Rabu, 03 Januari 2018

45 TAHUN PPP : MARI BERSATU MEMBANGUN INDONESIA

Saat berselancar di dunia internet, tak sengaja coba searching tentang usia 40 tahun. Hanya dalam hitungan detik, muncul sejumlah atikel yang membahas usia 40 tahun dari berbagai persektif dan kajian.
Salah satu artikel yang sengaja saya baca memulai tulisannya dengan ini : “Apa rahasia umur 40 tahun menurut Islam? Apa makna di balik usia 40 tahun? Apakah rahasia ini hanya berlaku untuk pria yang berumur 40 tahun saja ataukah juga berlaku untuk para wanita?
Membaca cuplikan tulisan ini, dalam hati saya berkata “Apa rahasia umur Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang ke 45 tahun? Apa makna umur 45 tahun bagi pengurus, kader dan umat Islam? Dan apakah di umur yang ke 45 tahun memiliki makna dan spirit?
Kalau mengacu pada tagline yang dikeluarkan Pengurus Pusat PPP, secara sederhana usia ke 45 tahun ini dimaknakan sebagai langkah konsolidatif bagi pengurus, kader dan simpatisan PPP termasuk umat Islam Indonesia, agar merapatkan shof (barisan) dalam rangka membangun Indonesia yang lebih baik.
Inilah pemahaman yang saya maknakan dengan tagline “Mari Bersatu Membangun Indonesia”. Jika menggunakan kaidah ushul fiqh yakni mafhum mukholafah (makna terbaliknya), secara tegas menunjukkan bahwa selama 45 tahun PPP berkiprah di Indonesia, masih terus berusaha mempersatukan seluruh kekuatan umat Islam dalam satu dalam memaknai siyasah bidang politik.
Kenapa siyasah politik, karena memang selama ini bangsa ini belum pernah terjadi umat Islam Indonesia satu komando, satu suara dalam berpolitik. Pada awal-awal bangsa ini menggelar suksesi politik, umat Islam terkelompok dalam beberapa faksi.
Ada faksi Nahdlatul Ulama, Persatuan Tarbiyah Indonesia, Masyumi, Sarikat Islam dan lainnya. Kondisi itu terjadi selama orde lama dan orde baru. Bahkan siatusi yang lebih parah terjadi ketika bangsa ini menghirup udara reformasi. Setiap orang yang merasa kapasitas untuk memimpin partai politik.
Hingga akhirnya, dengan alasan karena ketidaksepahaman lahirlah partai-partai berazaskan Islam atau bernuansa Islam. Seperti Partai Keadilan (PK) yang kemudian bermetamorfosa menjadi Partai keadilan Sejahtera (PKS). Ada Partai Amanat Nasional (PAN), ada juga Partai Bintang Reformasi (PBR), ada Partai Nahdlatul Ulama dan lain-lainnya.
Padahal sebelum era reformasi, bebarapa partai politik Islam telah berfusi dengan membentuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP). PPP yang didirikan para ulama ini, diharapkan menjadi poros umat Islam dalam menjalankan siyasah politik.
Fakta inilah yang kemudian menjelaskan bahwa PPP sampai saat ini belum mampu mempersatukan umat Islam dalam satu wadah partai politik. Padahal berbagai upaya sudah dilakukan, mulai dari memperjuangkan hukum Islam di kodifikasi menjadi hukum nasional dan langkah-langkah politik lainnya.
Oleh karena itu menurut saya di usia 45 tahun, PPP membangun komitmen untuk terus mempersatukan kekuatan umat Islam dalam siyasah dan politik dengan mengusung tagline “Mari Bersatu Membangun Indonesia”.
Dari sisi pilihan prasa, “Mari” berarti sebauh ajakan yang ditujukan secara umum atau siapapun. “Bersatu” berarti berkumpulnya atau menyatunya sejumlah faksi dalam satu maqom /tempat. “Membangun” kata yang menunjukkan arti cara menyusun atau susunan yang merupakan suatu wujud dari asal kata bangunan. Atau juga bermakna mendirikan atau dalam kata sifat memperbaiki. Sementara “Indonesia” adalah nama negara kepulauan di Asia Tenggara yang terletak di antara benua Asia dan benua Australia. Secara sederhana menurut pemahaman saya, tagline ini merupakan ajakan kepada seluruh masyarakat agar bersatu untuk membangun Indonesia yang lebih baik bersama PPP.
Hal yang mungkin perlu dipertanyakan secara khusus ditujukan kepada seluruh pengurus dan kader PPP, sudahkah niat mulia ini menjadi konsep bersama. Jangan-jangan, konsep ini hanya milik pengurus pusat saja dan jika itu faktanya, jelaskan bahwa niat tersebut akan sangat sulit direalisasikan. Sebab, di jajaran DWP, DPC, PAC hingga Ranting, konsep ini masing mengawang-awang alias tidak membumi. Untuk itu pula, pengurus pusat PPP berkepentingan mensosialisasikan niat tersebut kepada seluruh jajarannya.
Apalagi kalau kemudian dihubungkan dengan agenda nasional sukses politik alias pemilu yang akan digelar pada medio 2019 mendatang. Adalah mustahil bagi PPP untuk membangun Indonesia kearah yang lebih baik bersama-sama umat Islam, jikalau tidak memenangkan kontestasi pemilu.
Untuk memenangkan kontestasi pemillu 2019, PPP yang saat ini dihajar babak belur, sehingga untuk berdiri tegakpun gamang, merupakan misi impossible. Selama tiga tahun lebih hubar-habir oleh perseteruan internal, membuat PPP kehilangan kekuatan. Ditambah lagi, gempuran opini yang dibangun di tengah-tengah masyarakat –baik yang tidak suka PPP besar, maupun kelompok yang murni mengkritisi PPP- seakan tidak pernah selesai hingga saat ini.
Bahkan dari berbagai persitiwa yang menimpa PPP, sejumlah lakob dalam bahasa Arab bermakna sebutan/nama panggilan disematkan kepada PPP. Mulai dari Partai Pendukung Penista Agama, Partai Anti Islam, Partai yang tidak berpihak para ulama, partai bla, bla dan bla. Semua lakob yang diberikan bernilai negatif.
Dumay atau dunia maya juga memberikan kontribusi besar dalam penyebaran dan pembangunan opini negatif bagi PPP. Bahkan, rasanya risih dan menyakitkan disaat terjadi ‘perang urat syaraf’ di dunia maya. Posisinya, PPP seolah-olah hanya bisa bertahan ditengah gempuran dan serangan yang maha dahsyat. Meskipun sudah berdarah-darah dan lemah, kelompok yang ‘menghajar’ PPP bagai kesetanan. Kalau PPP muncul ke permukaan, langsung dihajar dan dibenamkan. Padahal kalau mereka ditanya, apakah mengetahui kondisi sebenarnya yang dialami PPP, dapat diprediksi sebagia besar meraka tidak tahu.
Tapi itulah pakta dinamika politik yang harus diterima PPP. Ibarat kata orang bijak, kalau umat Islam rajin ibadah shalat dan puasa, pasti itu tidak bernilai apa-apa, sebab dalam pandangan mereka shalat dan puasa itu adalah kewajiban yang harus dilakukan. Giliran, ada umat Islam tidak baik dalam bertetangga misalnya, pasti orang ramai-ramai membully dan menghujatnya. “Kata beragama Islam, tapi sama tetangga tak baik”, “Katanya muslim, tapi koq tidak baik sama tetangga”. Padahal orang yang membully dan menghujat tidak tahu sama sekali apa permasalah sebenarnya.
Terlepas dari seluruh kondisi yang ada, paling penting dilakukan PPP saat ini adalah terus melangkah untuk menunjukkan kepada umat Islam, bahwa apa yang umat tuduhkan, sangkakan, tidak seperti itu yang sebenarnya. Tentu harus dilakukan muhasabah atau intropeksi diri oleh seluruh pengurus dan kader PPP, sehingga hal-hal yang dinilai akan menimbulkan penilaian negatif dari umat, sedapat mungkin ditinggalkan.
Paling utama, PPP harus memperkuat hubungan ilahiyah, sebab segala urusan dan permasalahan pasti selesai bila Allah Swt sudah memberikan pertolongannya. PPP harus belajar dari Rasulullah Muhammad Saw, ktika diangkat menjadi Nabi di usia 40 tahun, diberikan tugas untuk memperbaiki masyarakat jahiliyah. Masyarakat yang peradabannya masih sangat jauh dari nilai-nilai kebaikan. Dan kata kunci keberhasilan Nabi Muhammad mengemban risalah kenabian dan penyebaran agama Islam hanya dengan Akhlakul Karimah.
Untuk itu pula, menurut pandangan saya, langkah pertama yang harus dilakukan PPP di usia 45 tahun adalah membaguskan akhlak dan moral seluruh pengurus. Azas Islam jangan hanya tinggal azas tapi wajib diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Artinya harus dipahami bahwa ber-Islam = ber-PPP dan ber-PPP = ber-Islam.
Kemudian, enam prinsif perjuangan PPP (Ibadah, Amar ma’ruf nahi munkar, Kebenaran, Kejujuran dan Keadilan, Musyawarah, Persamaan, Kebersamaan dan Persatuan, Istiqomah) harus dilaksanakan secara konsisten dan konsekwen oleh siapapun yang menyebut dirinya pengurus dan kader PPP.
Inilah sekelumit catatan rahasia dibalik usia PPP 45 tahun, begini jualah PPP memaknai usai yang sudah 45 tahun ini dan rahasia usia 45 tahun PPP ini berlaku bagi pengurus dan kader PPP laki-laki dan wanita.
Tentunya tulisan ini jauh dari kesempurnaan dan pasti punya pandangan berbeda dengan yang lain. Untuk itu, tulisan ini hanya didedikasikan untuk internal PPP sebagai bahan untuk menyusun langkah dan rencana besar menyatukan umat Islam membangun Indonesia. (Oleh : Mursal Harahap, S.Ag. M.Kom.I/Wakil Sekretaris Bid. BAPPILU DPW PPP Sumut)  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar