IBUKU adalah seorang penyemangatku yang selalu kuat dalam melakukan segala hal apapun. Dia
tidak pernah menyerahakan apa yang sedang dihadapi atau dialami, dia tetap tegar dengan melakukannya.
Ibuku
tidak pernah berhenti menyerah dia selalu bekerja dan terus bekerja. Dia sosok ibu
yang seperti malaikatku karna dia ibu yang selalu ada buatku, dia tidak pernah letih
dalam mencari nafkah walaupun dia sendiri yang bekerja, dia tidak pernah lelah untuk
melakukannya.
Ibu penyemangat
bagiku karena dia sosok wanita yang aku inginkan dengan kelembutan hatinya yang
selalu menyemangati hari-hariku. Aku menyebutnya sebagai penyemangatku karna ibu
makhluk yang paling sabar dia selalu menasehatiku jika aku salah.
Jika aku pulang telat, jika aku tidak sholat atau beribadah,
dia penyemangat karena dia bekerja tidak pernah letih. Walaupun dia sendiri
yang bekerja dia selalu menginginkan aku yang terbaik. Saat ini yang dia inginkan
dari diriku akan rajin rajin kuliah agar kelak cepat menyusun skiripsi dan menjadi
mahasiswa yang terbaik.
Setelah itu dia menginginkan aku kerja setelah kuliah dia
meginginkan aku ini bekerja di suatu perusahaan, supaya kuliah ku atau gelar sarjanaku
ini tidak hanya berdiam di rumah dan dia juga menginginkan berangkat ke tanah suci
makkah.
Jadi itu salah satu motivasi atau semangat bagiku, ibuku selalu
memikirkan tentang masalah kuliah atau ekonomi, karena dia yang bekerja. Sedangkan
yang dia sekolahkan ada empat orang anak, dua mahasiswa dua lagi sekolah.
Selain memikirkan biaya keperluan sehari hari atau kebutuhan
kuliah/sekolah, dia tetap menabung buat ketanah suci makkah. Dia sangat menginginkan
hal itu saat ini. Hal itu yang membuat aku selalu bersemangat dalam kuliah. Dia
selalu ngumpulkan duit itu untuk pergi ketanah suci. Padahal dia hanya seorang pedagang
biasa yang menginginkan banyak uang untuk keperluannya, anak-anak dan suaminya
agar bisa makan dan tidak merasa kekurangan. Dia sangat baik bagiku, karena dia
menyuruh ayahku tidak bekerja lagi dikarenakan pernah mengalami sakit struk ringan.
Saat itu juga ibu mulai semakin giat bekerja dan terus bekerja.
Dia sangat baik sekali sebab walaupun dia seperti itu dia tidak pernah mengeluh
akan kesusahannya kepada orang lain. Tetapi adik ibu yang selalu membuat ibu saya
susah pikirannya, sedangkan kami anak-anaknya jarang membuat ibu merasa sedih.
Karena kami selalu berfikir buat membahagiakan ibu kelak nanti,
aku sangat dekat dengan dia. Jadi dia selalu bercerita tentang yang dia inginkan
atau kesusahannya dalam hal yang telah diahadapi.
Sebaliknya saya bercerita tentang keinginan saya, tetapi itu
hanya keinginan saya. Cuma dia menurutinya, dengan cara diam diam mengumpulkan duit
dan membelinya. Dia sangat berfikir orangnya sehingga saya tidak merasa kekurangan
apa yang dia berikan, dia mengatakan bahwa yang dia inginkan.
Jangan pernah tinggalkan sholat karena yang membantu dia saat
ini itu Allah, sehingga dia sekuat dan seberani itu dalam membiayai semua keperluan
kami dari makanan atau pun keperluan lainnya, dia bidadari penyemangatku karena
dia yang selalu memberi arahan terbaik untukku.
Tiada lagi kata kata buatnya dia segalanya bagiku Karena dia
yang membuat aku sampai seperti saat ini. Jikala
dia tidak ada dalam hidupku mungkin pada saat ini aku tidak bisa kuliah, dan tidak
akan menjadi seperti saat ini. Dan aku menjadi semangat akan apa yang dia hadapi
atau dia rasakan dalam hal ini, dari kata kata yang dia berikan membuat aku semakin
tersipu akan yang dia katakana, dia semangat dalam menjalankan atau menghadapi masalah
dan itu salah satunya penyemangat bagiku. (Tulisan Ermi Dayanti, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sumut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar