IBUKU-LAH wanita yang paling penyabar dengan
segala tingkahku. Dialah yang masih sabar membimbingku dari aku kecil hingga
saat sekarang ini dengan segala tingkah yang kuperbuat, nakal atau baik.
Ibu
tetap saja setia menceramahi, menasehati dan memarahiku, meskipun aku tau marahnya
itu menunjukkan kasih sayang tulusnya kepadaku. Tapi tetap saja aku sebagai
anak, masih belum bisa menaati dan mematuhi perintahnya. Baik dengan sengaja
atau tidak, aku sering menolak permintaan yang pastinya menyuruh pada kebaikan.
Terkadang
aku masih sanggup melawannya, dan aku pernah mengatakan “ah” kepadanya. Tapi
lagi-lagi dia tetap bersabar dan mengelus-ngelus dadanya seraya menunjukkan
betapa bersabarnya dia menghadapi tingkahku ini.
Di
setiap sholatnya, dia tidak lupa mendoakan yang terbaik untukku, anaknya.
Walaupun sudah sebesar ini, tapi mungkin saja ada kata terucap dari mulutku
yang menyakiti hatimu wahai ibu. Sungguh ibu maafkan aku yang selalu membuatmu marah,
dan penutupnya tausiyah untukku.
Pasti
sudah tak terhingga beribu kata yang telah terucap dari mulutmu. Wahai ibu,
tolong maafkan anakmu ini yang sudah terlalu sering mungkin menyakiti hatimu
ini. Mulai sekarang aku berjanji tidak akan pernah menyakitimu lagi dengan
segala perkataan atau tindakanku lagi.
Ibu,
ku ucapkan terima kasihku untuk segala kesabaran dan kasih sayang yang telah
kau curahkan kepadaku, aku tidak akan dapat membalasnya tapi aku berjanji akan
terus berusaha untuk membuatmu bahagia, mulai sekarang dan seterusnya, i love u mom. (Baihaki Rizalulhaq,
mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sumut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar