AKU ingat semua tentang mu, aku ingat saat kita masih bersama, aku ingat semua hal
yang membuat kita tertawa, iya aku mengingatnya dan mungkin dirimu juga memiliki rasa yang sama
sepertiku. Di setiap harinya kita selalu menghabiskan waktu bersama walau
terkadang dirimu harus membagi waktu untuk bekerja juga.
Aku mengenal sosokmu yang mungkin belum
terlalu mahir untuk mengenal seseorang saat usia masa belia dulu. Sosokmu yang
bagiku hanya satu-satu nya dititipkan Allah untuk ku. Yaitu kau mama.
Mama,
kalau aku disuruh untuk mengucapkan satu kata untukmu hanya rindu yang terucap
dari bibirku ini. Aku melihatmu saat kau terbaring lemah di kasur, lalu tak
berapa lama mama dibawa ke rumah sakit. Keesokan harinya aku memnita mak tobang untuk membawa aku dan
adikku untuk menjenguk mama.
Tapi mereka melarang kami untuk melihat
mama. Mereka bilang kalau anak-anak tidak boleh untuk masuk keruangan, karena
ruangannya ada pasiennya yang kakinya
putus, berdarah-darah dan sebagainya yang seram-seram mereka sebut. Dan aku
merasa takut pada waktu itu alhasil tidak jadi untuk menjenguk mama.
Keesokan
harinya ada yang menelpon ke telepon rumah dan orang tersebut dari pihak rumah
sakit. Mereka berkata kalau mama sudah tiada. Disitu aku menjerit
sekuat-kuatnya. Diumurku yang masih terbilang muda, aku merasa kecewa dengan
semua ini, ditambah lagi aku yang belum sempat melihat mamaku yang terbaring
lemah dirumah sakit. Aku benci kenapa mereka waktu itu melarangku untuk
melihatmu yang terakhir kalinya. Mama, mungkin waktu itu usiaku masih sangat
muda untuk mengenalmu, menyayangimu dan mengingatmu.
Rasa
cinta dan sayangku kepadamu akan selalu sama dan tidak akan ada sesuatu yang
dapat merubahnya. Aku rindu akan celotehmu. Aku rindu perhatianmu. Aku rindu
hangatnya pelukanmu. Aku rindu senyummu, tawamu. Mungkin ketika kau masih
disini bersamaku aku sangat bahagia sekali. Terkadang aku cemburu melihat
teman-temanku yang masih berkomunikasi dengan ibu kandungnya. Curhat tentang
masalah hidup mereka, tetapi aku langsung menegur diriku sendiri bahwa masih
banyak anak diluar sana yang lebih sedih dari diriku.
Harus dengan bagaimana aku memperluas kata
rinduku ini ma? Dulu aku sempat berfikir, kalau aku diberi satu permintaan sama
Allah, aku ingin mama kembali kepadaku.
Rasanya tak adil aku tumbuh dan berkembang tanpa mama disisi. Banyak ma yang
mengganti posisi mama ditempat lain , tapi bukan untuk posisi dihatiku. Ada dan
akan selalu ada hati ini untuk merindukanmu. Bahkan ketika selalu ada hal-hal
yang membuatku teringat denganmu aku tak sanggup untuk menahan air mata yang
penuh kerinduan ini. Disetiap hariku penuh harapan tentangmu.
Ma,
maafkan aku ya, aku belum bisa membuatmu bahagia. Mungkin waktu kebersamaan di
dunia tidak kita miliki. Biarpun raga kita berpisah, tapi jiwa kita akan selalu
menyatu. Setiap dalam doa yang ku panjatkan untukmu, aku berharap engkau tenang
dialam sana. Jangan cemaskan aku ma.. aku baik-baik saja disini. Percayalah
anak mu ini akan tumbuh dengan dewasa, menjadi contoh yang baik untuk
adik-adikku dan aku akan menunjukkan kepada mu kesuksesanku kelak, aamiin…
dukung aku yah ma…(tulisan Insyarah Putri Utami Harahap, Mahasiswa Fakultas
Syari’ah dan Hukum UIN Sumut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar