SAYA tulis pendapat saya ini sebagai masukan kepada
Bung Jokowi. Saya yakin kasus penistaan Ahok pada Alquran menuntut penyelesaian
secepatnya, langsung di bawah pengarahan dan pengawasan Presiden. Lihatlah
rangkaian demo yang makin marak di berbagai daerah.
Rentetan demo itu bersifat spontan. Intinya:
permintaan maaf dari Ahok diterima, tapi proses hukum yang adil, jujur, dan
transparan harus segera dilakukan.
Saya, sebagai seorang Muslim, sangat-sangat
tersinggung dan terhina dengan ucapan Ahok bahwa ayat 51 Surah al-Maidah
digunakan untuk membohongi masyarakat. Untuk memilih atau tidak memilih
seseorang. Ucapan itu menyiratkan rasa benci Ahok pada Alquran, kitab suci umat
Islam seluruh dunia, sejak 14 abad silam.
Alquran memberitahu kaum beriman bahwa ungkapan
kebencian terkadang muncul jelas dari mulut-mulut pembenci Islam. Namun yang
tersembunyi di dada mereka jauh lebih besar (QS Ali Imran: 118). Umat Islam Indonesia
karena rasa tasamuh-nya (toleransinya) demikian besar, seringkali dianggap
bodoh, mudah dibodohi, dan punya daya tahan istimewa menghadapi berbagai macam
penghinaan. Penghinaan politik, penghinaan sosial, dan penghinaan ekonomi.
Umat Islam khususnya dan bangsa Indonesia umumnya,
cukup marah dengan berbagai keputusan Menkumham sekarang yang cenderung
memecah-belah berbagai kekuatan politik anak-anak bangsa. Tentu pemerintah
bodoh karena usaha pecah-belah itu dalam jangka panjang akan jadi bumerang bagi
pemerintah sendiri.
Akan tetapi, lihatlah berbagai kekuatan politik itu
menelan kemarahan mereka. Semarah apa pun mereka tidak bergerak. Mereka tetap
sabar.
Ketika masyarakat merasakan kehidupan yang makin
sulit, pengangguran makin meluas, dan angka kemiskinan bertambah, rakyat tetap
sabar. Mereka cukup geram, tapi tidak bergerak secara massal. Mereka tetap
sabar sambil berharap semoga esok bisa lebih bagus dari hari ini.
Ketika kekuatan asing dan aseng menggenggam seluruh
sektor ekonomi nasional, lagi-lagi umat Islam dan anak bangsa lainnya tetap
bersabar. Lihatlah seluruh sektor ekonomi penting telah berada di tangan asing
dan aseng.
Sejak dari properti, perbankan, pertambangan,
pertanian, kehutanan, sampai perkebunan, dan lain-lain, sudah tidak lagi di
tangan anak-anak bangsa. Penguasaan tanah di berbagai kota besar juga berada di
tangan agen-agen kepentingan asing dan aseng. Tujuh puluh delapan persen tanah
di DKI Jakarta sudah dimiliki oleh para benalu bangsa.
Marahkah rakyat Indonesia? Tentu! Tetapi mereka telan
kemarahan itu dengan kesabaran yang tidak ada duanya di dunia. Lagi-lagi,
rakyat hanya berkeluh-kesah, tapi tidak bergerak.
Ketika hukum dilaksanakan secara tebang-pilih atau
diskriminatif, rakyat marah, tetapi tetap tidak bergerak. Ketika korupsi
berskala raksasa jelas-jelas dilindungi, sejak dari skandal BLBI, Bank Century,
deforestasi (penghancuran hutan), sampai yang terbaru skandal Sumber Waras dan
reklamasi Teluk Jakarta, rakyat hanya berkeluh-kesah, geram, marah, nyaris
putus asa. Tetapi mereka tidak bergerak. Sabar dan tetap sabar.
Nah, Bung Jokowi, kasus Ahok merupakan skandal dari
jenis yang sangat berbeda. Berbagai skandal yang saya sebutkan di atas, cuma
skandal berdimensi dunia, walaupun sangat menohok rasa keadilan rakyat.
Bung Jokowi, kasus Ahok mengguncangkan Indonesia
karena Ahok sudah menyodok kesucian langit. Ahok sudah benar-benar kelewatan.
Saya sependapat dengan KH Hasyim Muzadi, siapa pun yang berani menista Allah,
Rasul-Nya, dan Alquran tidak ada yang bisa selamat. Mengapa? Karena umat Islam
di manapun berada, tidak pernah bisa menerima penistaan terhadap Allah,
Rasul-Nya, dan Kitab Suci-Nya.
Mohon dimengerti pula usaha apa pun yang dilakukan
untuk membelokkan fokus perhatian lewat berbagai cara agar skandal Ahok
pelan-pelan menghilang, pasti akan sia-sia. Yang terjadi justru semakin ditunda
penyelesaian hukum skandal Ahok, semakin tinggi risiko yang kita hadapi.
Setelah peristiwa skandal Ahok di Kepulauan Seribu,
ia ngomong kacau lagi tentang Pancasila. Katanya, Indonesia yang berdasar
Pancasila menjadi utuh hanya apabila minoritas sudah menjadi presiden. Tentu
banyak rakyat yang marah pada celotehan ini, tetapi segeram apa pun rakyat
tetap tidak turun ke jalan.
Semoga Bung Jokowi cukup arif untuk memahami bahwa
skandal Ahok di Kepulauan Seribu itu telah menjadi bom waktu yang daya ledak
sosial-politiknya dapat mengguncangkan sendi-sendi stabilitas nasional dan
persatuan bangsa.
Akankah kita unggulkan seorang Ahok di atas
kepentingan 250 juta bangsa Indonesia? Jasa besar apa yang pernah ditorehkan
oleh Ahok untuk bangsa Indonesia?
Bung Jokowi, kami semua tahu bahwa Kapolri dan
seluruh jajaran Polri berada dalam kendali Anda. Terus terang kasihan Kapolri
harus memikul tanggung jawab untuk penyelesaian hukum kasus skandal Ahok dan
menjadi sasaran kritik masyarakat sampai sekarang.
Lucunya, Anda belum berkata sepatah kata pun sampai
sekarang tentang skandal Ahok. Sungguh aneh. Ada apa gerangan?
Bola penyelesaian skandal Ahok yang sangat berbahaya
itu ada di tangan Anda. Hentikanlah permainan image building (pencitraan) Anda.
Di sebuah kesempatan, Anda bicara, biarlah KPK mengurusi korupsi gede,
sementara Anda yang kecil-kecil.
Pungli sepuluh ribu rupiah pun akan Anda kejar. Saya
yakin decak kagum masyarakat yang dulu Anda nikmati, sekarang sudah berubah
total. Rakyat kita sudah cukup cerdas, membedakan mana emas, mana loyang.
Saya doakan Bung Jokowi bisa mengambil langkah cepat,
bijak, dan tepat. We are racing against time, kita berlomba dengan waktu.
Skandal Ahok penting mbahnya penting untuk segera
diselesaikan secara hukum. Jangan berputar dan berkeliling membeli waktu dengan
harapan skandal Ahok dapat meredup, dan akhirnya selesai dengan sendirinya.
Sesuatu yang mustahil. Bung Jokowi, saya hanya mengingatkan. (Sumber: Republika, 28 Oktober 2016).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar