Selasa, 08 Maret 2016
INGAT...! TIDAK ADA ISI ULANG 'PULSA UMUR'
Bagi masyarakat pengguna handphone atau telepon genggam, istilah isi ulang pulsa sudah sangat familiar. Terutama bagi mereka yang menggunakan kartu pra bayar. Ada yang melakukan pengisian pulsa secara rutin setiap bulan, ada pula mengisi pulsa saat pulsanya habis. Bisa dengan cara manual, bisa juga dengan sistem elektrik. Apa pun metode atau caranya, pastinya setiap pengguna handphone, pernah melakukan pengisian ulang pulsa.Namun untuk urusan umur atau usia dan istilah lain yang digunakan, itu mutlak urusan Sang Maha Canggih, yang menciptakan manusia yang membuat sistem pengisian ulang pulsa. Sebab, yang menentukan seseorang telah habis umurnya hanya Allah Swt. Suatu waktu, ketika diskusi kecil dengan Drs. H. Armia Yusuf, di ruangan Wakil Dekan III Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Sumut, saya dan Wakil Dekan III Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Sumut DR. Zulham S.HI, M, Hum, mendengar satu isitilah, yang terkesan biasa saja tapi memiliki makna yang sangat luar biasa. Istilah yang dicetuskan Bang Armia - pangggilan akrab Drs. H. Armia Yusuf- adalah 'pulsa' umur. Kira-kira kalimatnya seperti ini, "Apa yang kita sombongkan hidup di dunia ini, apa yang kita layak bangga-banggakan. Hidup di dunia ini hanya sementara, apa yang kita miliki, merupakan amanah dari Allah. Apalagi, kita tidak bisa melakukan isi ulang pulsa umur," Saat istilah itu disebutkan Bang Armia, untuk sesaat, kami secara spontan tertawa bersama. Sejurus kemudian, mengangguk tanda setuju dengan istilah tersebut. "iya ya, mana bisa kita melakukan isi ulang pulsa umur, karena umur adalah urusan dan ketentuan dari Sang Maha Pencipta".Kemudian, Bang Armia melanjutkan penjelasannya. "Andailah, kita diberi Allah kewenangan untuk melakukan isi ulang pulsa umur, saya yakin para konglomerat, milliyuner, bisnisman dan para aghniya, pasti berbondong-bondong untuk melakukan isi ulang pulsa umur. Saya yakin, alm Presiden Soeharto misalnya, tidak akan ragu menghabiskan setengah dari kekayaannya untuk membayar pulsa umur bagi almh Hj. Ibu Tien. Atau alm Soeharto juga tidak akan ragu menghabiskan seluruh hartanya untuk bisa membeli isi ulang pulsa umurnya," kata Bang Armia menuntaskan penjelasannya.Nasehat Bang Armia selanjutnya adalah, bagi kita yang masih memiliki stok umur, wajib hukumnya memanfaatkannya sebaik mungkin. "Adinda Mursal dan Zulham masih muda, untuk itu teruslah berkarya dan berbuat baik, sebelum alaram dan limit waktu umur mendekati masa tenggang atau masa berlaku,"ucapnya, yang dengan spontan, kami jawab siap bang!, dan terima kasih atas nasehatnya. ***Alangkah cepatnya jam demi jam dalam satu hari, alangkah cepatnya hari demi hari dalam satu bulan, alangkah cepatnya bulan demi bulan dalam satu tahun, alangkah cepatnya tahun demi tahun dalam umur manusia,” ujar Ali bin Abi Thalib. Umur adalah jumlah pergantian tahun yang kita alami. Kita menghitung umur dari jumlah pergantian tahun yang kita lewati. Karena itu, pergantian tahun sepatutnya menjadi tonggak-tonggak utama buat merenungkan umur.Jadi, jam demi jam yang kita lewati adalah lemari-lemari yang lewat di depan kita. Terserah kepada kita untuk mengisi lemari itu dengan amal saleh atau kemaksiatan, atau kita membiarkannya lewat begitu saja. Dengan begitu, umur adalah “assets” sekaligus “liabilities”.Anda bisa beruntung dan celaka dengan umur panjang Anda; bergantung kepada kualitasnya. Umur ditentukan oleh mutunya, bukan panjangnya. Nabi SAW menyimpulkannya dalam dua kalimat yang indah, “Manusia yang paling baik ialah yang panjang umurnya dan baik amalnya. Manusia yang paling buruk ialah yang panjang umurnya dan buruk amalnya.”Allah SWT berfirman :Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 35)Dan waktu kita hidup di dunia ini sudah ditetapkan-Nya jauh sebelum Dia menciptakan makhluk-makhluk-Nya. Sehingga kita tidak bisa menambah atau pun mengurangi umur kita dengan cara apapun, misalnya dengan berdiam diri di suatu menara yang kokoh sehingga umur kita lebih awet. Tentu tidak bisa, karena apa? Karena umur kita itu sudah ditetapkan-Nya di Lauh Mahfudzh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar