Di
dalam hidup ini akan ada masanya dicintai dan mencintai. Masanya dicintai mulai
dari alam kandungan sampai kita tiada lagi. Masanya kita mencintai, sejak dilahirkan
sampai menghembuskan napas terkahir.
Cinta
itu kita dapatkan bukan dari sembarang orang melainkan dari orangtua sendiri,
karena cinta merekalah yang kekal selamanya, terutama cinta ibu kita. Karena
ibu yang merawat dan membesarkan kita sehingga apapun yang kita raih adalah buah
cinta kasinya dia.
Tanpa ibu kita tidak tau akan segala hal, ibu mengajarkan
kita berbagai macam, dari yang paling kecil hingga yang sangat besar. Ibu adalah
wanita paling sanggup menjaga ketika kita sakit. Berbeda dengan ayah, yang mungkin
tidak sanggup menjaga kita satu malaman.
Mungkin
pembaca akan bertanya kenapa saya mengangkat judul ini, dan kenapa hanya ibu
yang sangat berjasa. Padahal ayah juga termasuk dalam kategori ini mungkin akan
begitu dalam benak pembaca.
Yah
saya akan menjawabnya. Mungkin ini dikarenakan saya hanya merasakan kasih
seorang ibu saja. Sebab sewaktu saya masih kecil, ayah sudah tiada, kira-kira
saya masih berumur 6 tahun. Jadi ibulah yang menjadi tulang punggung keluarga
kami, ibulah yang merawat kami, yang menafkahi kami, yang mendidik kami, sampai
saya bisa kuliah sekarang ini, jadi ibu lah segalanya bagi kami.
Pernah
pada suatu hari saya sangat terpuruk pada satu keadaan, yang menurut saya paling
berat yang pernah terjadi. Dimana saat ayah kami menghembuskan napas
terkahirnya.
Saya
berpikir saat itu, bagaimana kami akan hidup, bagaimana kami akan damai,
bagaimana hidup kami tanpa sosok ayah, tapi ibu merangkul saya lalu berbisik,
nak Allah SWT tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hambanya.
Kamu
tidak perlu bersedih, kamu tidak perlu memikirkan masalah-masalah yang akan
datang, itu semua akan berlalu, yang terpenting sekarang ibu bisa mendidik kamu
dan menyekolahkan kamu, begitulah kira-kira yang disampaikan ibu.
Selain
ibu tulang punggu keluarga ibu adalah salah satu tempat curhat saya, baik itu
curhat pelajaran, curhat hari-hari yang jenuh, curhat dengan perasaan yang
bimbang, curhat dengan perasaan yang bergejolak asmara, ibu adalah satu-satunya
wanita yang mengerti akan hal itu, ibu memberi nasihat, memberi peluang untuk
saya menangis, memberi peluang untuk sata berteriak, ibu akan memberikan
solusinya atas masalah yang dihadapi.
Jadi
ibu adalah segalanya bagi saya, mungkin tidak hanya bagi saya, kawan-kawan juga
akan beranggapan bahwa ibu itu adalah wanita satu-satunya yang akan menjadi
kekasih terhebat yang pernah hidup sebelum ayah.
Jika
orang tua masih ada tolong jaga hati dan perasaan mereka, karena belum tentu
besok-besok itu masih bisa, jika sekarang masih ada rasa marah, dendam atau
semacam apalah itu segera hapuskan marah dan dendam itu.(Tulisan Zana Anzani
Nasution, Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sumut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar