan pertolongannya.
PPP harus belajar dari Rasulullah Muhammad Saw, ktika diangkat menjadi Nabi di
usia 40 tahun, diberikan tugas untuk memperbaiki masyarakat jahiliyah.
Masyarakat yang peradabannya masih sangat jauh dari nilai-nilai kebaikan. Dan
kata kunci keberhasilan Nabi Muhammad mengemban risalah kenabian dan penyebaran
agama Islam hanya dengan Akhlakul Karimah.
Untuk itu pula, menurut pandangan saya, langkah pertama yang harus
dilakukan PPP di usia 45 tahun adalah membaguskan akhlak dan moral seluruh
pengurus. Azas Islam jangan hanya tinggal azas tapi wajib diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Artinya harus dipahami bahwa ber-Islam = ber-PPP
dan ber-PPP = ber-Islam.
Kemudian, enam prinsif perjuangan PPP (Ibadah, Amar ma’ruf nahi munkar, Kebenaran,
Kejujuran dan Keadilan, Musyawarah, Persamaan, Kebersamaan dan Persatuan, Istiqomah)
harus dilaksanakan secara konsisten dan konsekwen oleh siapapun yang menyebut
dirinya pengurus dan kader PPP.
Inilah sekelumit catatan rahasia dibalik usia PPP 45 tahun, begini jualah PPP
memaknai usai yang sudah 45 tahun ini dan rahasia usia 45 tahun PPP ini berlaku
bagi pengurus dan kader PPP laki-laki dan wanita.
Tentunya tulisan ini jauh dari kesempurnaan dan pasti punya pandangan
berbeda dengan yang lain. Untuk itu, tulisan ini hanya didedikasikan untuk
internal PPP sebagai bahan untuk menyusun langkah dan rencana besar menyatukan
umat Islam membangun Indonesia. (Oleh : Mursal Harahap, S.Ag. M.Kom.I/Wakil Sekretaris Bid. BAPPILU DPW PPP Sumut)