SURAT kecil
untuk ibuku. Terima kasih aku sampaikan kepadamu wahai ibuku, karena engkau
rela membuang waktu hanya untuk membesarkan aku.
Engkau rela menghentikan segala aktivitasmu
khusus untukku. engkau betapa tabah, bahkan sangat tabah serta sabar dalam
membesarkanku. Aku yang selalu membuatmu marah, tapi tanpa aku meminta maaf
engkau telah memafkanku.
Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun
demi tahun kita telah bersama dan selalu bersama dan kini keriput wajahmu sudah
tampak. Itu menandakan dan menyadarkanku, engkau sudah tua. Anakmu pun sudah
dewasa, berkat jerih payahmu.
Aku engkau besarkan dengan didikan serta
aku tumbuh dengan penuh kasih sayangmu. Sungguh aku sayang kepadamu, tiada kata
seindah sayang yang ingin aku sampaikan kepadamu. Ketika aku ditanya siap atau
tidak engkau tinggalkan, pasti aku jawab iya aku sangat tidak siap.
Mungkin itu aku lakukkan karna betapa aku
sayang nya kepada mu wahai ibuku. Kini anak-anakmu semua sudah besar. Sudah ada
anakmu yang kerja, hanya akku seorang yang belum kerja. Aku teringat 4 tahun
lalu ketika abang lulus di sekolah kepolisian negara, betapa senangnya engkau
ibuku. Aku sangat ingat ketika itu pipimu basah ketika mendengar kabar abang
lulus. Waktu itu aku sangat senang melihat senyummu wahai ibuku.
Tepat satu tahun berikutnya anakmu yang
lain juga lulus di sekolah polisi negara. Tak ada kata yang bisa engkau ucapkan
kata-kata selain alhamdulillah dan sujud syukurmu. Aku melihat wajuhmu berderai
air mata menikmati rezeki dari Allah kepada kita.
Kini hanya aku yang belum sukses dan akulah
yang tinggal di rumah disaat anak-anakmu satu persatu meninggalkanmu. Aku pun
tahu engkau tidak rela dengan itu semua, tapi dengan kehebatanmu, engkau relakan.
Hanya akulah yang ingin berjuang dan berada diposisi kesuksesan menyusul anak
yang lain. Aku mohon maaf sebesar-besarnya wahai ibuku karena tepat 1 tahun lalu,
aku kalah seleksi ikatan dinas. Waktu itu aku lihat wajahmu sedih, tapi aku
yakinkan engkau, bahwa aku telah maksimal mengejar cita-citaku ini.
Saat mendapat kabar aku kalah, engkau langsung
nangis dan memelukku dengan erat, dan berkata “sabar ya nakku sayang”. Kini aku
harus berjuang dari titik nol. Dengan motivasimu, aku tegar melakukan itu semua
khusus untukmu. Aku pun berkeinganan engkau bangga padaku, meskipun saya sadar
itu semua tidak mudah diwujudkan.
Aku akan berjuang untuk medapatkan apa yang
ku inginkan, dan semua itu kulakukan khusus untukmu ibuku. Bersabar ibu, proses
ini pasti aku jalani dengan sebaik-baiknya. “Wahai ibuku yang teramat aku
sayangi, sabar yaaa.... tunggu aku lulus, terus kerja dan jadi orang sukses. Sumpah,
nanti aku bakal turutin semua keinginanmu wahai ibuku sayang. Aku janji, nanti
ibu bakal bangga sama aku. (Muhammad Hendri Fachrurrozi Hasibuan, Mahasiswa
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sumut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar