Bagi
manusia yang lalai dan tidak bertanggungjawab terhadap potensinya serta tidak
menyadari atau memahami potensi yang diterimanya, ia akan mendapat kerugian
yang besar. Di antara akibat kelalaiannya adalah diumpamakan Allah dengan
binatang dan tanaman, hingga serupa dengan binatang atau makhluk lainnya yang
lebih rendah.
Apabila
potensi ini digunakan dengan baik melalui ibadah dan amal saleh, maka ia akan
berbahagia. Sebaliknya jika potensi tersebut tidak digunakan, mereka akan
mendapat penghinaan dan status yang tidak bernilai di hadapan Allah SWT. Mereka
diumpamakan dengan monyet, anjing, babi, kayu, batu, laba-laba dan keledai.
Kal-An’am
(Bagaikan binatang ternak)
Manusia
diberi hati, mata dan telinga untuk mengenal tanda-tanda Allah tetapi jika
tidak digunakannya maka sama sahaja tidak mempunyai potensi tersebut. Binatang
tidak mempunyai potensi seperti yang dimiliki oleh manusia, maka wajar Allah
berikan perumpamaan terhadap manusia seperti binatang ternak.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka
jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat kebesaran (tanda-tanda kekuasaan
Allah), dan mereka mempunyai telingan (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seumpama binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (al-A’raf, 7: 179 )
Manusia
sering menuruti hawa nafsu sehingga menjadikan nafsu sebagai Tuhan sehingga
lalai dengan tidak mendengar dan tidak memahami firman Allah.
“Terangkanlah kepadaKu tentang orang-orang
yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya, maka apakah kamu dapat menjadi
pemelihara atasnya. Atau apakah kamu mengira bahawa kebanyakan mereka itu
mendengar dan memahami, mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak
bahkan mereka lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu.” (Al-Furqan, 25:
43-44)
Kal-Kalb
(Bagaikan anjing)
Allah
berikan hawa nafsu kepada manusia agar kehidupan manusia menjadi dinamik.
Dengan nafsu, manusia mempunyai cita-cita, keinginan menikah, bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan, makan dan minum dan sebagainya.
Nafsu
perlu dikendalikan dan dikawal, bukannya dituruti seperti binatang
yang tidak mampu mengendalikan nafsu. Allah memberi perumpamaan seperti anjing
apabila manusia terlalu menurut hawa nafsu mereka.
“Dan kalau Kami Menghendaki sesunggunya Kami
Tinggikan derjatnya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan
menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika
kamu menghalaunya dihulurkan lidah dan jika kamu biarkannya dia menghulurkan
lidahnya juga. Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami. Cerita-cerita demikian bermaksud agar manusia memikirkannya.”
(al-A’raf, 7: 176)
Kal-Qird
(Bagaikan kera)
Mereka
yang tidak beramal saleh dan fasik mendapat balasan yang lebih buruk yaitu
dikutuk dan dimurkai Allah. Ayat 160 surah al-Maidah menyebut
tentang perumpamaan terhadap orang fasik (yang disebut pada ayat sebelumnya
dalam surah tersebut) sebagai kera dan babi.
“Katakanlah (Muhammad), “Apakah akan Aku
Beritakan kepadamu tentang orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang
fasik) disisi Allah? Iaitu orang yang Dilaknat dan Dimurkai Allah, di antara
mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thagut.” Mereka
lebih buruk dari tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.”
(al-Maidah, 5: 60 )
Kal-Khinzir
(Bagaikan babi)
Dalam
ayat 160 surah al-Maidah seperti di atas juga menyebut perumpamaan seperti babi
terhadap orang-orang fasik. Babi adalah makhluk yang diharamkan oleh Allah
untuk dimakan sebagai ujian kepada manusia, karena babi memiliki berbagai
karakter tidak baik. Manusia bagaikan babi adalah manusia yang memiliki
pelbagai karakter yang tidak baik.
Dari ibnu mas’ud RA beliau berkata, “Rasul SAW ditanyai mengenai
kera dan babi, apakah ia merupakan binatang yang dialihrupakan oleh Allah?”
beliau menjawab, “Allah tidak membinasakan suatu kaum”, atau beliau mengatakan,
“Allah tidak mengalihrupakan suatu kaum lalu menjadikan mereka berketurunan dan
beranak cucu dan bahwasanya kera dan babi ada sebelum itu” (HR Ats-Tsauri)
Kal-Hijarah
(Bagaikan batu)
Mereka
yang keras hatinya sehingga ingkar dan tidak mahu menerima perintah Allah
diumpamakan seperti batu bahkan lebih keras lagi. Perkara ini dirakamkan dalam
al-Quran yang menyifatkan sikap bani Israil yang degil dan ingkar arahan Allah
melalui rasulNya, nabi Musa.
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras
seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh
ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang
terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang
meluncur jatuh kerana takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah
daripada apa yang kamu kerjakan.” (al-Baqarah, 2: 74)
Kal-‘Ankabut
(Bagaikan laba-laba)
Manusia
sering angkuh dan sombong dengan kebolehan dan potensi yang Allah kurniakan.
Mereka berbangga dengan pencapaian dan kuasa yang mereka perolehi di dunia
hingga menganggap tidak ada perkara yang boleh membinasakan mereka.
Firaun
begitu angkuh dan mendakwa dia adalah Tuhan yang boleh menentukan hidup dan
mati. Namun ternayata dia tidak dapat melindungi diri apabila ditelan oleh laut
yang ketika mengejar nabi Musa.
Hanya
Allah merupakan pelindung yang paling berkuasa dan tidak mampu ditandingi. Jika
manusia mencari pelindung selain Allah, ternyata ia amat sia-sia kerana makhluk
tidak mempunyai kekuatan dan amat lemah.
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil
pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah.
Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka
mengetahui.” (Al-‘Ankabut, 29: 41)
Kal-Himar
(Bagaikan keledai)
Orang
yang mendustakan ayat-ayat Allah diibaratkan seperti keldai. Mereka telah
diberikan panduan tetapi tidak mengambilnya. Suatu kerugian yang besar bagi
manusia yang telah mengenal Allah tetapi kemudian mendustakannya.
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan
kepadanya Taurat kemudian mereka tidak memikulnya adalah seperti keledai yang
membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruk perumpamaan kaum yang mendustkan
ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.”
(al-Jumu’ah, 62: 5)
Kal-Khasyab
(Bagaikan kayu)
Manusia
sering bersikap tidak jujur dan hipokrit. Mereka hanya mengejar dunia dengan
kemewahan, keseronokan dan kecantikan yang bersifat sementara. Nilai ini
dianggap penting dan dipandang tinggi oleh manusia tetapi ianya bukan suatu
yang bermakna di sisi Allah SWT sehingga Allah umpamakan seperti kayu.
“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh
mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata, kamu mendengarkan
perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira
bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah
musuh yang sebenarnya maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan
mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan dari kebenaran?” (al-Munafiqun,
63: 4) (dari wmazmi.wordpress.com/category/general/9/april/2011/
@ 11:02 pm)