Selasa, 02 Januari 2018

PENGERTIAN SEORANG IBU

TERLAHIR ke dunia hal sangat luar biasa saya rasakan. Karena dengan kelahiran itu saya bisa menikmati indahnya dunia. Ibulah yang pertama mengajarkan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh aku lakukan.
Saat kecil, saya banyak b
ertanya tentang apapun yang saya tidak tahu. Dengan sabar ibu menjawab semua pertanyaan saya satu persatu, dengan bijak dan mudah saya mengerti. Ibu tahu apa yang saya sukai dan bakat saya. Saya suka menari tradisional, modren dance, olahraga, musik dan sampai selera fashion saya.
Ibu perlahan menyesuaikan seleranya dengan apa yang saya sukai. Ketika saya latihan menari sampai mengikuti lomba serta mengisi sebuah acara, ibu selalu ikut dengan alasan “Ibu mau lihat penampilan yang lain”. Padahal saya tahu, ibu hanya ingin menemani saat waktu berharga saya. Terlebih saya satu-satunya anaknya perempuan.
Dalam hal berbelanja, ibu saya juga selalu mengatakan saya cantik memakai pakaian apa pun yang saya pilihan termasuk pilihan ibu. Padahal  faktanya saya terlihat biasa saja memakainya, namun ibu mengatakan sebaliknya.
Ibu ingin saya merasa percaya diri di hadapan khalayak ramai. Ibu mana pun akan melakukan hal sama seperti ibu saya. Terlebih saya sudah menginjak usia delapan belas tahun. Ibu seperti gadget yang terus update dan mengikuti zaman.
Padahal beliau lahir di tahun 60-an, namun ia tidak pernah membandingkan zamannya dengan zaman anak muda sekarang. Beliau tahu, saat ini adalah zaman 4.0, zaman digital. Dengan mudahnya ibu mampu menempatkan dirinya, kapan sebagai ibu yang membimbing kami tentang artinya hidup, sebagai seorang istri super menyelesaikan pekerjaan rumah dan sebagai teman di saat kami sedang bosan atau menonton pertandingan bola di televisi.
Ibu akan berlagak seperti komentator bola yang mengundang canda tawa di rumah, apalagi saat kami kesal dengan pertandingan bola yang tidak sesuai dengan harapan. Apa yang dilakukan ibu hanya agar kami tidak terbawa emosi permainan.

Begitu pengertiannya ibu. Ia tahu apa yang saya,abang-abang dan ayah saya inginkan. Apalagi saya yang masih berusia muda dengan segala sifat  yang masih butuh bimbingannya. Tapi beliau selalu percaya dengan apa pun yang saya lakukan. Bukan berarti, ibu saya memberi kebebasan penuh. Karena ia tahu dan mengerti saya. Bentuk kepercayaan dan pengertiannya menjadi tanggung jawab saya sebagai anak dalam bertingkah laku. (Sukma Brahmi Putri, Mahasiwa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sumut)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar