Rabu, 09 Maret 2016

HEGEMONI MEDIA SOSIAL

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, hegemoni bermakna “Pengaruh Kepemimpinan, “Dominasi” dan “Kekuasaan”, dan sebagainya, suatu Negara ke Negara lain (Negara bagian).
Secara garis besar, media sosial atau jejaring sosial adalah sebuah platform dan teknologi yang memungkinkan dibuatnya konten interaktif, kolaborasi, dan pertukaran informasi antara para penggunanya serta semua itu berbasis internet. Selain itu masih ada beberapa pendapat tentang media sosial, di antaranya Chris Garrett berpendapat bahwa; Media sosial adalah alat, jasa, dan komunikasi yang memfasilitasi hubungan antara orang satu dengan yang lain serta memiliki kepentingan atau ketertarikan yang sama.
Dari beberapa penjelasan tersebut,  hegemoni media sosial dapat dipahami sebagai pengaruh, dominasi dan kekuasaan teknologi berbasis internet yang digunakan sebagai alat interkatif atau pertukaran informasi untuk mencapai suatu kepentingan.
Di era digital dan virtual sekarang ini dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, media sosial sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Apalagi dengan adanya dukungan dari smartphone atau seluler pintar, yang menyediakan sejumlah fitur-fitur media sosial. Mulai dari Facebook, BBM (Blackberry Messenger) instagram, Line, Whatsapp, twitter dan lain sebagainya. Kehadiran fitur teknologi smartphone ini, menjadikan kehidupan sosial masyarakat tidak lagi terbatas oleh waktu dan tempat.
Untuk menyampaikan ide, gagasan, propaganda dan agitasi saat ini tidak wajib lagi melakukan tatap muka (face to face), tinggal tekan tombol keypad di smartphone atau laptop atau computer, semua sudah bisa dilakukan. Berbagi informasi, berita, gambar sampai video lebih mudah, termasuk menyebarkan propaganda dan agitasi untuk mempengaruhi masyarakat.
Pemanfaatan media sosial, juga sudah merambah seluruh pemilik kepentingan, mulai dari perusahaan, bisnisman, partai politik, pemerintahan dan bahkan warga masyarakat pun sudah menggunakan media sosial untuk mencapai tujuannya. Wahana ini diambil karena media sosial dengan segala keunggulan teknologinya, sudah masuk ke kamar dan teras rumah, dan tidak terbatas pada kelompok usia dewasa, tapi seluruh kelompok umur.
Trend menggunakan media sosial untuk mencapai kepentingan dan tujuan yang begitu besar, dengen sendirinya menciptakan media sosial membenetuk hegemoni yang sangat luar biasa. Dampak berikutnya hegemoni media sosial kini sudah menyatu dalam system kehidupan masyarakat. Penyatuan itu dapat dilihat dari kedekatan media sosial dengan hidup dan kehidupan – disetiap tempat dan waktu serta kesempatan- masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, kita akan melihat pengguna media sosial menggunakan media sosial untuk berinteraksi dan pertukaran informasi.  Atau hanya sekedar bertegur sapa untuk menanyakan kabar yang di dalam bahasa agama Islam dikenal dengan silaturrahim.
Memang setiap kehadiran terknologi selalu lekat dengan dua kemungkinan, yakni dimanfaatkan untuk kemudahan dan kehamonisan kehidupan disatu sisi, dan disisi yang lain teknologi seperti media sosial juga dapat digunakan untuk berbuat ke-mafsadat-an (keburukan/ kejahatan/ kemaksiatan). Artinya, teknologi media sosial hanya berfungsi sebagai alat, hasilnya sangat tergantung kepada orang yang menggunakan alat tersebut.
Banyak case dan peristiwa yang mengalir lewat penggunaan media sosial, seperti penghinaan, pencemaran nama baik, tindak pidana, termasuk didalamnya nasehat kebaikan, penyampaian nilai-nilai keagamaan dan lainnya. Ibarat parit, ia hanya menyediakan saluran bagi air agar dapat bergerak sesuai dengan arah dan keinginan, tapi parit tidak akan pernah bertanya kepada air, apa saja yang akan dibawanya saat melintas.
Dalam perubahan perilaku sosial masyarakat, media sosial memiliki kekuatan dalam mengupayakan perubahan di masyarakat. Tidak hanya perubahan di dalam skop kecil, perubahan juga terjadi dalam ranah yang luas, misalnya dalam kenegaraan. Kejadian musim semi di Arab (Arab Springs) yang menumbuhkan kesadaran demokrasi di Timur Tengah juga dipicu oleh gerakan melawan tirani yang dimulai dalam hashtag Twitter atau Facebook.
Era globalisasi seperti sekarang  peran media sosial sangatlah besar dimana perdagangan bebas, pergeseran budaya dan peradaban menjadi hal biasa. Masyarakat bisa mengetahui semua informasi melalui media sosial. Media sosial yang saat ini menjadi pusat dari segala informasi adalah internet. Dengan internet dapat mengetahui tentang apa saja yang  terjadi di berbagai belahan dunia. Jejaring sosial menjadi trend yang berkembang baik itu facebook, twitter, plurk, blog, papperdrink, saling sapa, skype dan masih banyak  lagi. Ini menjadi topik utama yang diperbincangkan mulai dari anak-anak sampai orang tua. Sebagian besar orang memiliki jejaring sosial dan menjadikannya sebagai sarana memperbanyak teman, mencari pasangan hidup, tempat curhat, syiar agama, onlineshop , mendapatkan hiburan,  berbagai ilmu pengetahuan dan lain-lainnya. Banyak kriminalitas yang juga terjadi pada jejaring sosial seperti penculikan, penipuan, plagiat, pembajakan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa media sosial merupakan media yang paling mempengaruhi, banyak orang yang mencurahkan sebagian hidupnya di media sosial dengan itu pula sebagian orang mencari nafkah untuk keluarga mereka.
Begitulah kuatnya hegemoni media sosial, sampai mengalahkan pengaruh keluarga, yang sejak kecil kita telah berada di dalamnya. Mengabaikan ajaran agama yang menjadi pedoman hidup, bahkan menyakiti dan mendzalimi orang-orang yang berada di lingkungan sekitar kita. Gejala teranyar saat ini, potensi perpecahan bangsa dan agama terjadi karena faktor media sosial.
Inilah fakta yang terjadi saat ini, ibarat kata, jika kita ingin populer, berpengaruh, di kenal di seantero dunia, manfaatkan media sosial. Ingin menjadi Presiden, Gubernur, Walikota/Bupati, politisi bahkan pengusaha sukses, maka jangan tinggalkan media sosial. Sebab hegemoni media sosial dapat mengalahkan siapa dan apa saja.
Jika dikaitkan dengan euphoria demokrasi dan politik saat ini, seperti menjelang Pilkada DKI Jakarta, tidak dapat dinafikan, peran media sosial sangat luar biasa. Di ranah media sosial, yang salah bisa menjadi benar dan dipuja puji, sebaliknya yang benar bisa jadi pencundang dan menjadi bahan olok-olokan, bahkan sasaran bully. Orang yang berani melawan arus opini media sosial, ia akan dicibir, dipinggirkan dan disingkirkan, meskipun ia adalah orang baik yang bertujuan ingin melakukan perubahan lebih baik kepada masyarakat. (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar