Sabtu, 10 Desember 2016

95 CONNETION FASYIH UIN SU GALANG DANA UNTUK ACEH

Gempa bumi berkekuatan 6,5 SR yang mengguncang beberapa daerah di Provinsi Aceh, di antaranya ; Busugan, Meukobrawang, Pangwabaroh, Meuko puue, Tanjong, Meukorumpuet, Panteraja, Angkieng, Pohroh dan lainnya.
Pusat gempa bumi terletak pada 5,25 LU dan 96,24 BT, tepatnya di darat pada jarak 106 km arah tenggara Kota Banda Aceh pada kedalaman 15 km.
Sebagai sesama anak bangsa, tentu kita turut berduka cita atas musibah yang terjadi di Aceh, dan dalam rangka ikut berperan serta meringankan beban warga Aceh yang menjadi korban gempa, 95 Connection melakukan penggalangan dana dan bantuan.
“Kami mengetuk hati sahabat-sahabat 95 Connection menyisihkan sebagai rezekinya untuk disumbangkan kepada korban gempa di Aceh,” kata Ketua 95 Connection Mursal Harahap, S.Ag, M. Kom.I.
Direncanakan, bantuan dari sahabat-sahabat akan disalurkan secara langsung kepada korban gempa. Bentuk bantuannya akan disesuaikan dengan kebutuhan mendesak para korban gempa yang kini berada di pengungsian.
Oleh karena itu, kami sangat berharap uluran tangan dari sahabat-sahabat 95 Connection, dan semoga apa yang kita lakukan ini menjadi bagian dari amal kebajikan kita semua di mata Allah SWT.
Sekedar informasi, 95 Connection adalah wadah yang didirikan alumni Fakultas Syariah IAIN Sumut (kini menjadi UIN Sumut), stambuk 1995. Wadah ini dibentuk pada saat reuni yang dilaksanakan beberapa bulan yang lalu di Aula UIN Sumut.
Saat ini, donasi yang telah diberikan sahabat-sahabat 95 Connection sudah mencapai Rp6.000.000. Selain dalam bentuan uang, ada juga bantuan berbentuk barang yang diberikan sahabat-sahabat 95 connection.

Kami masih menunggu donasi dari sahabat-sahabat yang lain, sebelum bantuan ini kita salurkan, ada atas bantuannya kami ucapkan terima kasih. (***)
 

SERAMBI MEKAH KEMBALI BERDUKA

Warga Aceh  berduka
Serambi Mekah kembali berduka setelah gempa berkekuatan 6,5 skala ritcher mengguncang jelang subuh. Sebagian warga sudah bangun untuk melaksanakan shalat, namun ada juga yang masih tertidur. Gempa yang datang tiba-tiba, sontak mengagetkan. Bahkan tidak sedikit yang menjadi korban tertimpa reruntuhan bangunan. 
Tentu ada yang meninggal, ada juga yang hanya mengalami luka-luka. Gempa bumi tersebut telah membuka luka lama, ketika musibah yang sama terjadi pada 2004 silam. Tak hanya mengakibatkan sejumlah bangunan, gempa Aceh yang terjadi Rabu (9/12) pagi pun memupuskan harapan Yusra Fitriani. Persiapan acara preh linto yakni budaya Aceh menunggu calon mempelai laki-laki, sudah dipersiapkan di salah satu rumah Gampong Dayan Timu, Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya.
Suharnas dan kekasihnya, Yusra Fitriani, harusnya mengikat janji suci sebagai pasangan suami istri pada Kamis 8 Desember. Namun, nasib berkata lain. Calon pengantin pria, Suharnas, harus menghadap Sang Ilahi setelah gempa mengguncang Aceh, Rabu 7 Desember 2016 pagi.Saat gempa 6,5 Skala Ritcher mengguncang Aceh, Suharnas tengah berada di rukonya, Meureudu, Pidie Jaya.
Dia tak sempat menyelamatkan diri sehingga tertimbun reruntuhan bangunan. Selain Suharnas, 3 orang adik, kakak, dan seluruhanggota keluarganya yang datang dari Padang untuk menghadiri acara perkawinannya, juga tewas terjebak dalam puing-puing ruko."Hari ini adalah hari pernikahan antara saudara kita di Padang ini dengan orang di Pidie Jaya ini, cuman Allah berkata lain, semua keluarga yang datang pada malam itu semuanya sudah meninggal," ujar kerabat korban, Yusri Abubakar, Kamis 8 Desember 2016.
Tidak hanya Suharnas dan keluarganya, setidaknya di Komplek Ruko di Ulee Gle, Pidie Jaya ini 23 orang tewas terjebak reruntuhan bangunan. Sementara 40 ruko ambruk meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarga dan orang-orang tercinta.
Gempa Aceh juga menewaskan pasangan suami istri, H Rajali dan Harfiah. Keduanya tewas terjebak di reruntuhan ruko mereka di Desa Meusanah Kaye, Jato, Sigli. Sang suami terjebak usai berwudu dan hendak menunaikan salat Subuh.
Pada pukul 11.00 WIB, jasad Rajali berhasil dievakuasi. Tubuhnya yang sudah terbujur kaku ditemukan di dekat pintu masuk ruko. Sementara jasad sang istri hingga pukul 14.00 WIB Rabu 7 Desember, belum ditemukan."Mereka terperangkap saat suaminya jelang (salat) subuh, habis wudu," kata Joni,salah seorang warga yang tempat tinggalnya tidak jauh dari lokasi kejadian.
Beberapa jam setelah gempa, alat-alat berat mulai mengeruk puing-puing dan material bangunan yang runtuh, sehingga berhasil menemukan sebagian korban."Dia (korban) sempat keluar untuk salat Subuh, tapi ke rumah lagi pas gempa selamatkan istrinya," kata Joni.
Pencarian korban gempa di Aceh
Bencana gempa memang tak memilih-milih korbannya. Di gampong (Desa) Kuta Pangwa, Kecamatan Tringgadeng, Pidie Jaya, seorang ibu yang tengah hamil hamil tujuh bulan ikut menjadi korban. "Almarhum sedang hamil dan masuk bulan ketujuh," kata Sekretaris Gampong (Desa) Kuta Pangwa, Kecamatan Tringgadeng, Zulkifli, dengan mata berkaca-kaca sembari menunjuk jenazah korban yang terbujur kaku di antara jenazah korban lainnya. (***)

FADLY ; PANCASILA KOMITMEN KEBANGSAAN YANG WAJIB DIPERTAHANKAN


Anggota MPR/DPR RI dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (FPPP), H. Fadly Nurzal S.Ag, mensosialisasikan empat pilar kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika) di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara, Kampus Pancing Jalan William Iskandar Medan Estate, baru-baru ini.
Hadir pada kegiatan itu, Dekan Fakutas Syariah dan Hukum DR. Zulham, M. Hum, Wakil Dekan I, DR. Andre Soemitra, MA, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dr. phil. Zainul Fuad, MA dan sejumlah tamu undangan serta peserta sosialisasi empat pilar kebangsaan.
Pada kesempatan itu, Fadly Nurzal memaparkan pengaruh perkembangan zaman terhadap Pancasila. Menurut Fadly, di era digital saat ini, dunia yang begitu luas bisa menjadi kecil. Bahkan, budaya luar sangat mudah masuk di tengah-tengah masyarakat.
“Kalau kita tidak bijak menerima informasi yang tersebar, tentunya sangat berdampak kepada negara. Coba perhatikan sekarang, budaya asing mulai mengikis budaya kita yang ramah tamah dan sopan santun,” ucapnya.
Disebutkan Fadly Nurzal, para generasi bangsa saat ini harus lebih berani menyampaikan atau mengutarakan gagasan serta pemikiran positif pada sebuah forum. “Di zaman yang serba digital semuanya harus menjadi perbal. Artinya kita harus berani menyampaikan pikiran secara terbuka. Kalau tidak, orang pintar sekalipun akan tertinggal,” sebutnya.
Lebih jauh dikatakan Fadly, masyarakat Indonesia sangat hebat karena memiliki kebhinnekaan. Ada berbagai macam suku di Indonesia dan bersatu bersama.
“Adanya komitmen kebangsaan serta kesepakatan keberagaman suku dan budaya inilah terbentuk Pancasila,” paparnya.
Fadly Nurzal mengatakan pancasila sebagai dasar Negara merupakan modal utama dalam menjaga kebinekaan. Seluruh perilaku dan sikap serta komitmen berbangsa dan bernegara harus mengacu dan mempedomani nilai-nilai Pancasila.
“Jika seluruh bangsa ini mengamalkan nilai-nilai pancasila, saya yakin bangsa ini sudah sejak dulu maju dan sebagaimana negara-negara yang sudah maju,”sebut Fadly.
Memang harus kita akui, lanjut Fadly ada skenario besar yang tidak mau Indonesia maju. Karena jika Indonesia maju, akan mengganggu kepentingan kelompok-kelompok tertentu. Untuk menghambat laju kemajuan bangsa kita, jelas Fadly, rakyat Indonesia harus dijauh dari Pancasila sebaga dasar negara, dan target utamanya adalah generasi muda.
Skenario tersebut, dikemas dalam bentuk gangguan-gangguan, mulai dari gangguan budaya, idiologi, ekonomi, sosial politik dan sebagainya. “Narkoba salah satu gangguan dengan target utama generasi muda. Maka saat ini kasus narkoba sudah masuk ke seluruh kelompok umur dan status social,”ucapnya.
Dibagian beberapa peserta sosialisasi mengungkapkan, bahwa Pancasila harus menjadi style kehidupan seluruh rakyat Indonesia. Jika tidak, pancasila hanya sebagai sebuah dokumen usang. Ibarat rumah, bangunannya adalah Pancasila, aturannya nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Karena itu, orang yang ada di rumah tersebut wajib mengamalkan dan melaksanakan aturan-aturan yang digariskan pancasila.

“Kalau pancasila hilang, itu sama artinya bangsa ini juga telah hilang,”kata beberapa peserta sosialisasi. (***)

Rabu, 07 Desember 2016

LELAKI ITU HILANG BERSAMA FAJAR

Tepat pukul 06.00 pagi, aku terbangun dari tidur yang begitu pulas. Badan terasa segar, setelah sebelumnya begitu letih menjalani rutinitas belajar. Semangat dan kebugaran itu menjadi modal besar menghadapi pelajaran berat hari ini tepat pada hari Jum’at.
Waktu yang terus berlalu, memaksaku bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi, untuk selanjutnya bersiap-siap berangkat ke sekolah. Saat mengambil handuk, mata tertuju ke celah pintu yang tidak tertutup rapat.
foto by google
Tampak ibu tercinta sedang menyiapkan sarapan pagi. Wanginya yang masuk terbawa angin, menggelitik selera makanku. Terbayang enak dan gurihnya saparan yang disipakan ibu pagi ini. Akupun bergegas mandi dan berpakaian, begitu selesai langsung menghampiri meja makan.
Aku melihat Ibu sedang membersihkan piring dan di atas meja makan telah terhidang sarapan yang sempat menggelorakan rasa laparku. Sebelum menyantap sarapan, ibu berkata “ Rustom (itu namaku), hari ini ibu hanya memasak ubi goreng untuk sarapan. Setelah pulang sekolah, kamu langsung ke ladang memetik daun ubi ya”, kata ibuku.
Aku pun mengangguk tanda mengerti apa yang ibu sampaikan. Sambil menyantap ubi goreng nan gurih, nikmat dan makyos, aku bertanya pada ibu. “Ibu, ayah kemana? Seminggu terakhir ini saya tidak melihat ayah di meja makan ini? Apakah ayah sudah berangkat kerja, karena aku tidak melihatnya sejak bangun tadi pagi. Dimana ayah Bu?
Sederet pertanyaan yang saya ajukan, tidak dijawab ibu. Ia hanya mengatakan, “Sudahlah, habiskan saparanmu dan cepat berangkat sekolah. Ibu tidak mau melihatmu terlambat!
Setelah pamit, saya pun berangkat ke sekolah menggunakan sepeda kayu yang dibuat ayah. Imajinasiku selalu muncul saat mengayuh sepeda dengan kencang. Rasanya aku sedang berada di atas motor sport. Hahaha...maklum di kampung kami, masih sangat jarang orang memiliki motor sport.
Sampai di sekolah, tidak banyak yang aku lakukan. Aku adalah orang yang kurang suka bermain dan melakukan interaksi sosial. Aku lebih senang menepi dari keramaian. Persisnya, aku tidak ingat mulai kapan berperilaku seperti itu. Namun yang pasti, aku merasa nyaman dalam kesendirian, karena merasa punya dunia sendiri.
“Teng..teng...teng” lonceng berbunyi mendenting pertanda dimulainya pelajaran sekolah. Aku pun bergegas masuk ke kelas dan mengikuti seluruh pelajaran pada hari itu.
Setelah seluruh pejaran selesai, lonceng kembali berbunyi pertanda jam sekolah sudah usai. Sesuai perintah ibu tadi pagi, akupun bergegas ke ladang untuk memetik daun ubi.
Sampai di ladang, aku bertemu seorang laki-laki tua berjenggot dan berambut panjang. Ku hampir lelaki tua itu dan berbincang dengannya. “Maaf pak, apa yang bapak lakukan disini”? Apakah bapak dari kampung seberang?.
Mendengar pertanyaan ku itu, lelaki tua itu hanya tersenyum lebar, dan berkata “Kau persis seperti anakku, ketika ia masih sesuai denganmu, dan cara bertanyamu ambisius. Aku disini untuk membantu sispapun yang menginginkan jasaku”jawabnya.
Mendengar jawaban pak tua itu, seketika aku teringat ayah, apa yang ia lakukan sekarang! Keingintahuan itu mendorongku untuk mengetahui kemana ayah sebenarnya. Apalagi bapak tua yang kutemui mengatakan siap membantu siapa saja yang membutuhkan jasanya. Seketika akupun meminta bantuan bapak tua tersebut untuk mencari ayahku.
Setelah selesai memetik daun ubi dan bapak tua yang kutemui melanjutkan perjalanannya, aku pun pulang ke rumah. Sesaat setelah tiba, aku langsung menemui ibuku dan bertanya, “Ibu, kemana sebenarnya ayah, sudah seminggu aku tidak melihatnya,”.
Ibu berkata “ Sudahah nak, ayahmu sedang bekerja”. Pertanyaan kulanjutkan, kenapa malam ayah juga tidak pulang? Lalu ibuku memberikan penjelasan, “ Ayah sebenarnya bukan tidak pulang nak, hanya saja ayah pulang larut malam, sedangka engkau sudah tidur, jelas ibu.
Lantas dengan nada memaksa, aku meminta ketegasan. “Jadi Bu.., sebenarnya kemana ayah. Apakah ia bekerja?. 
Dengan menghela nafas, ibu kemudian berkata, “Nak... sebenarnya ayahmu bekerja di kampung seberang. Ia bekerja pada saudagar kaya yang memiliki toko. Ayahmu bekerja di toko tersebut. Karena tidak memiliki kendaraan, pagi-pagi sekali harus pergi sebelum fajar terbit, tepat pukul 5 pagi, sedangkan engkau belum bangun.  Dan ayah mu pulang sekitar jam 10 malam, sementara engkau sudah tidur. Jadi sudah seminggu ini ayah mu bekerja di toko itu. Itulah sebabnya seminggu ini kau tidak melihatnya. Ubi yang di ladang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari, ”kata ibu.
Begitu ibu menyelesaikan jawabannya, hatiku langsung bergetar dan tanpa kusadari bulir air mata meleleh dari ujung mataku. Sedih, haru dan bangga bercampur aduk di dalam hatiku.
Melihat aku menangis, ibu berkata, “Sudahlah nak, jangan menangis. Ayahmu baik-baik saja di sana dan ia ikhlas melakukan semua itu demi kita”. 
“Baiklah bu, jawabku. 
Di dalam hati aku bergumam, “Sungguh berat tanggungjawab seorang ayah". Akupun menyadari kenapa laki-laki itu hilang bersama fajar, itu karena cinta serta kasih sayangnya, demi menghidupi keluarganya. (tulisan  Muhammad Agil Rais, mahasiswa semester 1 Jurusan Akhwalussyakhsiyah, Fak. Syariah dan Hukum, UIN Sumut).

Selasa, 06 Desember 2016

“KECEMBURUAN” AYAH !

Dia adalah sosok laki-laki penuh kesabaran, tanggungjawab, tegas, kuat, pekerja keras dan bijaksana. Dibenci tapi dirindu, terasa tepat untuk menjelaskan posisinya.
Sifatnya yang tegas dan terkesan protektif, membuat dirinya terkesan dibenci. Lalu sifatnya yang selalu siap memberikan perlindungan dan bertanggungjawab, sehingga kehadirannya selalu dirindukan. Di dalam keluarga, ia adalah seorang pemimpin, imam serta panutan. Dia adalah Ayah.
Ayah adalah satu kata yang mengingatkan akan sosok laki-laki kuat, bertanggungjawba, pekerja keras dan bijaksana. Meskipun dalam prakteknya dalam kehidupan, jika seseorang dihadapkan pada pilihan, lebih ingin dekat dengan ibu atau ayah, kebanyakan para anak lebih memilih ibunya.
Pilihan inilah yang kemudian melahirkan rasa cemburu para ayah. Cemburu karena anak-anaknya lebih memilih dekat kepada ibu. Meskipun banyak pendapat mengamini dan menilai adalah sebuah kewajaran jika anak-anak lebih memilih ibu daripada ayah. Kedekatan seorang ibu dengan anaknya. Padahal kasih sayang yang diberikan sama, hanya saja penyampaian berbeda.
Ayah setiap hari membanting  tulang, mencari nafkah demi kelangsungan hidup keluarga. Apakah kita tahu yang diinginkan setelah lelah bekerja. Ia ingin sekali kita  ada didekatnya dan menanyakan keadaannya.
Tapi terkadang kita asik dengan gadget. Hal itu menimbulkan rasa cemburu pada ayah. Ayah yang tadinya ingin mendapat perhatian mu, tidak ia dapatkan karena kesibukanmu dengan gadget. Perasaannya kecewa, yang awalnya ingin membuatmu senang dengan memberikan fasilitas akan tetapi tidak digunakan dengan baik.
Sebenarnya ia ingin melarangmu, tapi ia takut menyakiti hatimu. Walaupun ia cemburu dengan perlakuanmu yang terlalu asik dengan gadget. Ia hanya diam saja. Kalaupun rasa cemburu tidak bisa dibendung, ia tidak sengaja membentakmu untuk menyalurkan kecemburuannya, agar kita tahu membagi waktu dengannya, dan tidak hanya asik dengan gadget.
Tapi terkadang hal itu membuat kita marah. Hatinya hancur melihatmu malah balik marah padanya, tapi ia tetap berusaha bijaksana. Ia tidak ingin membujukmu, namun menyuruh ibu membujukmu. Sekali lagi ini dilakukan agar tetap terlihat bijaksana dihadapanmu.
Dan ketika kita meminta izin keluar rumah, ia tidak memperbolehkannya. Tahukah kamu alasan mengapa ayah melarangmu, ia takut bahaya-bahaya yang ada di luar sana. Bathinnya sangat bergejolak, karena ia sangat ingin menuruti keinginanmu tapi tetap menjagamu.
Ketika saat libur, ia sebenarnya ingin sekali menghabiskan waktunya bersamamu, mendapatkan perhatianmu dan merasakan diistemewakan walaupun sehari saja. Akan tetapi kita asik menghabiskan waktu libur bersama teman-teman. Ayah ingin melarang, tapi ia takut, takut membuatmu sedih dan akhirnya merelakanmu pergi.
Ketika ayah melihatmu mulai dekat dengan seorang pria, lagi-lagi ia merasa cemburu. Ia cemburu karena perhatianmu terbagi dengan orang lain dan sekali lagi ia tidak terlalu berani melarangmu karena ia tahu bahwa kau sudah beranjak dewasa. Ia hanya bisa melihatmu dan menjagamu dari jauh. Semua rasa cemburunya terlihat seperti rasa marah, hanya kita tidak mengerti apa yang dia rasakan.
Ia hanya minta perhatianmu, perhatian yang kau berikan kepada ibu, gadget, tema-teman dan pada pria yang telah mencuri perhatianmu. Ia ingin perhatian itu dicurahkan kepadanya walaupun hanya sehari saja. Tapi akan kita tahu tentang hal itu, bahkan kita kebanyakan acuh dengan keinginan dan kecemburuan tersebut. (Tulisan :Yuliana, mahasiswa Semester I, Jurusan Siyasah- B, Fakultas Syariah, UIN Sumut)