Aksi 4 November 2016
banyak memberi hikmah dan pelajaran, serta menorehkan sejarah Bangsa Indonesia.
Sejarah yang menujukkan betapa umat Islam Indonesia adalah umat tetap istiqomah
menjaga perdamaian dalam bingkai demokrasi.
Ratusan ribu
bahkan mungkin jutaan umat Islam Indonesia, bergandeng tangan, di Ibukota
Negara dan berbagai wilayah, dengan satu tuntutan menegakkan keadilan atas
dugaan penistaan agama dan kitab suci Al Qur’an.
Peristiwa 411 adalah
keja dian langka dan mungkin baru pertama kali terjadi. Partai politik, tokoh
nasional atau siapapun, akan sangat sulit mengulang momentum tersebut atau
tidak mungkin dilakukan seorang manusia Indonesia.
Lalu apa yang menggerakkan
massa yang begitu banyak dari berbagai penjuru negeri, mereka datang tanpa
diundang, tidak dibiayai dan tidak difasilitasi, serta tidak dimobilisasi. Jawabnnya
adalah karena ‘Ada Rasa’.
Rasa sakit hati,
karena agamanya dinistakan, kitab sucinya dilecehkan, ulamanya dituding
membohongi umatnya. Rasa kecewa karena keadilan tidak ditegakkan sebagaimana
mestinya. Rasa kecewa karena hukum tidak berjalan sesuai koridornya. Rasa
khawatir bangsa ini akan tercerai berai.
Artinya bagi yang
tidak muncul Rasa itu dihatinya, tentu orang tersebut tidak akan mengerti dan mampu
memahaminya. Rasa sakit hatilah yang kemudian menggerakkan seluruh niat,
langkah dan semangat umat Islam Indonesia untuk bergabung pada aksi demo 411
tersebut.
Perlu diingat,
bahwa Al Qur’an adalah Firman Allah SWT, dan sejah diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw hingga hari kiamat, Allah yang akan menjaganya dengan cara-Nya
Allah sendiri.
“Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya”. (Al-Hijr: 9).
Kemudian,
sebagaimana diketahui, bahwa hati manusia diliputi oleh bermacam rasa. Ada
sayang, benci,rindu, cinta dan perasaan lainnya yang kadang susah buat kita
menafsirkannya. Begitu kompleksnya masalah perasaan dalam hati manusia ini,
sehingga kadangkala susah membedakan antara airmata bahagia ataukah airmata
duka. Manusia sendiri sering bersembunyi dibalik airmuka yang tidak diketahui
oleh sesamanya mengenai apa yang tersimpan di lubuk hatinya, walaupun sering
dikatakan bahwa airmuka menunjukkan isi hati seseorang.
Memahami isi hati
seseorang bukanlah hal mudah dan dapat dipahami langsung hanya dalam waktu singkat.
Pengenalan pada diri seseorang itu dilakukan seumur hidup, karena itulah tidak
baik ketika bertemu hanya dalam beberapa kali, langsung menilai seseorang
dengan karakter tertentu, apalagi sampai men-judge orang tersebut, itu bisa
jatuh kepada fitnah. Padahal hanya Allah lah yang mengetahui isi hati manusia.
“Ketahuilah
sesungguhnya kepunyaan Allahlah apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya
Dia mengetahui keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang). Dan (mengetahui
pula) hati (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada
mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allah Maha mengehui segala sesuatu”. (QS An Nuur 24 : 64)
“Maka apakah
orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia
mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka
kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat
Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata”. (QS Az Zumar 39 : 22)
“Tidak diragukan
lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa
yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong”. (QS An Nahl 16 : 23).
Jelaslah, kalau
Allah yang membukakan hati umat Islam Indonesia untuk berjuang membela Agama
Islam dan Al Qur’an, maka tidak satu orang hamba pun yang mampu menghalanginya.
Kalau Allah yang menguatkan hati umat Islam Indonesia untuk berjuang, maka
seluruh proses perjuangan itu akan difasilitasi Allah.
Sebab itu kita
tidak heran, begitu mudahnya orang berangkat untuk ikut aksi 411. Bahkan dengan
mudahnya menyerahkan harta bendanya untuk membantu aksi 411, begitu banyaknya
do’a yang dilantunkan meminta pertolongan Allah agar umat Islam Indonesia yang
menuntut keadilan diselamatkan dan dilindungi.
Rasa inilah yang kemudian
menggerakkan ratusan ribu bahkan jutaan umat Islam berkumpul menjadi satu, niat
dan tujuan satu yakni menuntut keadilan dan penegakan hukum. Tanpa Rasa itu,
untuk mengumpulkan begitu banyak umat dalam satu agenda, bukanlah pekerjaan
mudah. Namun kalau Allah yang berkehendak, pasti akan terjadi, karena memang tidak
ada yang sulit bagi Allah.
Allah Maha
Menggerakkan, sebaik-baik pembuat rencana, pemegang hati dan jiwa hamba-Nya,
Maha Melihat dan Mendengar, Allah penguasa langit dan bumi serta seluruh isi
yang ada di dalamnya. Wallahu A'lam Bishawab. (***)