Setiap menjelang masuknya bulan Ramadhan, ada topic pembicaraan yang buming di tengah-tengah masyarakat. Perbincangan kedua hal itu dilakonkan mulai dari para elit pemimpin negara dan daerah hingga warga biasa. Kedua topic itu adalah permintaan agar tidak ada pemadaman listrik selama Ramadhan dan inspeksi mendadak (sidak) makanan serta minuman kadaluarsa.
Topik yang pertama banyak dibicarakan, karena masyarakat sudah jenuh dan hampir imun, sebab pada tahun-tahun sebelumnya, kerap kali terjadi pemadaman listrik. Anehnya, sengaja atau tidak sengaja, pemadaman listrik terjadi pada waktu-waktu krusial, misalkan menjelang berbuka puasa atau pada waktu pelaksanaan shalat tarawih.
Akibat pemadaman itu, masyarakat muslim yang sedang melaksanakan ibadah puasa merasa tersinggung dan terdiskriminasi. Kemudian sering disampaikan perbandingan situasi –sebagai akibat dari kekecewaan warga- saat perhelatan piala dunia listrik tak padam, namun saat bulan Ramadhan justru padam. Ini ada apa dengan PLN. Ungkapan rasa kekecewaan ini sering kita dengar, apabila terjadi pemadaman listrik di bulan Ramadhan.
Padahal menjelang masuknya bulan Ramadhan, para pemimpin negeri ini sudah menyampaikan harapan bahkan ‘ancaman’ kepada PLN agar tidak melakukan pemadaman. Namun, seakan itu semua tidak berefek, sebab pemadaman tetap saja terjadi.
Kondisi yang sama dilakukan pada pengamanan makanan dan minuman yang diperdagangkan di supermarket, swalayan dan tempat-tempat lainnya. Instansi yang memiliki tufoksi pengawasan makanan dan minuman pun melaksanakan beberapa langkah pencegahan, misalkan dengan inspeksi mendadak (sidak).
Lagi-lagi, terasa sangat aneh, meskipun telah beberapa kali dilakukan sidak, tetap saja masih ada ditemukan makanan dan minuman kadaluarsa yang diperjualbelikan. Entah itu yang luput dari jangkauan aparat, atau memang sang pengusaha yang lihai menyembunyikan barang dagangannya.
Selain kedua topic ini, masih ada topic lain yang selalu mencuat kepermukaan pada saat menjelang pelaksanaan hari-hari besar keagamaan. Di antaranya, harga-harga kebutuhan pokok yang melejit hingga ‘ke langit’, sehingga membuat masyarakat yang ekonomi pas-pasan menjerit. Biasanya, untuk yang ini pemerintah memiliki langkah cepat dan konkrit yang dengan menggelar operasi pasar murah. Operasi pasara murah sampai saat ini masih dianggap sebagai solusi terbaik dalam menetralisir kenaikan harga-harga kebutuhan pokok.
Kondisi yang sama menjelang bulan Ramadhan tahun ini, tidak jauh berbeda. Himbauan, harapan sampai pada ‘ancaman’ agar tidak terjadi pemadaman listrik juga terdengar nyaring. Bahkan untuk harga-harga yang sudah melambung tinggi, terutama daging segar, langsung oleh Presiden RI Jokowi diminta untuk diturunkan.
Tapi itulah fakta di negeri ini, meskipun sudah ada perintah langsung dari orang nomor wahid di negeri ini, tetap saja harga daging masih tinggi. Bahkan mendekati hari H bulan Ramadhan harga daging dan kebutuhan pokok lainnya terus merangkak naik. Beginilah nasib rakyat, mengalami pemadaman listrik sampai kadaluarsa. (MH)