Dalam Kamus Bahasa Indonesia, hegemoni
bermakna “Pengaruh Kepemimpinan, “Dominasi” dan “Kekuasaan”, dan sebagainya, suatu
Negara ke Negara lain (Negara bagian).
Secara garis besar, media sosial atau
jejaring sosial adalah sebuah platform dan teknologi yang memungkinkan
dibuatnya konten interaktif, kolaborasi, dan pertukaran informasi antara para
penggunanya serta semua itu berbasis internet. Selain itu masih ada beberapa pendapat
tentang media sosial, di antaranya Chris Garrett berpendapat bahwa; Media
sosial adalah alat, jasa, dan komunikasi yang memfasilitasi hubungan antara
orang satu dengan yang lain serta memiliki kepentingan atau ketertarikan yang
sama.
Dari beberapa penjelasan tersebut, hegemoni media sosial dapat dipahami sebagai pengaruh,
dominasi dan kekuasaan teknologi berbasis internet yang digunakan sebagai alat
interkatif atau pertukaran informasi untuk mencapai suatu kepentingan.
Di era digital dan virtual sekarang ini dengan
pesatnya perkembangan teknologi informasi, media sosial sudah tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Apalagi dengan adanya dukungan dari
smartphone atau seluler pintar, yang menyediakan sejumlah fitur-fitur media sosial.
Mulai dari Facebook, BBM (Blackberry Messenger) instagram, Line, Whatsapp, twitter
dan lain sebagainya. Kehadiran fitur teknologi smartphone ini, menjadikan
kehidupan sosial masyarakat tidak lagi terbatas oleh waktu dan tempat.
Untuk menyampaikan ide, gagasan,
propaganda dan agitasi saat ini tidak wajib lagi melakukan tatap muka (face
to face), tinggal tekan tombol keypad di smartphone atau laptop atau
computer, semua sudah bisa dilakukan. Berbagi informasi, berita, gambar sampai video
lebih mudah, termasuk menyebarkan propaganda dan agitasi untuk mempengaruhi
masyarakat.
Pemanfaatan media sosial, juga sudah
merambah seluruh pemilik kepentingan, mulai dari perusahaan, bisnisman, partai
politik, pemerintahan dan bahkan warga masyarakat pun sudah menggunakan media sosial
untuk mencapai tujuannya. Wahana ini diambil karena media sosial dengan segala
keunggulan teknologinya, sudah masuk ke kamar dan teras rumah, dan tidak
terbatas pada kelompok usia dewasa, tapi seluruh kelompok umur.
Trend menggunakan media sosial untuk mencapai
kepentingan dan tujuan yang begitu besar, dengen sendirinya menciptakan media sosial
membenetuk hegemoni yang sangat luar biasa. Dampak berikutnya hegemoni media sosial
kini sudah menyatu dalam system kehidupan masyarakat. Penyatuan itu dapat dilihat
dari kedekatan media sosial dengan hidup dan kehidupan – disetiap tempat dan
waktu serta kesempatan- masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, kita akan
melihat pengguna media sosial menggunakan media sosial untuk berinteraksi dan pertukaran
informasi. Atau hanya sekedar bertegur
sapa untuk menanyakan kabar yang di dalam bahasa agama Islam dikenal dengan
silaturrahim.
Memang setiap kehadiran terknologi
selalu lekat dengan dua kemungkinan, yakni dimanfaatkan untuk kemudahan dan
kehamonisan kehidupan disatu sisi, dan disisi yang lain teknologi seperti media
sosial juga dapat digunakan untuk berbuat ke-mafsadat-an (keburukan/ kejahatan/
kemaksiatan). Artinya, teknologi media sosial hanya berfungsi sebagai alat,
hasilnya sangat tergantung kepada orang yang menggunakan alat tersebut.
Banyak case dan peristiwa yang mengalir
lewat penggunaan media sosial, seperti penghinaan, pencemaran nama baik, tindak
pidana, termasuk didalamnya nasehat kebaikan, penyampaian nilai-nilai keagamaan
dan lainnya. Ibarat parit, ia hanya menyediakan saluran bagi air agar dapat
bergerak sesuai dengan arah dan keinginan, tapi parit tidak akan pernah
bertanya kepada air, apa saja yang akan dibawanya saat melintas.
Dalam perubahan perilaku sosial masyarakat,
media sosial memiliki kekuatan dalam mengupayakan perubahan di masyarakat.
Tidak hanya perubahan di dalam skop kecil, perubahan juga terjadi dalam ranah
yang luas, misalnya dalam kenegaraan. Kejadian musim semi di Arab (Arab
Springs) yang menumbuhkan kesadaran demokrasi di Timur Tengah juga dipicu oleh
gerakan melawan tirani yang dimulai dalam hashtag Twitter atau Facebook.
Era globalisasi seperti sekarang peran media sosial sangatlah besar dimana
perdagangan bebas, pergeseran budaya dan peradaban menjadi hal biasa.
Masyarakat bisa mengetahui semua informasi melalui media sosial. Media sosial
yang saat ini menjadi pusat dari segala informasi adalah internet. Dengan
internet dapat mengetahui tentang apa saja yang
terjadi di berbagai belahan dunia. Jejaring sosial menjadi trend yang
berkembang baik itu facebook, twitter, plurk, blog, papperdrink, saling sapa, skype
dan masih banyak lagi. Ini menjadi topik
utama yang diperbincangkan mulai dari anak-anak sampai orang tua. Sebagian
besar orang memiliki jejaring sosial dan menjadikannya sebagai sarana
memperbanyak teman, mencari pasangan hidup, tempat curhat, syiar agama, onlineshop
, mendapatkan hiburan, berbagai ilmu
pengetahuan dan lain-lainnya. Banyak kriminalitas yang juga terjadi pada
jejaring sosial seperti penculikan, penipuan, plagiat, pembajakan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa media sosial
merupakan media yang paling mempengaruhi, banyak orang yang mencurahkan
sebagian hidupnya di media sosial dengan itu pula sebagian orang mencari nafkah
untuk keluarga mereka.
Begitulah kuatnya hegemoni media sosial,
sampai mengalahkan pengaruh keluarga, yang sejak kecil kita telah berada di
dalamnya. Mengabaikan ajaran agama yang menjadi pedoman hidup, bahkan menyakiti
dan mendzalimi orang-orang yang berada di lingkungan sekitar kita. Gejala
teranyar saat ini, potensi perpecahan bangsa dan agama terjadi karena faktor media
sosial.
Inilah fakta yang terjadi saat ini,
ibarat kata, jika kita ingin populer, berpengaruh, di kenal di seantero dunia,
manfaatkan media sosial. Ingin menjadi Presiden, Gubernur, Walikota/Bupati,
politisi bahkan pengusaha sukses, maka jangan tinggalkan media sosial. Sebab hegemoni
media sosial dapat mengalahkan siapa dan apa saja.
Jika dikaitkan dengan euphoria demokrasi
dan politik saat ini, seperti menjelang Pilkada DKI Jakarta, tidak dapat
dinafikan, peran media sosial sangat luar biasa. Di ranah media sosial, yang
salah bisa menjadi benar dan dipuja puji, sebaliknya yang benar bisa jadi
pencundang dan menjadi bahan olok-olokan, bahkan sasaran bully. Orang yang
berani melawan arus opini media sosial, ia akan dicibir, dipinggirkan dan
disingkirkan, meskipun ia adalah orang baik yang bertujuan ingin melakukan
perubahan lebih baik kepada masyarakat. (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar