Jumat, 29 Desember 2017

CINTA BUNDA

IBU, kau adalah seorang wanita yang kucintai di dalam hidupku. Bagiku kau adalah sosok yang rupawan. Tiada rasa dan tak ada kelembutan yang dapat menyaingi keberadaanmu, sosokmu yang cantik nan rupawan, rela kau jadikan sosok keriput dengan segala air keringatmu.
Ibu, engkau benar-benar merelakan sebuah anugerah kecantikan dari tuhan hanya demi anak sepertiku. Segala penderitaan dan kesakitan yang engkau tahan, dengan mudah engkau luapkan dengan sebuah ulasan senyum menenangkan hati. Aku tidak tahu sampai sejauh mana pengorbanan yang telah IBU lakukan bagiku. Namun satu hal yang aku ketahui, engkau berkorban selama nafas masih berhembus di dalam ragamu.
IBU, terkadang aku berpikir, penderitaan karena mengandungku selama 9 bulan itu tidaklah berakhir setelah kelahiranku. Selama aku aku bertumbuh, hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan berganti lepas tahun.
Penderitaan seakan semakin bertambah seiring pertumbuhanku tersebut, aku yang menjadi sosok yang egois. Sosok tidak tahu diri bahkan sosok yang berdusta di hadapanmu-pun tidaklah pernah engkau hiraukan. Karena engkau tahu bahwa rasa sayangmu-lah yang menjadi kunci kesabaranmu menghadapi aku.
IBU, kini aku sedikit mulai tersadar pengorbanan selama ini yang engkau lakukan, semata-mata hanya demi kebahagiaanku seorang. Engkau tidak memperdulikan kebahagiaanmu. Bahkan dikala sakitpun engkau tetap bersandiwara sehat seakan tidak ada sakit yang melingkupi tubuhmu.
IBU, hal itu sangat berbeda dengan apa dan seperti apa ketika aku sakit sudah seperti halilintar. Umpatan dan rintihan yang ku keluarkan berbeda dengan dirimu yang berperan kuat ketika engkau sakit. IBU, sungguh kuat benar mental dan perjuanganmu.
Akupun tidak pernah membayangkan apabila aku berada di posisimu, sudah tidak peduli bahkan menjauh jika aku menjadi engkau yang tengah menghadapi aku. Tentu pernyataan ini menggambarkan betapa kuat, sabar, dan baiknya engkau IBU.
IBU, bagiku adalah bagaikan seorang pahlawan dia selalu menghiburku dikala ku sedih, dan memberiku motivasi untuk dapat menjadi anak yang kokoh dan kuat. Tapi sampai saat ini aku belum bisa membalas jasa seorang ibu.
IBU, selama ini aku hanya bisa membantah bila dinasehati, selalu melawan bila dikasih tau, tapi ibu selalu tersenyum. Rasanya aku ingin sekali  membalas jasa-jasa ibu, jasa-jasa yang telah engkau berikan sewaktu aku kecil hingga sekarang, ibu selalu melindungiku dari segala bahaya aku senang ibu pun selalu  ikut senang.
Disetiap doa ku, aku selalu memanjatkan agar tuhan selalu memberikan kebahagian dan semoga tuhan dapat membalas semua jasa-jasa ibu yang telah merawatku dari kecil hingga sekarang .
IBU, aku ingin sujud dikaki ibu, karna aku menyadari aku sudah banyak buat ibu sakit hati tanpa aku ketahui, aku yakin ibu pernah menangis karna sikap aku. Sesungguhnya aku ingin sekali memeluk ibu aku ingin minta maaf karna selama ini yang bisa aku lakukan hanyalah menyusahkan ibu saja.

Aku ingin mewujutkan semua keinginan ibu, aku berjanji bila aku bisa aku akan mewujutkan semua keinginan ibu, aku akan selalu menjaga ibu di hari tua nanti. (tulisan Intan Sholohin, Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sumut)  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar