Masa muda adalah waktu seorang hamba
dalam posisi prima, baik dalam pemikiran, tindakan dan sikap. Masa muda juga
masa-masa terindah dalam kehidupan seseorang, karena pada waktu muda, seorang
membangun pondasi masa depannya. Sukses dan tidak sukses pada masa tua, dilihat pada masa mudanya. Maka tidak salah diajarkan untuk memanfaatkan masa muda sebelum
datang masa tua.
Pada masa muda juga dibentuk karakter diri serta arah
masa depan. Maka benarlah Presiden RI pertama Soekarno mengatakan “Berikan aku pemuda, akan kugoncang dunia”. Begitulah besarnya kekuatan yang
dimiliki pemuda.Namun sebagai seorang muslim, tentu harus memahami
bahwa sebesar apapun kekuatan yang dimiliki, semuanya tidak terlepas dari
kekuasaan Allah. Karena Allah yang mengatur dan menentukan
kekuatan hamba-Nya. Oleh karena itu, dalam Islam diajarkan, dilarang bersifat
sombong dan angkuh.
Meskipun secara manusiawi, masa muda, adalah masa dimana
seseorang memiliki kekuatan, keberanian dan
sifat kritis. Idealisme pun merupakan salah satu ciri dari watak anak muda. Itu
cita-cita murni seorang pemuda yang tertanam kuat didalam
hati sanubari untuk mencapai kejayaan bagi semua
umat.
Tan
Malaka menyebutkan bahwa “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya
dimiliki pemuda”. Kekuatan, keberanian serta sifat kritis tertanam dalam jiwa
anak muda untuk melakukan terobosan berdasarkan obyektifitas dan
rasionalitas. Dalam sebuah syair disebutkan “Subbanul yaumi rijalul ghaddi” (pemuda hari ini pemimpin masa depan). Di tangan
pemuda terletak segala urusan umat, dan dikedua kakinya terletak kejayaan
umat.
“Pemuda adalah generasi PENGGANTI
bukan generasi PENERUS!”. Karena
pemuda lah yang melakukan perbaikan kearah lebih baik. Tugas dan beban berat itu harus dilakoni pemuda dalam rangka melakukan perubahan. Sejarah
telah menorehkan catatan perjalanan pemuda, dimana ketika masa mudanya penuh
pengorbanan dan perjuangan guna mencapai kejayaan. Pemuda dipastikan memberdayakan seluruh potensinya.
Bung
Hatta pernah berkata, "Pemuda–pemuda memiliki jiwa yang murni. Pemuda hanya ingin melihat pelaksanaan secara jujur
yang telah dijanjikan pemimpin kepada rakyat. Dan salah satu peran penting yang diemban pemuda adalah menjadi "agent of social control".
Atas dasar itu, sangat
dibutuhkan kehadiran
pemuda–pemuda yang sadar untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur. Itu merupakan
fungsi mendasar pemuda sebagai garda terdepan pembawa pembaharuan dengan ilmu pengetahuan dan kebenaran untuk menciptakan kemaslahatan bagi
orang banyak.
Disamping itu, juga sangat diperlukan nasehat, dukungan maupun masukan dari setiap elemen masyarakat. Sebab pengalaman adalah guru terbaik yang dapat
mendewasakan serta mematangkan pimikiran, agar dalam setiap pengambilan keputusan kita bisa lebih
berhati – hati.
Tuntutan bagi seorang pemuda bukan memperlihatkan sebesar apa kekuatannya, keberanian, serta sifat kritis. Tapi dari seorang pemuda dituntut
kemauan dan kemampuan menyuarakan maupun mengajak umat melakukan pembaharuan. Seperti yang sudah dilakukan para tokoh bangsa, dalam
mengawal dan memproses kemerdekaan Indonesia dari cengkraman penajajah. Sejarah
mencatat, Bung Karno, Bung Hatta serta sejumlah tokoh lainnya telah menunjukkan
apa yang seharusnya dilakukan demi kejayaan Bangsa Indonesia. Begitu juga R.A. Kartini, ia kenal sebagai pejuang kaum perempuan Indonesia. R.A. Kartini wafat dalam usia muda, dengan usia yang relatif singkat, ia bisa melahirkan perubahan melului pemikirannya.
Padahal perjuangan dan cita-cita RA Kartini,
merealisasikannya tidak semudah membalik telapak tangan. Bangsa penjajah yang
melihat gerakan dan perjuangan RA Kartini mampu membahanyakan eksistensi mereka
di negeri, tidak letih menghalangi. Bahkan menghalalkan segala tindakan sebagai
upaya menggagalkan misi RA Kartini.
Meski aral menghalang, RA Kartini sebagai
bagian dari pemuda Indonesia tetap maju melangkah. Hingga pada akirnya,
usaha-usaha RA Kartini membuahkan hasil yakni berhasil mengangkat harkat dan
martabat kaum perempuan Indonesia.
Sama seperti yang pernah disampaikan Harriet Beecher Stowe. “Masa
lalu, sekarang, dan yang akan datang sebenarnya satu, mereka adalah hari ini’. Pandangan ini sama dengan nasihat para
orang-orang bijak yang mengatakan, “Apa yang disemai, itu yang akan dituai”.
Jika pada masa muda kita menyemai benih-benih kejayaan dan kebahasilan, maka pada hari tua kita akan menuai atau memanen kejayaan pula.
Jika kita kaitkan dengan metode menuntut ilmu
pengetahuan, masa yang lebih tepat, itu pada usia muda. Seperti nasehat
yang dirangkai dalam syair, “Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas
batu, belajar di waktu tua, bagai mengukir di atas air’. Semua kondisi itu, sangat
tergantung atas pilihan kita. Jika kita ingin senang pada hari tua, kita
harus berjaya pada masa muda. Ingin berjaya pada masa muda, seluruh pontensi yang dimiliki harus digerakkan untuk meraih kejayaan. (Hikmatiar Harahap, mahasiswa Fakultas Syari’ah
jurusan Akhwalu al Syakhsiyah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar