TERLAHIR ke dunia hal sangat luar biasa saya
rasakan. Karena dengan kelahiran itu saya bisa menikmati indahnya dunia. Ibulah
yang pertama mengajarkan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh aku lakukan.
Saat
kecil, saya banyak b
ertanya tentang apapun yang saya tidak tahu. Dengan sabar ibu
menjawab semua pertanyaan saya satu persatu, dengan bijak dan mudah saya
mengerti. Ibu tahu apa yang saya sukai dan bakat saya. Saya suka menari
tradisional, modren dance, olahraga, musik dan sampai selera fashion saya.
Ibu perlahan
menyesuaikan seleranya dengan apa yang saya sukai. Ketika saya latihan menari
sampai mengikuti lomba serta mengisi sebuah acara, ibu selalu ikut dengan alasan
“Ibu mau lihat penampilan yang lain”. Padahal saya tahu, ibu hanya ingin
menemani saat waktu berharga saya. Terlebih saya satu-satunya anaknya perempuan.
Dalam
hal berbelanja, ibu saya juga selalu mengatakan saya cantik memakai pakaian apa
pun yang saya pilihan termasuk pilihan ibu. Padahal faktanya saya terlihat biasa saja memakainya,
namun ibu mengatakan sebaliknya.
Ibu
ingin saya merasa percaya diri di hadapan khalayak ramai. Ibu mana pun akan
melakukan hal sama seperti ibu saya. Terlebih saya sudah menginjak usia delapan
belas tahun. Ibu seperti gadget yang terus update dan mengikuti zaman.
Padahal
beliau lahir di tahun 60-an, namun ia tidak pernah membandingkan zamannya dengan
zaman anak muda sekarang. Beliau tahu, saat ini adalah zaman 4.0, zaman
digital. Dengan mudahnya ibu mampu menempatkan dirinya, kapan sebagai ibu yang
membimbing kami tentang artinya hidup, sebagai seorang istri super menyelesaikan
pekerjaan rumah dan sebagai teman di saat kami sedang bosan atau menonton
pertandingan bola di televisi.
Ibu
akan berlagak seperti komentator bola yang mengundang canda tawa di rumah, apalagi
saat kami kesal dengan pertandingan bola yang tidak sesuai dengan harapan. Apa
yang dilakukan ibu hanya agar kami tidak terbawa emosi permainan.
Begitu
pengertiannya ibu. Ia tahu apa yang saya,abang-abang dan ayah saya inginkan.
Apalagi saya yang masih berusia muda dengan segala sifat yang masih butuh bimbingannya. Tapi beliau
selalu percaya dengan apa pun yang saya lakukan. Bukan berarti, ibu saya
memberi kebebasan penuh. Karena ia tahu dan mengerti saya. Bentuk kepercayaan
dan pengertiannya menjadi tanggung jawab saya sebagai anak dalam bertingkah
laku. (Sukma Brahmi Putri, Mahasiwa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sumut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar