IBU, kau adalah
seorang wanita yang kucintai di dalam hidupku. Bagiku kau adalah sosok yang
rupawan. Tiada rasa dan tak ada kelembutan yang dapat menyaingi keberadaanmu,
sosokmu yang cantik nan rupawan, rela kau jadikan sosok keriput dengan segala
air keringatmu.
Ibu, engkau benar-benar merelakan sebuah anugerah
kecantikan dari tuhan hanya demi anak sepertiku. Segala penderitaan dan
kesakitan yang engkau tahan, dengan mudah engkau luapkan dengan sebuah ulasan
senyum menenangkan hati. Aku tidak tahu sampai sejauh mana pengorbanan yang
telah IBU lakukan bagiku. Namun satu hal yang aku ketahui, engkau berkorban
selama nafas masih berhembus di dalam ragamu.
IBU, terkadang aku berpikir, penderitaan karena
mengandungku selama 9 bulan itu tidaklah berakhir setelah kelahiranku. Selama
aku aku bertumbuh, hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti
bulan, dan berganti lepas tahun.
Penderitaan seakan semakin bertambah seiring
pertumbuhanku tersebut, aku yang menjadi sosok yang egois. Sosok tidak tahu
diri bahkan sosok yang berdusta di hadapanmu-pun tidaklah pernah engkau
hiraukan. Karena engkau tahu bahwa rasa sayangmu-lah yang menjadi kunci
kesabaranmu menghadapi aku.
IBU, kini aku sedikit mulai tersadar pengorbanan selama
ini yang engkau lakukan, semata-mata hanya demi kebahagiaanku seorang. Engkau
tidak memperdulikan kebahagiaanmu. Bahkan dikala sakitpun engkau tetap
bersandiwara sehat seakan tidak ada sakit yang melingkupi tubuhmu.
IBU, hal itu sangat berbeda dengan apa dan seperti apa
ketika aku sakit sudah seperti halilintar. Umpatan dan rintihan yang ku
keluarkan berbeda dengan dirimu yang berperan kuat ketika engkau sakit. IBU,
sungguh kuat benar mental dan perjuanganmu.
Akupun tidak pernah membayangkan apabila aku berada di
posisimu, sudah tidak peduli bahkan menjauh jika aku menjadi engkau yang tengah
menghadapi aku. Tentu pernyataan ini menggambarkan betapa kuat, sabar, dan
baiknya engkau IBU.
IBU, bagiku adalah bagaikan seorang pahlawan dia selalu
menghiburku dikala ku sedih, dan memberiku motivasi untuk dapat menjadi anak
yang kokoh dan kuat. Tapi sampai saat ini aku belum bisa membalas jasa seorang
ibu.
IBU, selama ini aku hanya bisa membantah bila dinasehati,
selalu melawan bila dikasih tau, tapi ibu selalu tersenyum. Rasanya aku ingin
sekali membalas jasa-jasa ibu, jasa-jasa
yang telah engkau berikan sewaktu aku kecil hingga sekarang, ibu selalu
melindungiku dari segala bahaya aku senang ibu pun selalu ikut senang.
Disetiap doa ku, aku selalu memanjatkan agar tuhan selalu
memberikan kebahagian dan semoga tuhan dapat membalas semua jasa-jasa ibu yang
telah merawatku dari kecil hingga sekarang .
IBU, aku ingin sujud dikaki ibu, karna aku menyadari aku
sudah banyak buat ibu sakit hati tanpa aku ketahui, aku yakin ibu pernah
menangis karna sikap aku. Sesungguhnya aku ingin sekali memeluk ibu aku ingin
minta maaf karna selama ini yang bisa aku lakukan hanyalah menyusahkan ibu saja.
Aku ingin mewujutkan semua keinginan ibu, aku berjanji
bila aku bisa aku akan mewujutkan semua keinginan ibu, aku akan selalu menjaga
ibu di hari tua nanti. (tulisan Intan Sholohin, Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan
Hukum UIN Sumut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar