IBU adalah orang yang sangat berarti di dalam
hidupku. Ia
juga bagaikan malaikat dalam hatiku. Di saat aku sedang susah, ia membantuku dalam hal apapun, sampai
ia rela menjual cicin pernikahannya untuk biaya kuliahku.
Betapa
sedihnya hatiku bila mengingat kembali kisah itu. Aku malu pada diriku sendiri. Bagaimana
aku bisa membalas jasa ibu,
yang rela memberi belas kasihnya dengan ikhlas kepadaku.
Meski demikian ibuku juga selalu
menasehatiku agar lebih
bergiat belajar sampai akhir hayat. Meskipun aku terkadang tidak mendengarkan nasihatnya
dan suka membantah apa yang dikatakannya. Ibuku selalu berkata tidak seorang anakpun bisa berhasil tanpa berbuat baik
kepada kedua orangtua, karena
restu orangtua adalah restu Allah SWT. Ibuku berharap anaknya
bisa menjadi orang sukses, mandiri tanpa mengemis pertolongan orang lain.
Disepinya malam
terkadang aku merenungkan semua tingkahlaku saya di depan ibu.
Dari kata-kata yang tak sopan dari
bibirku kepadanya hingga bentakku yang terkadang membuatnya meneteskan air mata. Tetesan air mata itu sebenarnya tak kuharapkan keluar dari matanya,
hanya terkadang ego dan khilaf mengalahkan akal sehatku. Ibu hanya kata
sederhana yaitu “maaf” dan penyesalan mendalam yang bisa kuucapkan.
Ibu kelak nanti ketika aku
sudah mampu berdiri sendiri tegak di kakiku sendiri, yang pertama ingin aku lakukan memelukmu dan mencium
tanganmu, lalu berkata “Anakmu ini sudah
berhasil berkat doa-doamu dan kasih sayangmu”.
Waktu tidak dapatku hentikan, saat rambutmu memutih dan
tidak berdaya, akulah tempat bernaungmu. Hanya hal itulah yang aku nantikan sembari menjagamu sampai sang Maha Khalik
memanggilmu ke sisi-Nya.
Sekarang, disaat ku
menumpahkan isi hatiku ini kepadamu, hanya yang ada dibenakku adalah wajahmu teduh yang selalu memberi kesejukan dihatiku. “My lovely mom…..i will always love and
take care of you.” (Fajri
Hidayatullah, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sumut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar