Jumat, 11 Maret 2016

SATU WAKTU DI SEBUAH MASJID

H.Fadly Nurzal, S.Ag bersama Drs. H. Yulizar Parlagutan Lubis, M.Psi usai
melaksanakan shalat asyar bertemu tiga orang anak, yang salah satunya 
bernama Fadly, di Desa Tanjung Pura, Kabupaten Langkat.
Hiruk pikuk Pilkada Gunermur dan Wakil Gubernur Sumut, dengan segala agenda kegiatan untuk bertemu dan menyampa umat diberbagai pelosok Sumatera Utara, tidak membuatnya kehilangan sisi kemanusiaan. Karena memang itu adalah fitrah yang diberikan Allah kepada setiap manusia sebagai seoarang khalifah (pemimpin) di muka bumi ini.
Ada sepenggal kisah sederhana, tapi menurut saya, sarat dengan makna dalam kehidupan. Kisah itu terjadi, di tengah pergumulan dan usaha memenangkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara, H. Fadly Nurzal, S.Ag berpasangan dengan Chairuman Harahap, SH, MH, pada tahun 2013 silam.
Setelah, melakukan perjalanan panjang dari satu desa ke desa yang lain, sore itu rombongan H, Fadly Nurzal, S.Ag termasuk saya, tiba di Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Di Tanjung Pura, ada beberapa agenda yang harus dihadiri, di antaranya bertemu dengan siswa-siswa Madrasah Aliah Negeri (MAN) Tanjung Pura. Setelah itu, pada malam harinya, menghadiri tabligh akbar dan beberapa agenda silaturrahim dengan tokoh masyarakat di wilayah tersebut. 
Namun sebelum, pelaksanaan berbagai kegiatan tersebut, rombongan terlebih dahulu melaksanakan shalat fardhu Asyar, di salah satu masjid sederhana yang kami lewati. Setelah melaksanakan shalat asyar, Fadly Nurzal yang ketika masih menjabat sebagai Ketua DPW PPP Sumatera Utara didampingi sekretarisnya Drs. H. Yulizar Parlagutan Lubis, M.Psi. bertemu tiga anak kecil desa itu yang kebetulan berada di masjid tempat kami shalat. 
Sesaat setelah keluar dari dalam masjid, Fadly Nurzal bersama Yulizar Parlagutan Lubis, beramahtamah dengan ketiga anak itu. Percakapan diawali dengan pertanyaan yang disampaikan Fadly Nurzal. Siapa nama mu...? tanya Fadly Nurzal. Dengan spontan satu dari anak itu, menjawab : "Nama saya Fadly Pak". Mendengar jawaban itu, Fadly Nurzal dan Yulizar Parlagutan Lubis, langsung tertawa kecil. Setelah itu, Fadly Nurzal berkata, "Akh.. ternyata nama kita sama", sambil mengelus kepala anak tersebut. 
Tidak itu saja, Fadly Nurzal pun langsung mengambil dompetnya, dan mengambil beberapa lembar uang dan menyerahkannya kepada anak yang bernama Fadly tersebut. Fadly Nurzal mengatakan, bagi sama teman mu ya! Si anak yang bernama Fadly itu tampak begitu sangat senang, dia pun tak bisa berkata-kata, sambil tersebut ia mengangguk, sebagai pertanda, akan membagi rezeki yang ia dapatkan kepada dua temannya. Kemudian ketiga anak itu, secara serentak mengucapkan, "Terima kasih ya pak"
Apa pelajaran yang dapat kita ambil dari percakapan singkat tersebut, ternyata keramahan dan kemauan untuk bersilaturahim dengan siapa pun pasti mendatangkan manfaat dan rezeki. Betapa tidak, ketiga anak itu sama sekali tidak mengenal siapa yang mendatangi dan mengajak mereka berbincang. Tapi karena ketulusan dan kemauan bersilaturahim, akhirnya mereka mendapatkan rezeki yang tidak mereka sangka. 
Dari sisi Fadly Nurzal, kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran, bahwa sesibuk apapun kita mengejar kehidupan dunia, tetap harus kita menyempatkan diri untuk berkomunikasi sesama. Dan jangan pernah menganggap sepela orang lain, meskipun mereka masih anak-anak. Kita tidak pernah tahu, apa hikmah dan rencana Allah dibalik aktivitas yang kita lakukan. Mudah-mudahan kisah singkat ini memberi manfaat dan menjadi iktibar bagi kita semua, amin. (MH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar