IBUKU
bernama Magdaena, anak kelima dari dua belas bersaudara. Ibu juga mempunyai suami seorang nelayan dan
mempunyai satu anak yaitu aku. Ibuku juga seorang ibu rumah tangga yang pemarah
diantara tetangga yang lain.
Aku sering di marahi oleh ibuku, saat aku belum makan ibu
marah padaku, saat aku belum mandi sore ibu juga memarahiku, saat pekerjaan
rumah ada yang tidak beres ku lakukan ibu juga marah padaku. Akan tetapi
semarah apapun ibu kepadaku aku tak pernah benci terhadapnya karena dia adalah ibuku.
Ibuku sangat mudah marah kepadaku. Cuma masalah kecil
saja ibuku bisa memarahiku sampai berjam-jam. Oleh sebab itu semua yang membuat
ibu marah tidak akan aku lakukan lagi. Ibuku
marah kepadaku bertanda bahwa dia sangat menyayangiku.
Ibu tidak ingin aku sakit jika aku merasa tidak makan. Dia
tidak ingin aku manja makanya dimarahi aku saat rumah belum bersih, ibu marah
padaku karena ibu peduli kepadaku. Dibalik sifat pemarah ibuku ada sifat leman
lembut yang tertanam didalam dirinya.
Bagiku ibu adalah pahlawanku yang rela melakukan apa saja
untukku, ibu rela bekerja siang malam hanya karena ingin menyekolahkanku sampai
aku sudah duduk dibangku mahasiswa.
Terkadang aku merasa kasihan kepada ibuku yang bekerja
keras untukku, jadi aku tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan ibuku, aku akan
belajar sungguh-sungguh dan membuktikan bahwa aku akan sukses berkat perjuangan
ibuku. (Hamdani Hamzah, Mahasiswa
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sumut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar