Sabtu, 04 Juni 2016

DARI LISTRIK PADAM HINGGA MAKANAN KADALUARSA

Setiap menjelang masuknya bulan Ramadhan, ada topic pembicaraan yang buming di tengah-tengah masyarakat. Perbincangan kedua hal itu dilakonkan mulai dari para elit pemimpin negara dan daerah hingga warga biasa. Kedua topic itu adalah permintaan agar tidak ada pemadaman listrik selama Ramadhan dan inspeksi mendadak (sidak) makanan serta minuman kadaluarsa. 
Topik yang pertama banyak dibicarakan, karena masyarakat sudah jenuh dan hampir imun, sebab pada tahun-tahun sebelumnya, kerap kali terjadi pemadaman listrik. Anehnya, sengaja atau tidak sengaja, pemadaman listrik terjadi pada waktu-waktu krusial, misalkan menjelang berbuka puasa atau pada waktu pelaksanaan shalat tarawih. 
Akibat pemadaman itu, masyarakat muslim yang sedang melaksanakan ibadah puasa merasa tersinggung dan terdiskriminasi. Kemudian sering disampaikan perbandingan situasi –sebagai akibat dari kekecewaan warga- saat perhelatan piala dunia listrik tak padam, namun saat bulan Ramadhan justru padam. Ini ada apa dengan PLN. Ungkapan rasa kekecewaan ini sering kita dengar, apabila terjadi pemadaman listrik di bulan Ramadhan. 
Padahal menjelang masuknya bulan Ramadhan, para pemimpin negeri ini sudah menyampaikan harapan bahkan ‘ancaman’ kepada PLN agar tidak melakukan pemadaman. Namun, seakan itu semua tidak berefek, sebab pemadaman tetap saja terjadi.
Kondisi yang sama dilakukan pada pengamanan makanan dan minuman yang diperdagangkan di supermarket, swalayan dan tempat-tempat lainnya. Instansi yang memiliki tufoksi pengawasan makanan dan minuman pun melaksanakan beberapa langkah pencegahan, misalkan dengan inspeksi mendadak (sidak). 
Lagi-lagi, terasa sangat aneh, meskipun telah beberapa kali dilakukan sidak, tetap saja masih ada ditemukan makanan dan minuman kadaluarsa yang diperjualbelikan. Entah itu yang luput dari jangkauan aparat, atau memang sang pengusaha yang lihai menyembunyikan barang dagangannya. 
Selain kedua topic ini, masih ada topic lain yang selalu mencuat kepermukaan pada saat menjelang pelaksanaan hari-hari besar keagamaan. Di antaranya, harga-harga kebutuhan pokok yang melejit hingga ‘ke langit’, sehingga membuat masyarakat yang ekonomi pas-pasan menjerit. Biasanya, untuk yang ini pemerintah memiliki langkah cepat dan konkrit yang dengan menggelar operasi pasar murah. Operasi pasara murah sampai saat ini masih dianggap sebagai solusi terbaik dalam menetralisir kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. 
Kondisi yang sama menjelang bulan Ramadhan tahun ini, tidak jauh berbeda. Himbauan, harapan sampai pada ‘ancaman’ agar tidak terjadi pemadaman listrik juga terdengar nyaring. Bahkan untuk harga-harga yang sudah melambung tinggi, terutama daging segar, langsung oleh Presiden RI Jokowi diminta untuk diturunkan. 
Tapi itulah fakta di negeri ini, meskipun sudah ada perintah langsung dari orang nomor wahid di negeri ini, tetap saja harga daging masih tinggi. Bahkan  mendekati hari H bulan Ramadhan harga daging dan kebutuhan pokok lainnya terus merangkak naik. Beginilah nasib rakyat, mengalami pemadaman listrik sampai kadaluarsa. (MH)

Senin, 30 Mei 2016

ESTAPET GENERASI QUR'ANI

Foto Bersama : Ketua Yayasan Babud Darajah Al Amri H. Faisal Amri, S.Ag foto bersama Pembinan Yayasan Hj. Hafiza Cahyani, S.Ag, dan Pengurus Yayasan H. Fachruddin Lubis, Lc, Kepala Sekolah RA Zammi Mursal Harahap, S.Ag M.Kom.I serta para guru RA Yanti Kirana, Nuzullul Hasanah, S.Pd.I, AsriSofyan, S.Pd.I, Desi Hidayana Sofyan, S.Pd.I, Khalimatusyakdiayah, S.Ag usaipelaksanaan wisuda angkatan II RA ZAMMI.

Alhamdulillah, wisuda angkat II Santri Raudhatul Athfal (RA) ZAMMI Sekolah Yatim Dhua'fa Yayasan Babud Darajah Al Amri berjalan sukses dan lancar. Tampak wajah ceria dan bahagia pada santri/ santriwati dan para orangtua, sesaat setelah prosesi wisuda dilaksanakan.
Begitupun Ketua Yayasan Babud Darajah Al Amri H. Faisal Amri, S.Ag, Kepala RA ZAMMI Mursal Harahap, S.Ag. M. Kom.I dan para umi-umi (guru), karena usaha yang dilakukan selama dua tahun kini telah tampak hasilnya. Sekelumit do'a pun terlantun "Ya Allah, jadikan para santri/wati kami menjadi generasi Qur'ani yang akan melanjutkan syiar agama Islam di dunia ini, amin...".
H. Fahruddin Lubis, Lc pada kesempatan itu didaulat untuk menyampaikan sambutan mewakili pengurus Yayasan Babud Darajah Al Amri. Di kesempatan itu, H. Fachrudin Lubis, Lc yang akrab disapa H. Odon, menyampaikan bahwa apa yang dilakukan oleh Yayasan dan Sekolah Yatim Dhua'fa bentuk dari tanggungjawab kita bersama. Yakni tanggungjawab meneruskan estafet melahirkan generasi Qur'ani. 
Kata H, Odon, Al Qur'an telah mengingatkan umat Islam agar berhati-hati meninggalkan generasi yang lemah. Apakah lemah ilmu pengetahuan atau lemah akhlak dan keimanan. Justru itu, kita sebagai orangtua harus mendukung setiap proses pendidikan anak. Itu penting agar kita tidak kehilangan generasi yang akan meneruskan syiar Islam serta generasi yang berkomitmen menegakkan kalimah La Ilaha Illah di muka bumi ini. 
"Pendidikan salah satu sarana untuk meneruskan estafet generasi qur'ani pada masa yang akan datang,"sebutnya. 
Lebih lanjut H. Odon menyam paikan bahwa bagi orangtua anak yang soleh dan solehah adalah invenstasi akhirat yang memiliki nilai amat tinggi. Do'a-do'a mereka sangat membantu disaat orangtuaya telah mening gal dunia. "Jadi, selain mene ruskan estafet generasi Qur'ani, anak-anak kita ini juga modal berharga bagi kita saat kita menjalani kehidupan di alam kubur dan alam akhirat nan tinya," imbuhnya. 
Dibagian lain, sambutan mewa kili orangtua santri/wati dalam kesem patan itu menyampaikan ucapan terimakasih kepada Yayasan Babud Darajah Al Amri, Kepala Sekolah RA dan juga kepada para umi-umi yang dengan tulus dan ikhlas telah mendidikan anak-anak kami. "Semoga kebaikan yang telah kami terima dijadikan Allah Swt sebagai amal kebajikan kepada para pengurus yayasan, kepala sekolah dan para umi-umi,"ujarnya. 
Pengurus Yayasan yang hadir pada wisuda angkatan II RA ZAMMI, adalah Hj. Hafiza Cahyani, S.Ag (Pembina Yayasan), H. Faisal Amri, S.Ag (Ketua Yayasan), H. Fachruddin Lubis, Lc, Dr. Zulham S.HI, M.Hum, Ridho Usaqdi.
Dalam acara wisuda itu, para santri/santriwati menampilkan beberapa pertujukan, mulai dari tari persembahan, nyanyian untuk para guru, serta bacaan surah-surah pendek dan do'a sehari-hari. (***)