Ibuku adalah inspirasi dalam
hidupku, usia beliau kurang lebih 50 tahun,
berambut hitam lurus dan lumayan
panjang, beliau memiliki hidung ekonomis, mata minus, serta bibir yang tipis
dan selalu berpenampilan praktis. Berat badan beliau kira-kira 55 kg dengan tinggi 155cm.
Beliau adalah sosok wanita tangguh
yang merawatku yang berjuang berssama ayahku mendidik dan merawat kami sampai
besar hingga detik ini juga. Mereka mengajarkan tentang agama, pendidikan,
berbagi dan lain sebagainya. Beliau adalah malaikat terhormat, malaikat bagiku,
yag menjadi panutanku, beliau tidak pernah mengeluh serta tidak pernah putus
asa, beliau selalu berusaha menjadi lebih baik dan lebih baik lagi, selalu
tegar di hdapan kami. Beliau sangat baik, tidak salah jika semua orang menyukai
kepribadiannya, Tidak hanya merawatku, beliau juga merawat rumah tangga sangat
baik serta bekerja dengan gigih dan giat.
Ibuku adalah ibu terhebat, dia
adalah sosok wanita yang tangguh, terampil, dan kuat. Aku salut dengan beliau,
dari mulai bangun tidurnya, dia sudah menyiapkan makanan dan segala kebutuhan
perlengkapan sekolah kami,dan lain sebagainya. Setiap kami punya masalah beliau
selalu memberi selamat dan masukan sehingga masalah kami terselesaikan dengan
cepat. Aku bangga denganmu ibu.
Berbicara mengenai ibi tiada
habisnya, sosok yang tiada tara,tiada banding didunia ini, karenanya aku
seperti ini. Menatap luasnya dunia , menghirup udara segar , dan lain
sebagainya, beliau juga yang telah menginspirasiku dalam segala hal. Saat aku
jatuh beliau yang menguatkanku untuk bngkit kembali, saat aku bahagia maupun
sedih beliau selalu disampingku, karenanya aku belajar menghargai seorang
wanita, karenanya aku belajar untuk menjadi kepribadian yang lebih baik.
Karenanya aku
juga belajar akana apa arti kehidupan, bukan tanpa sebab beliau melakukan hal
demikian, hanya ada satu tujuan dalam benak seorang ibu, bukan cuma ibuku namun
juga ibu-ibu yang lain, ibu-ibu yang ada diseluruh dunia, yaitu bagaimana
caranya agar anaknya bisa lebih baik dari dirinya.
Sedari kecil perilaku terpuji sudah
beliau tanamkan pada diriku. Rasa kesbaran, rasa kesopanan, rasa keharmonisan,
tatkala diriku salah beliau tidak langsung memukulku, secara langsung melainkan
menasehatiku secara perlahan. Menasehatiku dengan lemah lembut walau aku tahu
di lubuk hatiku yang paling dalam bahwa kemungkinan besar emosi beliau bisa
saja beliau lupakan seketika pada diriku.
Namun itulah seorang ibu seorang
pahlawan yang tiada tara. Rasa sabar yang beliau tanamkan dalam diriku menjadi
tabiat dalam pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang beradab
sudah tentu berilmu sedangkan orang yang berilmu belum tentu beradab. Motto itu
yang beliau ajarkan dalam diriku beliau tancapkan dalam benakku seolah-olah
beliau menancapkan kayu yang kokoh ke tanah sedalam-dalamnya.
Banyak sekali
inspirasi-inspirasi yang beliau salurkan pada diriku, kemungkinan besar jikalau
berlembar atau bahkan berpuluh, berates lembar untuk menulia untaian inspirasi
terindah dari seorang ibu yang teramat mulia seakan tidak ada habisnya untuk
aku tuangkan ke dalam selembar kertas putih tiada noda itu.
Beliau begitu banyak
menginspirasiku, meberikan aku apa hakikat hidup yang sesungguhnya.
Menginspirasiku bagaimana menjadi seorang pemimpin bagaimana, menjadi seorang
imam yang baik untuk anak-anak dan istriku kelak. Melalui pengaplikasian beliau
yang beliau tanamkan dalam diriku sedari kecil, tiada kata terindah yang dapat
terlanturkan, tiada tulisan terindah yang dapat ku ukir melainkan untukmu
pahlawanku, untukmu bidadarikuku yang telah menginspirasiku, untukmu yang ku
muliakan ibuku tercinta inspirasiku. (Nasruddin Rahmat, Mahasiswa Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Sumut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar