Akhir kehidupan setiap orang memang tidak selalu berbanding lurus dengan apa yang dilakukan saat ini. Siapa sangka orang yang sangat berambisi membunuh Rasulullah, justru berbalik menjadi pembelanya.
Pada masa jahiliyah, Khulafaur Rasyidin Umar bin Khattab ra dikenal sebagai seorang jawara yang taat dan loyal terhadap agama nenek moyangnya. Hal itu tentu menjadi alasan logis bagi Umar membenci Nabi Muhammad Saw, orang yang dianggapnya sebagai pengancam eksistensi agama nenek moyangnya, hingga manifestasi kebencian itupun melahirkan rencana pembunuhan Muhammad.
by google |
Akan tetapi sejarah mencatat, Khalifah Umar tampil sebagai pembela Rasulullah saat Ukasyah berniat ‘menuntut balas’ pada Rasulullah. Umar pun berdiri menghalangi Ukasyah dan mengatakan tak boleh ada satu orangpun yang bisa menyakiti Rasulullah. Lalu, Umar menyuruh Ukasyah melangkahi dahulu mayatnya, bila ingin menyakiti Rasulullah.
Dikisah lain, siapa sangka Abdah bin ‘Abdurrahim, seorang yang keimanannya tak perlu diragukan lagi, sebab ia seorang mujahid dan panglima perang tangguh serta hafiz Qur’an. Ia pun dikenal orang yang mendalam ilmunya, zahid, rajin ibadah khususnya puasa Daud, serta memiliki iman dan ketaqwaan luar biasa.
Namun, diakhir hanyatnya justru meninggal tanpa membawa Islam di dalam dadanya alias murtad, karena tergoda wanita Romawi yang kemudian dinikahinya. Ingatlah, akhir perjalanan hidup kitalah yang akan menentukan dimana posisi kita.
Khalifah Utsman bin Affan ra pernah berkata : “Sungguh, seandainya aku berada di antara surga dan neraka, aku tidak tahu kemana tempat kembaliku, surga atau neraka. Dan seandainya aku diberi hak untuk memilih, aku akan lebih memilih untuk menjadi abu, sebelum aku mengetahui tempat tinggalku yang abadi.
Padahal amal seorang Utsman bin Affan ra tidak bisa dibilang remeh, sebab beliau adalah penyandang dana satu-satunya saat Perang Tabuk. Perang dimana umat Islam saat sedang mengalami krisis ekonomi.
Bagaimana dengan kita, apakah amal saleh kita seistimewa Utsman bin Affan? Kalau ada yang lebih rendah dari debu, tentu kita akan memilihnya sebelum kita mengetahui dimanakah akan ditempatkan, apakah surga atau neraka? sangat mungkin amal soleh kita sangat lebih sedikit dibandingkan Utsman bin Affan .
Memang setiap mukmin dijanjikan surga jika beriman dan tidak mempersekutukan Allah sampai akhir hayatnya. Namun saat kita mengingat pedihnya siksa neraka, niscaya tidak akan mau mampir, walau hanya semenit saja.
Beramal saleh sepanjang hidup adalah ikhtiar yang harus dilakukan. Dalam hidup, kita tak bisa lepas dari khilaf dan dosa. Karena kita bukanlah orang maksum (terpelihara dari dosa), sehingga penting untuk senantiasa melakukan amal-amal saleh disetiap kesempatan, di sepanjang usia yang Allah berikan, seraya berdo’a :
“Allahumma ja’al khoiro umuri akhirohu, wa khori ‘amalii khawatimatu, wa khori ayyami yauma alqoka fiihi” Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku adalah umur yang terakhirnya, sebaik-baik amalku adalah amal-amal penutupnya dan sebaik-baik hariku adalah hari saat aku menghadap-Mu”
“Tetaplah semangat beribadah dan beramal saleh,
siapa tahu, itu adalah ibadah dan amal saleh kita terakhir”. (***)