WANITA
yang
bernama Hj Satilah Aini, dia adalah ibuku. Wanita yang luar biasa. Ibuku bukan
wanita karier. Ia hanya seorang ibu rumah tangga.
Sejak ayah meninggal, ibu saya bekerja
sebagai wiraswasta. Ibu saya thau banyak soal marketing. Kunci utamanya adalah memelihara kepuasan pelanggan.
Agar pelanggan puas, maka harus memberikan yang terbaik. Karena itu, semua yang
bekerja padanya sudah mengetahui tabiat ibu yang cerewet, jika pegawainya
bermalas malasan.
Ibuku tidak pernah belajar ilmu psikologi, dia
hanya seorang ibu yang berhati lembut, tidak pernah marah, marahnya adalah
diam. Saat saya masih duduk di taman kanak-kanak, aku masih ketika pulang
sekolah saya berlari-lari hanya untuk menunjukkan gambaran saya kepada ibu dan
ayah.
Waktu itu ibu saya belum bekerja, hanya ibu
rumah tangga saja. Ibu saya antusias ingin melihatkan gambar saya. Meski pun
ibu saya tidak pernah merasakan pendidikan tinggi, ibu saya bukan wanita yang mudah
untuk dibodoh bodohi.
Ibulah yang banyak meyakinkan ayah bahwa
sebagai partner mereka berdua bisa menyekolahkan anak anaknya hingga perguruan
tinggi. Tanpa dukungan ibu, ayah yang hanya PNS dan mengingat kakak saya kuliah
di perguruan tinggi swasta. Sementara kami berdua saling susul menyusul .
Alhamdulillah, saya bisa kuliah di perguruan tinggi negeri
Banyak hal yang saya pelajari dari ibu,
tentang semangat belajar dan terus belajar, kesabaran dan kerja keras. Ia
lakukan semua tugasnya sebagai istri, sebagai ibu dan sebagai wiraswasta tanpa
mengeluh. Karena itulah aku memilih ibu sebagai sosok yang banyak
menginspirasiku dan aku yakin banyak ibu seperti ibu saya di luar sana.
Seperti suster juga seorang ibu, pemulung mungkin
seorang ibu, tukang sapu jalan juga seorang ibu, dokter juga seorang ibu, guru juga
seorang ibu dan mereka menjalani itu semua tampa mengeluh.( Alfahri
Akbar, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sumut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar