Sabtu, 05 November 2016

SAYA BANGGA UMAT ISLAM BERSATU (Hikmah Lain dari Aksi 4-11)

Momentum membangkitkan persatuan umat Islam Indonesia 
"Ini moment luar biasa, saya bangga ternyata umat Islam bisa bersatu. Tidak peduli sholat atau tidak, habib atau bukan, semua menjadi satu mengge makan nama Allah, Allahu Akbar.”
Aksi demontrasi umat Islam agar penista agama yang dilakukan gubernur non aktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok berlangsung di depan kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Jumat (4/11/2016). Namun aksi para umat Islam ini justru menjadi tontanan karyawan yang berkantor di ruas jalan itu.
Para karyawan mengabadikan aksi umat Islam ini dengan ponsel pintarmya. Mereka tertarik karena aksi umat Islam ini berlangsung aman dan damai. Apalagi dalam aksinya umat mengumandangkan shalawatan dan tahlil. Selain itu umat Islam juga mengumandangkan takbir. Sehingga membuat kekaguman karyawan.
"Ini moment luar biasa, saya bangga ternyata umat Islam bisa bersatu. Tidak peduli sholat atau tidak, habib atau bukan, semua menjadi satu menggemakan nama Allah," ujar para karyawan tersebut.
Menurut mereka aksi 4 November ini, menunjukan siapapun orangnya, jangan sembarangan mengucapkan kata-kata atau pernyataan yang menyakiti umat agama lain. Dengan momentum 4 Nopember ini menjadikan umat Islam kembali bersatu.
"Ini harus menjadi momentum umat Islam untuk merapat ke masjid berserah diri kepada Allah dan memperdalam Islam. Sehingga bisa bersatu kembali," jelasnya.
Cuplikan cerita di atas, mengisaratkan bahwa sudah lama umat Islam Indonesia tercerai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan sudah terlalu lama umat Islam Indonesia hanya menang jumlah tapi kalah kualitas, sudah lama pula umat Islam Indonesia terkotak hanya karena balutan idiologi politik. Atau yang lebih ekstrim, mungkin sudah lama pula, umat Islam meninggalkan kitab sucinya dalam artinya tidak lagi dijadikan pedoman utama dalam kehidupannya di dunia.  
Cerita di atas juga menjadi gambaran, betapa umat Islam Indonesia sangat merindukan antara umaro (pemimpin) dan ulama bersatu. Umat rindu para elit bangsa yang muslim bergandeng tangan menyatukan kekuatan untuk menciptakan Indonesia Raya yang beriman, bertaqwa, maju dan beradap.
Umat Islam Indonesia juga merindukan para pemimpin dan ulama, duduk bersama membicarakan kemajuan ekonomi, pembangunan, pendidikan dan seluruh sendi-sendi kehidupan bernegara.  
Fakta yang tersaji pada aksi damai 4-11 di Ibukota Jakarta dan sejumlah kota besar di Indonesia, memberi kabar gembira bahwa persatuan umat Islam Indonesia sudah ditancapkan. Prediksi kebangkitan peradaban baru dunia  akan lahir dari Islam Indonesia sudah mulai tumbuh. Kita berdo’a semoga persatuan umaro dan ulama serta umat Islam Indonesia, mampu membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik.
***
‘Keberanian’ Ahok memberikan tafsir terjadap QS : Al Maidah Ayat 51 tentu satu tindakan yang sangat keliru, karena selain bukan beragama Islam, Ahok juga buka seorang ahli tafsir. Namun dari sisi berbeda, ‘keberanian’ Ahok tersebut secara nyata telah membuka mata hati serta meningkatkan kualitas nilai keimanan umat Islam Indonesia.
‘Keberanian’ itu juga telah melecut ghirah jihad umat Islam Indonesia, merekatkan hubungan umat yang seiman dan seagama, menghilangkan titik perbedaan pandangan serta menyadarkan umat Islam Indonesia terhadap posisinya sebagai seorang muslim/muslimat.
Oleh karena itu, jika ada umat Islam Indonesia yang berterimakasih kepada Ahok, itu ada benarnya bila dilihat dari dampak yang ditimbukan dari perbuatan berani Ahok menistakan Al Qur’an, menodai agama Islam serta menusuk hati umat muslim Indonesia.
Argumentasi ucapan terima kasih tersebut dapat diterima melihat manfaatnya. Pertama, ‘keberaniannya’ menistakan Al Qur’an dihadapan masyarakat Pulau Seribu, telah memunculka motivasi bagi umat Islam Indonesia untuk kembali mencintai kitab suci Al Qur’an yang dinyatakan sebagai pedoman hidup. Saat ini, hampir suluruh umat Islam Indonesia mengetahui apa isi dari QS; Al Maidah ayat 51.
Kedua, dengan adanya kasus yang dipicu Ahok, umat Islam Indonesia semakin mamahami arti toleransi yang sesungguhnya. Toleransi bukan bermakna membiarkan setiap orang menghina agama orang lain sesuka hati. Dan diajarkan dalam al Qur’an bahwa, orang beriman dilarang menghina atau merendahkan agama apapun dan siapapun. Melawan setiap tindakan penghinaan terhadap agama bukan berarti intoleransi, tapi justru manipestasi dari hakikat toleransi itu sendiri.
Karena anda sudah mengajarkan arti TOLERANSI yang sesungguhnya, menyadarkan bahwa toleransi bukan maknanya membiarkan setiap orang untuk menghina agama orang lain dengan sesuka hatinya. Al quran kami mengajarkan kami untuk tidak menghina tuhan siapapun, kitab apapun, tapi tindakan anda membodohkan kitab kami, menyadarkan kami siapa sebenarnya yang tidak mengerti arti toleransi?
Ketiga, kasus Al Maidah ayat 1 ini yang Ahok sebut alat untuk menipu umat Islam dalam memilih pemimpin, telah menunjukkan mana golongan Islam sejati dan mana kaum munafik. Hal itu sesuai dengan penjelasan QS; Al Maidah ayat 52 :
Allah berfirman : "Maka kalian akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani) seraya berkata, "Kami takut akan mendapat bencana, " Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka"
Keempat, secara jujur dengan adanya kasus Ahok ini, telah menjadi inspirasi persatuan umat Islam yang fantastis. Saat demo, kami umat Islam tidak mempersoalkan apakah kami qunut saat shalat subuh atau tidak, tahlilan atau tidak tahlilan, berdoa bersama usai shalat wajib atau tidak berdoa bersama. Memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw atau tidak memperingati. Artinya sekat organisasi dan kekelompokan diantara kami hilang diterpa takbir dan tahmid dengan ghirah jidah yang tujuannya membela kemuliaan Al Qur’an dan agama Islam.
***
Begitulah kalau Allah SWT sudah menjalankan rencana-Nya. Tidak satu orangpun dapat membelokkan rencana tersebut, karena memang Allah SWT adalah sebaik-baik pembuat rencana. Jika Allah mengingatkan sesuatu, maka Allah hanya mengucapkan “Kun (jadilah), Fayakun, (maka jadilah).
Tugas umat Islam Indonesia ke depan adalah mempertahankan persatuan dan kesatuan, antara umaro dan ulama serta umat muslim, sehingga Indonesia menjadi “Baldatun Toyyibatun warabbun ghafur” yang dipenuhi dengan rahmad dan ampunan.

 

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkash dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami ) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS. Al A’raf : 92)
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi saya dan bagi kita semua dan menjadi amal kebajikan, amin (***)



DEMO 4-11 : UMAT ISLAM DAN KEKUATAN POLITIK

Aksi massif berbagai elemen umat Islam secara damai dan terbesar secara jumlah pada 11 November 2016 di Jakarta, dan berbagai kota di Indonesia, merupakan fenomena penting dalam dinamika demokrasi politik di tanah air. Tak mudah mengelola aksi yang dihadiri sekitar 250 ribu lebih massa itu.
Ratusan ribu umat Islam melakukan aksi damai menuntu Ahok diadili
sesuai hukum yang berlaku, karena Ahok Diduga telah menistakan
kita suci Umat Islam (Al Qur'an).
Kita patut bersyukur aksi telah berlangsung damai, kendatipun pada malam hari sebagian massa sem pat terprovokasi tindak ke kerasan, suatu hal yang sangat disayangkan.
Namun, secara umum aksi damai telah berjalan secara baik. Kekhawatiran adanya kekecauan yang lebih besar pun terlewatkan.
Fenomena demikian menun jukkan kesadaran publik berdemokrasi cukup tinggi. Mereka menyampaikan pendapat melalui jalur demonstrasi di luar perlemen, sebagai sesuatu yang lazim dalam demokrasi. Keberhasilan aksi damai 4 November 2016 bagaimanapun telah mampu menutup ragam sinisme yang berkembang di sosial media.
Berbagai media konvensional arus utama, untuk membedakan dengan media baru (new media) atau sosial media, secara umum pun telah memberitakannya dari sudut pandang yang lebih positif. Mereka tidak gegabah mengarahkan pemberitaannya kepada kesimpulan naif, misalnya dengan menyudutkan umat Islam sebagai pengganggu jalannya demokrasi kita.
Kedamaian merupakan salah satu elemen mendasar demokrasi substansial. Itulah yang mengemuka dalam beberapa kali aksi massif yang melibatkan berbagai elemen umat Islam belakangan ini. 
Tentu saja, hal tersebut tak lepas dari peran, para ulama, kiai, dan habaib. Mereka adalah pemandu, sekaligus filter penting dalam penegasan karakter Muslim demokrat di tanah air. Peran mereka tak dapat diabaikan dalam proses demokratisasi yang telah menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara demokrasi Muslim terbesar di dunia.
Secara umum pula dapat dilihat, dalam proses demokrasi politik hadirnya kelompok-kelompok kepentingan yang mengerucut ke dalam kekuatan penekan, merupakan hal yang lazim. Demokrasi merupakan proses yang dinamis, melibatkan ragam aspirasi dan kelompok yang memperjuangkannya.
Demonstrasi merupakan salah satu ikhtiar untuk menunjukkan eksistensi kelompok-kelompok yang mengajukan aspirasi-aspirasi krusial kepada elite-elite formal penentu kebijakan dan yang terkait. Pesannya sudah dapat ditangkap. Harapannya proses hukum terhadap dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dapat dilakukan secara adil.
Secara khusus, peristiwa 4 November meninggalkan pelajaran penting bagi umat Islam. Kendatipun masih terdapat keterbatasan dalam hal pengorganisasian, ragam kelompok kepentingan yang ada di dalamnya mampu menjadi kekuatan penekan dalam isu krusial tertentu.
Kesadaran eksistensial umat Islam sebagai sebuah kekuatan politik dalam hal ini, tampaknya, baru tahap awal. Demokrasi membuka lebar suatu jalan politik yang inklusif bagi umat Islam, terutama melalui partai-partai politik Islam atau partai terbuka yang akomodatif terhadap aspirasi Islam.
Apabila jalan politik yang inklusif justru terabaikan, ia hanya akan menyuburkan ragam kelompok kepentingan yang hanya akan berhenti kelasnya sebatas kekuatan penekan.

Menjadi kekuatan penekan, sesungguhnya hanya dibutuhkan dalam kondisi yang dianggap sangat mendesak. Padahal, dalam praktik dan dinamika kontestasi demokratik sehari-hari terkait kepentingan umat dan bangsa, diperlukan kekuatan-kekuatan politik formal signifikan yang saling berinteraksi secara elegan dalam mengelola konflik dan membangun konsensus. (ROL/MH)

Kamis, 03 November 2016

SAMPAI KAPAN KAMU MENGEJAR DUNIA...?

Kehidupan dunia penuh dengan pesona, keindahan, kecantikan dan kenikmatan. Tentu siapapun yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya untuk mereguk seluruh kenikmatan ter sebut, dapat dipastikan akan terlena dan hanyut dalam gemuruhnya.
Banyak orang yang tidak menyadari bahwa kehidupan dunia ini penuh dengan tipuan, kebohongan dan kepalsuan. Apa yang terlihat indah belum tentu indah dijalani demikian pula apa yang terlihat buruk belum tentu buruk ketika dijalani.
Tidak sedikit orang yang tertipu dalam menjalani kehidupan dunia ini akhirnya hidup dalam penderitaan, kemelut dan stress berkepanjangan yang tidak pernah berakhir. Dalam al-Qur’an Allah telah mengingatkan pada  kita tentang tipuan dan kepalsuan kehidupan dunia ini, agar kita hati hati dan waspada menghadapinya. Di antara ayat tersebut adalah :
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS : Al Hadit : 20)
“Diperhiaskanlah untuk para manusia itu - yakni diberi perasaan bernafsu- untuk mencintai kesyahwatan-kesyahwatan dari para wanita, anak-anak, kekayaan yang berlimpah-limpah dari emas dan perak, kuda yang bagus, binatang ternak dan sawah ladang. Demikian itulah kesenangan kehidupan dunia dan di sisi Allah ada tempat kembali yang sebaik-baiknya.” (Ali-Imran: 14)
“Engkau semua dilalaikan oleh perlombaan mencari kekayaan, sehingga engkau semua mengunjungi kubur -yakni sampai mati. Jangan begitu, nanti engkau semua akan mengetahui, kemudian sekali lagi jangan begitu, nanti engkau semua akan mengetahui -mana yang sebenarnya salah dan mana yang tidak. Jangan begitu, andaikata engkau semua dapat mengetahui dengan ilmu yakin, tentu engkau semua tidak berbuat seperti di atas itu.” (At-Takatsur: 1-5)
“Dan tidaklah kehidupan di dunia ini melainkan senda-gurau dan permainan belaka dan sesungguhnya perumahan akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya, jikalau mereka mengetahui.” (Al-Ankabut: 64)
Berikut ini adalah kisah singkat yang menunjukkan betapa tertipunya manusia dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Al kisah, seorang anak laki-laki berkata kepada bapaknya, “ Pak saya ingin menikahi seorang gadis yang pernah aku lihat, aku suka dengan kecantikannya dan pesona matanya”. Bapaknya dengan suka cita dan bangga, dan berkata; tinggal dimana gadis itu, wahai anakku? Biar nanti bapak yang mengantarmu melamarnya”.
Singkat kisah, pergilah keduanya menemui gadis tersebut. Ketika sang bapak melihat gadis yang disukai anaknya, ia pun tertarik, dan berkata pada anaknya :
“Dengarlah anakku… gadis ini bukan levelmu, kamu tidak cocok dengannya. Gadis ini cocok dengan pria yang punya pengalaman hidup seperti aku”.
mendengar perkataan ayahnya, terkejut si anak dan berkata : “Tidak! Aku yang menikahinya, bukan bapak!”.
Keduanya pun berebut, dan memutuskan pergi ke kantor polisi untuk menyelesaikan masalah tersebut. sampai di kantor polisi, keduanya lantas menceritakan permasalahannya kepada seorang petugas polisi. Lalu Polisi itu berkata : “ Hadirkan gadis itu kesini, agar aku bisa bertanya kepadanya, siapa yang akan ia inginkan. Anak atau bapaknya”.
Ketika polisi itu melihat gadis itu, ia pun tertarik dengan keramahan dan pesonanya. Polisi itu pun berkata :”Gadis ini tidak cocok untuk kalian berdia, wanita ini hanya cocok bagi orang terkemuka di negeri ini, yaitu aku!”.
Ketiganya pun rebutan. Lalu mereka pergi menghadap menteri. Dan ketika sang menteri melihat gadis itu, ia berkata, “Tidak ada diantara kalian yang cocok untuk menikahi gadis ini, kecuali seorang menteri seperti aku!”.
Keributan terjadi lagi. Akhirnya persoalan ini mereka bawa menghadap presiden. Sang presiden berkata : “Aku akan memutuskan masalah kalian… hadirkan gadis itu ke sini!”. Ketika presiden melihat gadis itu, ia berkata, “Tidak ada di antara kalian yang cocok untuk menikahinya, kecuali seorang presiden seperti aku!” Perdebatan pun tidak terhindarkan di antara mereka.
Disela-sela perdebatan para laki-laki itu, gadis itu berkata : “Aku punya solusi!!! Kita adakan perlombaan. Aku akan berlari, dan kalian semua berlari dibelakangku, siapa yang bisa mengikatku pertama kali, aku menjadi miliknya, dan dialah yang menikahiku”.
Dan benarlah, ketika gadis itu berlari, kelima laki-laki, anak, bapak, polisi, menteri dan presiden, berlari mengejar gadis itu dari belakang. Namun tiba-tiba kelimanya jatuh ke dalam sebuah lubang yang dalam.
Sambil melihat dari atas, kemudian gadis itu berkata :
“Apakah kalian tahu siapa aku?
Aku adalah dunia!!
Aku adalah sesuatu yang dikejar dan diperebutkan oleh semua orang, mereka berlomba untuk mendapatkan aku, hingga lalai terhadap agamanya. Mereka bersenang-senang untuk mengejarkku, sampai akhirnya masuk ke liang kubur, namun mereka tidak memenangkan atas diriku“. (***)

PERINTAH BERWUDHU’ DENGAN AIR?

Air merupakan substansi kimia dengan rumus kimia H2O: Satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen.Airbersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar,yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C).
Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.
Setiap air yang turun dari langit atau keluar dari bumi adalah suci, sebagaimana firman Allah
وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا
artinya :”Dan kami turunkan dari langit air yang suci” QS Al-Furqon :48
Juga sabda nabi
هو الطهور ماؤه الحل ميتته
artinya : “Dia (laut) suci airnya dan halal bangkainya.“
إِنَّ الْمَاءَ طَهُورٌ لاَ يُنَجِّسُهُ شَىْء
artinya: “Sesungguhnya air itu suci tidak ternajisi oleh sesuatu apapun”
Air tetap dalam keadaannya yang suci sekalipun bercampur dengan sesuatu yang suci selama tidak keluar dari keaslian (kemutlakan)nya. Artinya air tersebut masih dinamakan air saja, bukan berubah namanya menjadi air susu, air teh, air kopi, dan lain sebagainya. Dasarnya adalah sabda beliau kepada para wanita yang memandikan jenazah putri beliau:
اغْسِلْنَهَا ثَلاَثًا أَوْ خَمْسًا أَوْ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ ، وَاجْعَلْنَ فِى الآخِرَةِ كَافُورًا
artinya: “Mandikanlah ia tiga kali, lima kali atau lebih dengan air dan bidara jika menurut kalian perlu. Dan jadikanlah basuhan terakhir dengan kapur barus atau sedikit dengannya.”
Tidaklah air dihukumi dengan najis meskipun terdapat najis didalamnya kecuali jika air tersebut telah berubah. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Sa’id, ia berkata: Rasulullah ditanya, Bolehkan kami berwudhu di sumur budha’ah? Yaitu sumur yang disana dibuang darah haidh, daging anjing, dan kotoran. Nabi bersabda :
الماء طهور لا ينجسه شئ
artinya :”Air itu suci, tidak ternajisi oleh sesuatu apapun“
Ath-Thayibi berkata,’ Makna perkataannya, “yang disana dibuang” adalah sumur itu dulu dari aliran beberapa lembah yang kemungkinan didatangi penghuni padang pasir dan membawa kotoran yang ada disekitar rumah mereka tadi. Banjir lantas membawa kotoran yang ada disekitar rumah mereka tadi, dan membawanya ke dalam sumur. (Sumber : Al-Wajiz fi fiqhissunnah walkitabil ‘aziz)

KISAH BUAH SEMANGKA

Suatu riwayat tentang Syeikh al –Imam Syaqiq Al Balhk Wafat 194 H/810 M. Al Kisah pasa suatu hari Syeikh al-Imam Syaqiq al-Balkh membeli buah semangka untuk istrinya. Saat buah semangka disantap istrinya ternyata rasa terasa hambar. Sang Istri pun marah..!

Syeikh al-Imam Syaqiq menanggapi kemarahan istrinya dengan tenang, dan setelah selesai mendengarkan kemarahan istrinya, beliau bertanya dengan nada lembut.
“Kepada siapakan engkau marah wahai istriku? Kepada Pedagang buahnyakah? atau kepada pembelinya? atau kepada petaninya yang menanamnya? ataukah kepada yang menciptakan buah semangka itu? Tanya Syeikh al-Imam Syaqiq.Mendengar pertanyaannya, Istrinya terdiam.
Lalu sambil tersenyum, Syeikh al-Imam Syaqiq melanjutkan perkataannya, “Seorang pedagang tidak menjual sesuatu kecuali yang terbaik. Seorang pembeli pun pasti membeli sesuatu yang terbaik pula. Begitu pula seorang petani, tentu saja ia akan merawat tanamannya agar bisa menghasilkan buah yang terbaik...! dari itu, maka sasaran kemarahanmu berikutnya yang tersisa, tidak lain hanya kepada yang menciptakan buah semangka tersebut...!
Syeikh al-Imam Syaqiq pun melanjutkan ucapannya: “ Bertaqwalah wahai istriku. Terimalah apa yang sudah menjadi ketetapan-Nya, agar Allah SWT memberikan keberkahan kepada kita”.
Mendengar nasehat suaminya itu, sang istri pun sadar, menunduk dan menangis sembari mengakui kesalahanya. Istrinyapun kemudian ridho dengan apa yang telah ditetapkan Allah SWT.
Pelajaran penting buat kita dari kisah tersebut adalah, bahwa setiap keluhan yang kita ucapkan, itu sama saja kita tidak ridho dengan ketatapan Allah SWT, sehingga barokah Allah SWT jauh dari kita. Barokah bulanlah harus dimaknai dengan serba cukup dan mencukupi saja, akan tetapi barokah ialah bertambahnya ketaaan kita kepada Allah AWT dengan segala keadaan yang ada, baik yang kita sukai maupun sebaliknya.
Barokah itu ialah bertambahnya ketaatanmu kepada Allah SWT, dan ‘makanan’ barokah itu bukan kompisisi gizinya yang lengkap, tapi makanan yang mampu membuat orang yang menikmati makanan itu menjadi lebih taat setelah menyantap makanan tersebut.
Hidup barokah bukan hanya sehat, tapi terkadang sakit justru menjadi barokah sebagaimana Nabi Ayyub Alaihisalam, sakitnya menjadikan Nabi Ayyub bertambah taat kepada Allah SWT. Barokah itu tidak selalu panjang umur. Ada orang umurnya pendek, tapi dahsyat taatnya layaknya Musab ibn Umar. Tanah barokah itu bukan karena subur dan panoramannya indah, karena tanah yang tandus seperti Mekkah punya keutamaan dihadapan Allah, tiada bandingan dan tiada tara.
Ilmu yang barokah itu bukan yang banyak riwayat dan catatan kakinya, akan tetapi ilmu barokah itu yang menjadikan seseorang meneteskan keringat dan darahnya dalam beramal dan berjuang untuk agama Allah SWT. Penghasilan barokah itu bukan diukur dari gaji yang besar dan berlimpah, tatapi sejauhmana ia bisa menjadi jalan rezeki bagi orang lainnya dan semakin banyak yang terbantu dengan perhasilan tersebut, serta dibersikan dengan menuaikan zakat atas rezekinya tersebut.
Anak-anak yang barokah itu bukanlah saat kecil mereka lucu dan imut, atau setelah dewasa mereka sukses bergelar dan mempunya pekerjaan serta jabatan hebat. Tapi anak barokah itu ialah anak yang senantiasa taat keada Rabb-Nya, dan kelak mereka menjadi lebih shalih dari orangtuanya serta tidak henti-hentinya mendoakan kedua orangtuanya. Anak barokah itu penyelemat di akhirat.(***)

JANGAN LINDUNGI AHOK. (Tulisan Prof.Amin Rais)

SAYA tulis pendapat saya ini sebagai masukan kepada Bung Jokowi. Saya yakin kasus penistaan Ahok pada Alquran menuntut penyelesaian secepatnya, langsung di bawah pengarahan dan pengawasan Presiden. Lihatlah rangkaian demo yang makin marak di berbagai daerah.
Rentetan demo itu bersifat spontan. Intinya: permintaan maaf dari Ahok diterima, tapi proses hukum yang adil, jujur, dan transparan harus segera dilakukan.
Saya, sebagai seorang Muslim, sangat-sangat tersinggung dan terhina dengan ucapan Ahok bahwa ayat 51 Surah al-Maidah digunakan untuk membohongi masyarakat. Untuk memilih atau tidak memilih seseorang. Ucapan itu menyiratkan rasa benci Ahok pada Alquran, kitab suci umat Islam seluruh dunia, sejak 14 abad silam.
Alquran memberitahu kaum beriman bahwa ungkapan kebencian terkadang muncul jelas dari mulut-mulut pembenci Islam. Namun yang tersembunyi di dada mereka jauh lebih besar (QS Ali Imran: 118). Umat Islam Indonesia karena rasa tasamuh-nya (toleransinya) demikian besar, seringkali dianggap bodoh, mudah dibodohi, dan punya daya tahan istimewa menghadapi berbagai macam penghinaan. Penghinaan politik, penghinaan sosial, dan penghinaan ekonomi.
Umat Islam khususnya dan bangsa Indonesia umumnya, cukup marah dengan berbagai keputusan Menkumham sekarang yang cenderung memecah-belah berbagai kekuatan politik anak-anak bangsa. Tentu pemerintah bodoh karena usaha pecah-belah itu dalam jangka panjang akan jadi bumerang bagi pemerintah sendiri.
Akan tetapi, lihatlah berbagai kekuatan politik itu menelan kemarahan mereka. Semarah apa pun mereka tidak bergerak. Mereka tetap sabar.
Ketika masyarakat merasakan kehidupan yang makin sulit, pengangguran makin meluas, dan angka kemiskinan bertambah, rakyat tetap sabar. Mereka cukup geram, tapi tidak bergerak secara massal. Mereka tetap sabar sambil berharap semoga esok bisa lebih bagus dari hari ini.
Ketika kekuatan asing dan aseng menggenggam seluruh sektor ekonomi nasional, lagi-lagi umat Islam dan anak bangsa lainnya tetap bersabar. Lihatlah seluruh sektor ekonomi penting telah berada di tangan asing dan aseng.
Sejak dari properti, perbankan, pertambangan, pertanian, kehutanan, sampai perkebunan, dan lain-lain, sudah tidak lagi di tangan anak-anak bangsa. Penguasaan tanah di berbagai kota besar juga berada di tangan agen-agen kepentingan asing dan aseng. Tujuh puluh delapan persen tanah di DKI Jakarta sudah dimiliki oleh para benalu bangsa.
Marahkah rakyat Indonesia? Tentu! Tetapi mereka telan kemarahan itu dengan kesabaran yang tidak ada duanya di dunia. Lagi-lagi, rakyat hanya berkeluh-kesah, tapi tidak bergerak.
Ketika hukum dilaksanakan secara tebang-pilih atau diskriminatif, rakyat marah, tetapi tetap tidak bergerak. Ketika korupsi berskala raksasa jelas-jelas dilindungi, sejak dari skandal BLBI, Bank Century, deforestasi (penghancuran hutan), sampai yang terbaru skandal Sumber Waras dan reklamasi Teluk Jakarta, rakyat hanya berkeluh-kesah, geram, marah, nyaris putus asa. Tetapi mereka tidak bergerak. Sabar dan tetap sabar.
Nah, Bung Jokowi, kasus Ahok merupakan skandal dari jenis yang sangat berbeda. Berbagai skandal yang saya sebutkan di atas, cuma skandal berdimensi dunia, walaupun sangat menohok rasa keadilan rakyat.
Bung Jokowi, kasus Ahok mengguncangkan Indonesia karena Ahok sudah menyodok kesucian langit. Ahok sudah benar-benar kelewatan. Saya sependapat dengan KH Hasyim Muzadi, siapa pun yang berani menista Allah, Rasul-Nya, dan Alquran tidak ada yang bisa selamat. Mengapa? Karena umat Islam di manapun berada, tidak pernah bisa menerima penistaan terhadap Allah, Rasul-Nya, dan Kitab Suci-Nya.
Mohon dimengerti pula usaha apa pun yang dilakukan untuk membelokkan fokus perhatian lewat berbagai cara agar skandal Ahok pelan-pelan menghilang, pasti akan sia-sia. Yang terjadi justru semakin ditunda penyelesaian hukum skandal Ahok, semakin tinggi risiko yang kita hadapi.
Setelah peristiwa skandal Ahok di Kepulauan Seribu, ia ngomong kacau lagi tentang Pancasila. Katanya, Indonesia yang berdasar Pancasila menjadi utuh hanya apabila minoritas sudah menjadi presiden. Tentu banyak rakyat yang marah pada celotehan ini, tetapi segeram apa pun rakyat tetap tidak turun ke jalan.
Semoga Bung Jokowi cukup arif untuk memahami bahwa skandal Ahok di Kepulauan Seribu itu telah menjadi bom waktu yang daya ledak sosial-politiknya dapat mengguncangkan sendi-sendi stabilitas nasional dan persatuan bangsa.
Akankah kita unggulkan seorang Ahok di atas kepentingan 250 juta bangsa Indonesia? Jasa besar apa yang pernah ditorehkan oleh Ahok untuk bangsa Indonesia?
Bung Jokowi, kami semua tahu bahwa Kapolri dan seluruh jajaran Polri berada dalam kendali Anda. Terus terang kasihan Kapolri harus memikul tanggung jawab untuk penyelesaian hukum kasus skandal Ahok dan menjadi sasaran kritik masyarakat sampai sekarang.
Lucunya, Anda belum berkata sepatah kata pun sampai sekarang tentang skandal Ahok. Sungguh aneh. Ada apa gerangan?
Bola penyelesaian skandal Ahok yang sangat berbahaya itu ada di tangan Anda. Hentikanlah permainan image building (pencitraan) Anda. Di sebuah kesempatan, Anda bicara, biarlah KPK mengurusi korupsi gede, sementara Anda yang kecil-kecil.
Pungli sepuluh ribu rupiah pun akan Anda kejar. Saya yakin decak kagum masyarakat yang dulu Anda nikmati, sekarang sudah berubah total. Rakyat kita sudah cukup cerdas, membedakan mana emas, mana loyang.
Saya doakan Bung Jokowi bisa mengambil langkah cepat, bijak, dan tepat. We are racing against time, kita berlomba dengan waktu.
Skandal Ahok penting mbahnya penting untuk segera diselesaikan secara hukum. Jangan berputar dan berkeliling membeli waktu dengan harapan skandal Ahok dapat meredup, dan akhirnya selesai dengan sendirinya. Sesuatu yang mustahil. Bung Jokowi, saya hanya mengingatkan. (Sumber: Republika, 28 Oktober 2016).