Rabu, 28 Desember 2016

KASIH SAYANG TAK BERBATAS


Ibu adalah manusia pertama yang berkomunikasi dengan kita. Ibu orang yang mencintai kita, bahkan sejak ia belum bertemu secara langsung kita. Ibu adalah wanita yang sudah merawat kita sejak kita masih berbentuk segumpal daging dan darah, karena itu pastilah setiap ibu menyanyangi anaknya.
Ibulah yang ditaqdirkan melahirkan generasi penerus agama dan bangsa. Selama mengandung sembilan bulan atau lebih, ia selalu menjaga kesehatan, agar janin di dalam rahimnya juga sehat, terpenuhi gizi dan nutrisinya.
Ibu rela memberikan apa yang dia punyai termasuk nyawa dipertaruhkannya saat melahirkan. Kelahiran kita ke dunai membawa kebahagiaan tiada terhingga bagi ibu, karena dengan itu ibu menjadi wanita sempurna untuk suami dan keluarganya.
Sejak itulah ibu merawat kita dengan penuh kasih sayang, seluruh kebutuhan dipenuhi sedaya mampu. Masa-masa pertumbuhan, ibu adalah madrasah pertama yang mengajari tentang agama dan kebajikan. Ibu orang yang membangun caracter building atau jati diri anaknya, ia yang melukis kepribadian dan membangun sifat-sifat anak-anaknya. Ibu yang mengajarkan sabar dan ikhlas dengan merawat kita tanpa pamrih.
Setiap malam ibu selalu berdo’a kepada Sang Khaliq agar anaknya kelak berhasil meraih cita-cita dan sukses dalam hidup. Lantunan doa itulah yang mengiri setiap tehap pertumbuhan kita, hingga kita mamasuki pendidikan formal.
Begitu memasuki usai remaja dimana harus ada penjagaan super ketat, karena masa ini, masa labil bagi setiap anak. Masa dimana anak sudah bergaul dengan seluruh pernak-pernik kehidupan yang ada di lingkungannya. Lagi-lagi ibu yang tampil memberikan batas dan garis baik dan buruk dengan untaian nasehat dan bimbingannya.
Setelah melewati masa remaja, berarti kita sudah dewasa, dan pada tahap ini ibu memberikan ‘kebebasan’ bagi anak-anaknya untuk memilih jalan hidup sendiri. Ibu merelakan kita jauh dari jangkauannya, mendukung cita-cita atau pendidikan yang lebih baik. Namun meski jauh dimana, kita tetap dekat di hati ibu.
Ibu adalah orang pertama yang selalu menghormati dan mendukung keputusan anaknya, jika itu dianggap baik. Tapi Ibu tak pernah gentar apalagi sungkan untuk menegur dan mengingatkan, ketika jalan yang dipilih anaknya salah. Meskipun teguran dan peringatan selalu terucap dengan lembut.
Dengan segala kekuatan dan kelebihan yang dimiliki ibu, ia menjelma menjadi inspirator dan motivator sekaligus suritauladan bagi putra putrinya. Oleh karena itu, kesuksesan seorang anak berkaitan erat dengan ridhonya, karena ridho ibu adalah juga ridho Allah SWT.
Posisi ibu dalam Islam sangat mulia sebagaimana Sabda Rasulullah Saw yang menyebutkan untuk memuliakan Ibu, ibu, ibu kemudian baru ayah dan orang-orang yang berilmu. Derajat mulia itu juga membuat ibu adalah surga bagi anak-anaknya, karena memang surga ada dibawah telapak kaki ibu.
Diantara juataan ibu yang ada di dunia, hanya merekalah pemilik cita-cita sederhana tapi agung, yakni hanya ingin menjadi ibu terbaik bagi anak-anaknya. Keinginan selalu memberikan yang terbaik, kasih sayang yang tiada putus, kesabaran dan keikhlasan serta kuat menyampaikan untaian doa agar anak-anaknya sukses, berguna bagi orang lain serta menuai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Almarhumah Aini adalah seorang ibu rumah tangga biasa dan dialah ibu kandungku. Ibu yang memiliki kasIh sayang sangat dalam kepada saya. Ibu yang tak pernah mengeluh saat menjaga, membesarkan dan mendidik saya sejak saya lahir ke dunia hingga sekarang ini.
Dia adalah panutan yang memiliki ketulusan hati, kasih sayang tak terbantahkan. Walaupun beliau begitu cepat meninggalkan saya karena dipanggil Sang Maha Pencipta, namun seluruh jasa dan pengorbanan serta nasehat yang telah diabdikannya takkan terlupakan.
Karena itu, sudah kewajiban anak memuliakan ibu, tidak melukai hati dan perasaannya, menjaga agar tidak meneteskan air mata hanya karena tingkah konyol dan keegoisan kita selaku anak. Kita juga wajib mendoakan yang terbaik buat ibu, sebagaimana beliau disepanjang hanyatnya telah memberikan yang terbaik kepada kita. Meskipun secara hitungan, tidak seorang anakpun yang mampu membalas jasa dan pengorbanan ibunya.
Mengikuti nasehatnya, mewujudkan keinginannya dan menjadi anak soleh dan solehan bagian dari bakti terbesar anak pada ibu, karena sesungguhnya kesuksesan dan kebahagiaan anak adalah kebanggaan ibu. Bersyukurlah, bila sekarang masih bisa memeluk dan mencuci kaki ibumu, karena banyak anak yang tidak mendapatkan kesempatan seperti itu. (tulisan Saprida Tanjung, mahasiswa semester I Jurusan Siyasah Fak. Syariah dan Hukum UIN Sumut/editing Mursal Harahap, S.Ag, M.Kom.I)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar