Rabu, 03 Januari 2018

SANG INSPIRASI

Ibuku adalah inspirasi dalam hidupku, usia beliau kurang lebih 50 tahun,
berambut hitam lurus dan lumayan panjang, beliau memiliki hidung ekonomis, mata minus, serta bibir yang tipis dan selalu berpenampilan praktis. Berat badan beliau kira-kira 55 kg dengan tinggi 155cm.
Beliau adalah sosok wanita tangguh yang merawatku yang berjuang berssama ayahku mendidik dan merawat kami sampai besar hingga detik ini juga. Mereka mengajarkan tentang agama, pendidikan, berbagi dan lain sebagainya. Beliau adalah malaikat terhormat, malaikat bagiku, yag menjadi panutanku, beliau tidak pernah mengeluh serta tidak pernah putus asa, beliau selalu berusaha menjadi lebih baik dan lebih baik lagi, selalu tegar di hdapan kami. Beliau sangat baik, tidak salah jika semua orang menyukai kepribadiannya, Tidak hanya merawatku, beliau juga merawat rumah tangga sangat baik serta bekerja dengan gigih dan giat.
Ibuku adalah ibu terhebat, dia adalah sosok wanita yang tangguh, terampil, dan kuat. Aku salut dengan beliau, dari mulai bangun tidurnya, dia sudah menyiapkan makanan dan segala kebutuhan perlengkapan sekolah kami,dan lain sebagainya. Setiap kami punya masalah beliau selalu memberi selamat dan masukan sehingga masalah kami terselesaikan dengan cepat. Aku bangga denganmu ibu.
Berbicara mengenai ibi tiada habisnya, sosok yang tiada tara,tiada banding didunia ini, karenanya aku seperti ini. Menatap luasnya dunia , menghirup udara segar , dan lain sebagainya, beliau juga yang telah menginspirasiku dalam segala hal. Saat aku jatuh beliau yang menguatkanku untuk bngkit kembali, saat aku bahagia maupun sedih beliau selalu disampingku, karenanya aku belajar menghargai seorang wanita, karenanya aku belajar untuk menjadi kepribadian yang lebih baik.
Karenanya aku juga belajar akana apa arti kehidupan, bukan tanpa sebab beliau melakukan hal demikian, hanya ada satu tujuan dalam benak seorang ibu, bukan cuma ibuku namun juga ibu-ibu yang lain, ibu-ibu yang ada diseluruh dunia, yaitu bagaimana caranya agar anaknya bisa lebih baik dari dirinya.
Sedari kecil perilaku terpuji sudah beliau tanamkan pada diriku. Rasa kesbaran, rasa kesopanan, rasa keharmonisan, tatkala diriku salah beliau tidak langsung memukulku, secara langsung melainkan menasehatiku secara perlahan. Menasehatiku dengan lemah lembut walau aku tahu di lubuk hatiku yang paling dalam bahwa kemungkinan besar emosi beliau bisa saja beliau lupakan seketika pada diriku.
Namun itulah seorang ibu seorang pahlawan yang tiada tara. Rasa sabar yang beliau tanamkan dalam diriku menjadi tabiat dalam pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang beradab sudah tentu berilmu sedangkan orang yang berilmu belum tentu beradab. Motto itu yang beliau ajarkan dalam diriku beliau tancapkan dalam benakku seolah-olah beliau menancapkan kayu yang kokoh ke tanah sedalam-dalamnya.
Banyak sekali inspirasi-inspirasi yang beliau salurkan pada diriku, kemungkinan besar jikalau berlembar atau bahkan berpuluh, berates lembar untuk menulia untaian inspirasi terindah dari seorang ibu yang teramat mulia seakan tidak ada habisnya untuk aku tuangkan ke dalam selembar kertas putih tiada noda itu.
Beliau begitu banyak menginspirasiku, meberikan aku apa hakikat hidup yang sesungguhnya. Menginspirasiku bagaimana menjadi seorang pemimpin bagaimana, menjadi seorang imam yang baik untuk anak-anak dan istriku kelak. Melalui pengaplikasian beliau yang beliau tanamkan dalam diriku sedari kecil, tiada kata terindah yang dapat terlanturkan, tiada tulisan terindah yang dapat ku ukir melainkan untukmu pahlawanku, untukmu bidadarikuku yang telah menginspirasiku, untukmu yang ku muliakan ibuku tercinta inspirasiku. (Nasruddin Rahmat, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sumut)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar