Kamis, 29 Desember 2016

PERUMPAMAAN TERHADAP MANUSIA DALAM AL-QURAN

Bagi manusia yang lalai dan tidak bertanggungjawab terhadap potensinya serta tidak menyadari atau memahami potensi yang diterimanya, ia akan mendapat kerugian yang besar. Di antara akibat kelalaiannya adalah diumpamakan Allah dengan binatang dan tanaman, hingga serupa dengan binatang atau makhluk lainnya yang lebih rendah.
Apabila potensi ini digunakan dengan baik melalui ibadah dan amal saleh, maka ia akan berbahagia. Sebaliknya jika potensi tersebut tidak digunakan, mereka akan mendapat penghinaan dan status yang tidak bernilai di hadapan Allah SWT. Mereka diumpamakan dengan monyet, anjing, babi, kayu, batu, laba-laba dan keledai.

Kal-An’am (Bagaikan binatang ternak)

Manusia diberi hati, mata dan telinga untuk mengenal tanda-tanda Allah tetapi jika tidak digunakannya maka sama sahaja tidak mempunyai potensi tersebut. Binatang tidak mempunyai potensi seperti yang dimiliki oleh manusia, maka wajar Allah berikan perumpamaan terhadap manusia seperti binatang ternak.
 “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat kebesaran (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telingan (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seumpama binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (al-A’raf, 7: 179 )
Manusia sering menuruti hawa nafsu sehingga menjadikan nafsu sebagai Tuhan sehingga lalai dengan tidak mendengar dan tidak memahami firman Allah.
 “Terangkanlah kepadaKu tentang orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya, maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya. Atau apakah kamu mengira bahawa kebanyakan mereka itu mendengar dan memahami, mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak bahkan mereka lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu.” (Al-Furqan, 25: 43-44) 

Kal-Kalb (Bagaikan anjing)

Allah berikan hawa nafsu kepada manusia agar kehidupan manusia menjadi dinamik. Dengan nafsu, manusia mempunyai cita-cita, keinginan menikah, bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan, makan dan minum dan sebagainya.
Nafsu perlu dikendalikan dan dikawal, bukannya dituruti seperti binatang yang tidak mampu mengendalikan nafsu. Allah memberi perumpamaan seperti anjing apabila manusia terlalu menurut hawa nafsu mereka.
“Dan kalau Kami Menghendaki sesunggunya Kami Tinggikan derjatnya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya dihulurkan lidah dan jika kamu biarkannya dia menghulurkan lidahnya juga. Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Cerita-cerita demikian bermaksud agar manusia memikirkannya.” (al-A’raf, 7: 176)

Kal-Qird (Bagaikan kera)

Mereka yang tidak beramal saleh dan fasik mendapat balasan yang lebih buruk yaitu dikutuk dan dimurkai Allah. Ayat 160 surah al-Maidah menyebut tentang perumpamaan terhadap orang fasik (yang disebut pada ayat sebelumnya dalam surah tersebut) sebagai kera dan babi.
“Katakanlah (Muhammad), “Apakah akan Aku Beritakan kepadamu tentang orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang fasik) disisi Allah? Iaitu orang yang Dilaknat dan Dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thagut.” Mereka lebih buruk dari tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.” (al-Maidah, 5: 60 )

Kal-Khinzir (Bagaikan babi)

Dalam ayat 160 surah al-Maidah seperti di atas juga menyebut perumpamaan seperti babi terhadap orang-orang fasik. Babi adalah makhluk yang diharamkan oleh Allah untuk dimakan sebagai ujian kepada manusia, karena babi memiliki berbagai karakter tidak baik. Manusia bagaikan babi adalah manusia yang memiliki pelbagai karakter yang tidak baik.
Dari ibnu mas’ud RA beliau berkata, “Rasul SAW ditanyai mengenai kera dan babi, apakah ia merupakan binatang yang dialihrupakan oleh Allah?” beliau menjawab, “Allah tidak membinasakan suatu kaum”, atau beliau mengatakan, “Allah tidak mengalihrupakan suatu kaum lalu menjadikan mereka berketurunan dan beranak cucu dan bahwasanya kera dan babi ada sebelum itu” (HR Ats-Tsauri)

Kal-Hijarah (Bagaikan batu)

Mereka yang keras hatinya sehingga ingkar dan tidak mahu menerima perintah Allah diumpamakan seperti batu bahkan lebih keras lagi. Perkara ini dirakamkan dalam al-Quran yang menyifatkan sikap bani Israil yang degil dan ingkar arahan Allah melalui rasulNya, nabi Musa.
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh kerana takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah daripada apa yang kamu kerjakan.” (al-Baqarah, 2: 74)

Kal-‘Ankabut (Bagaikan laba-laba)

Manusia sering angkuh dan sombong dengan kebolehan dan potensi yang Allah kurniakan. Mereka berbangga dengan pencapaian dan kuasa yang mereka perolehi di dunia hingga menganggap tidak ada perkara yang boleh membinasakan mereka.
Firaun begitu angkuh dan mendakwa dia adalah Tuhan yang boleh menentukan hidup dan mati. Namun ternayata dia tidak dapat melindungi diri apabila ditelan oleh laut yang ketika mengejar nabi Musa.
Hanya Allah merupakan pelindung yang paling berkuasa dan tidak mampu ditandingi. Jika manusia mencari pelindung selain Allah, ternyata ia amat sia-sia kerana makhluk tidak mempunyai kekuatan dan amat lemah.
 “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (Al-‘Ankabut, 29: 41)

Kal-Himar (Bagaikan keledai)

Orang yang mendustakan ayat-ayat Allah diibaratkan seperti keldai. Mereka telah diberikan panduan tetapi tidak mengambilnya. Suatu kerugian yang besar bagi manusia yang telah mengenal Allah tetapi kemudian mendustakannya.
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tidak memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruk perumpamaan kaum yang mendustkan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (al-Jumu’ah, 62: 5)

Kal-Khasyab (Bagaikan kayu)

Manusia sering bersikap tidak jujur dan hipokrit. Mereka hanya mengejar dunia dengan kemewahan, keseronokan dan kecantikan yang bersifat sementara. Nilai ini dianggap penting dan dipandang tinggi oleh manusia tetapi ianya bukan suatu yang bermakna di sisi Allah SWT sehingga Allah umpamakan seperti kayu.
“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata, kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh yang sebenarnya maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan dari kebenaran?” (al-Munafiqun, 63: 4) (dari wmazmi.wordpress.com/category/general/9/april/2011/ @ 11:02 pm)

Rabu, 28 Desember 2016

BENARKAH, KASIH AYAH SEPANJANG GALAH?


Ayahku adalah sosok laki-laki yang patut dikagumi sifat dan perbuatannya. Ia memiliki tanggungjawab besar untuk keluarga. Kasih sayangnya tak patut diragukan. Meskipun kata orang ibu memiliki kasih sayang lebih besar, karena ibu yang melahirkan dan mengasuh anak.
Tapi kasih sayang ayah bisa saja lebih besar, walaupun ia tidak ditaqdirkan mampu melahirkan seperti ibu, justru itu kasih sayangnya lebih besar dan dalam. 

Iri melihat kedekatan anak kepada ibu mendorong ayah berusaha maksimal memenuhi seluruh kebutuhan anak-anaknya. sebab sama seperti ibu, kebahagiaan anak dan keluarganya adalah wujud dari kebahagiaanya sendiri. Itulah gambaran pengorbanan seorang ayah. 
Bagiku ayah adalah pahlawanku. Ia sosok yang tegas dan berwibawa, atas dasar itu pula ayah sering dicap orang yang keras. Di sisi lain, ibu memerankan sifat lemah lembut dalam menunjukkan kasih sayangnya.
Namun sadarkan kita, ‘sifat keras’ ayah adalah caranya menyanyangi kita? Atau karena kita sudah memanifestasikan kasih sayang adalah kelembutan, sehingga memberikan pandangan sifat keras bukanlah bentuk kasih sayang. Menurut saya pandangan itu keliru. Ayah memposisikan diri sebagai pemimpin keluarga, karena itu berbeda dengan ibu cara memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya.
Ayah mendidiki anaknya dengan disiplin, patut dan dekat dengan Allah SWT dan Rasul-Nya. Ayah mendidik anaknya untuk hidup dengan proses bukan instan. Jadi kalau anaknya meminta sesuatu, tidak lantas diberikan dan itu bukan berarti ia membanci kita, tapi justru ia mengajarkan kita dalam hidup tidak boleh manja.
Atau ketika kita terjatuh, ibu yang memeluk dan mengobati kita. Saat itu, ayah sedang mengajari kita tentang ketegaran karena hidup pasti ada jatuh dan menderita. Ayah juga tidak member izin kita keluar malam tanpa didampingi, bukan untuk menjadikan kita anak rumahan. Tapi justru ayah tidak ingin kita terjerumus atau salah mengambil jalan dalam kehidupan.
Terlepas dari cara pandang anak melihat, sesungguhnya ayah sering meneteskan air mata pada malam-malam ia memanjatkan doa kepada Sang Khaliq. Pintanya kepada Sang Maha Kuasa, agar anak-anaknya dijadikan soleh/solehan, cerdasa, sukses dan bahagia. Di siang hari, ayah tak berhenti dan tak mengenal lelah dalam mencari rezeki buat keluarganya.
Seperti ayahnya yang bekerja sebagai nelayan. Panas, hujan dan dingin udara di tengah lautan, tak pernah dikeluhkan ayah. Walaupun terkadang sudah susah payah, ternyata tidak dapat ikan. Bahaya yang mengancam tidak membuat nyali ayah ciut, justru ia tetap melangkah berjuang dengan tidak mengenal kata menyerah.
Dengan apa yang telah dilakukan ayah, masih pantaskan menyebutkan ia tidak sayang pada kita, kasih sayang hanya sepanjang galah. Apakah karena kedisiplinan dan ketegasannya mendidik lantas kita membencinya. Walaupun jawaban kita ya, tapi yakinlah ayah tidak akan pernah membenci kita sampai kapanpun itu.
Namun yang pasti, aku bangga pada ayahku. Ia adalah pahlawanku, kasih sayangnya sama dengan kasih sayang ibu, dan bukan tidak mungkin lebih besar dari kasih sayang yang diberikan Ibu. Wallau a’lam bishawaf. (tulisan Syaiful Amri, mahasiswa semester I Jurusan Akhwal Al Syakhsiyah Fak. Syariah dan Hukum UIN Sumut/editing Mursal Harahap, S.Ag, M.Kom.I)


TIKAR BERBAHAYA BAGI KESEHATAN

Saat duduk di lantai, pasti kita membutuhkan alas baik itu tikar aau karpet yang membuat kita lepas dari dinginnya lantai. Ada berbagai alas lantai yang bisa kita beli di pasaran, namun Anda perlu siaga.
Terutama saat ini, mengedar produk-produk alas lantai yg tidak ramah lingkungan bahkan beresiko untuk kesehatan. Salah satunya karpet plastik, yang bisa dengan mudah kita jumpai di pasar tradisional maupun modern.
Karpet yang biasanya punya corak unik dengan gambar-gambar menarik, terutama untuk anak-anak, jadi bisa sangat berbahaya untuk kesehatan Anda. Mengapa demikian, dan bagaimana caranya kita pilih karpet yang aman?
Anda mulai saat ini harus waspada, kerana ada laporan yang menyampaikan kandungan bahan kimia yang dibutuhkan pada alas lantai itu bisa mengakibatkan kanker payudara serta menghambat perkembangan anak-anak.
Menurut kajian ilmiah, dua bahan beresiko yang dikenal sebagai Phtthalate dan Bisphenol A (BPA) dilaporkan paling banyak dipakai dalam pembuatan tikar itu.
Walau sebenarnya, beberapa bahan ini sudah 'diharamkan' pemakaiannya di beberapa negara karena efeknya yang berbahaya. Bahkan sejak awal th. 2011, hampir di semua negara Eropa dilarang pemakaian bahan ini.
Bahan dari BPA biasanya keluarkan bau yang cukup menyengat, dan banyak juga dipakai pada mainan anak-anak sampai bungkus nasi.
Untuk Anda yang perduli dengan kesehatan periode panjang, pakai tikar punya bahan dasar kain, dan jauhi tikar atau karpet yang berasal dari plastik. Karena hampir setiap plastik akan 'dilembutkan' oleh BPA. Lebih baik mencegah dari pada Anda menyesal di masa depan.

(sumber:http://www.rumahsehat99.com/2016/08/apakah-dirumah-ada-tikar-ini-jangan.htm)

KASIH SAYANG TAK BERBATAS


Ibu adalah manusia pertama yang berkomunikasi dengan kita. Ibu orang yang mencintai kita, bahkan sejak ia belum bertemu secara langsung kita. Ibu adalah wanita yang sudah merawat kita sejak kita masih berbentuk segumpal daging dan darah, karena itu pastilah setiap ibu menyanyangi anaknya.
Ibulah yang ditaqdirkan melahirkan generasi penerus agama dan bangsa. Selama mengandung sembilan bulan atau lebih, ia selalu menjaga kesehatan, agar janin di dalam rahimnya juga sehat, terpenuhi gizi dan nutrisinya.
Ibu rela memberikan apa yang dia punyai termasuk nyawa dipertaruhkannya saat melahirkan. Kelahiran kita ke dunai membawa kebahagiaan tiada terhingga bagi ibu, karena dengan itu ibu menjadi wanita sempurna untuk suami dan keluarganya.
Sejak itulah ibu merawat kita dengan penuh kasih sayang, seluruh kebutuhan dipenuhi sedaya mampu. Masa-masa pertumbuhan, ibu adalah madrasah pertama yang mengajari tentang agama dan kebajikan. Ibu orang yang membangun caracter building atau jati diri anaknya, ia yang melukis kepribadian dan membangun sifat-sifat anak-anaknya. Ibu yang mengajarkan sabar dan ikhlas dengan merawat kita tanpa pamrih.
Setiap malam ibu selalu berdo’a kepada Sang Khaliq agar anaknya kelak berhasil meraih cita-cita dan sukses dalam hidup. Lantunan doa itulah yang mengiri setiap tehap pertumbuhan kita, hingga kita mamasuki pendidikan formal.
Begitu memasuki usai remaja dimana harus ada penjagaan super ketat, karena masa ini, masa labil bagi setiap anak. Masa dimana anak sudah bergaul dengan seluruh pernak-pernik kehidupan yang ada di lingkungannya. Lagi-lagi ibu yang tampil memberikan batas dan garis baik dan buruk dengan untaian nasehat dan bimbingannya.
Setelah melewati masa remaja, berarti kita sudah dewasa, dan pada tahap ini ibu memberikan ‘kebebasan’ bagi anak-anaknya untuk memilih jalan hidup sendiri. Ibu merelakan kita jauh dari jangkauannya, mendukung cita-cita atau pendidikan yang lebih baik. Namun meski jauh dimana, kita tetap dekat di hati ibu.
Ibu adalah orang pertama yang selalu menghormati dan mendukung keputusan anaknya, jika itu dianggap baik. Tapi Ibu tak pernah gentar apalagi sungkan untuk menegur dan mengingatkan, ketika jalan yang dipilih anaknya salah. Meskipun teguran dan peringatan selalu terucap dengan lembut.
Dengan segala kekuatan dan kelebihan yang dimiliki ibu, ia menjelma menjadi inspirator dan motivator sekaligus suritauladan bagi putra putrinya. Oleh karena itu, kesuksesan seorang anak berkaitan erat dengan ridhonya, karena ridho ibu adalah juga ridho Allah SWT.
Posisi ibu dalam Islam sangat mulia sebagaimana Sabda Rasulullah Saw yang menyebutkan untuk memuliakan Ibu, ibu, ibu kemudian baru ayah dan orang-orang yang berilmu. Derajat mulia itu juga membuat ibu adalah surga bagi anak-anaknya, karena memang surga ada dibawah telapak kaki ibu.
Diantara juataan ibu yang ada di dunia, hanya merekalah pemilik cita-cita sederhana tapi agung, yakni hanya ingin menjadi ibu terbaik bagi anak-anaknya. Keinginan selalu memberikan yang terbaik, kasih sayang yang tiada putus, kesabaran dan keikhlasan serta kuat menyampaikan untaian doa agar anak-anaknya sukses, berguna bagi orang lain serta menuai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Almarhumah Aini adalah seorang ibu rumah tangga biasa dan dialah ibu kandungku. Ibu yang memiliki kasIh sayang sangat dalam kepada saya. Ibu yang tak pernah mengeluh saat menjaga, membesarkan dan mendidik saya sejak saya lahir ke dunia hingga sekarang ini.
Dia adalah panutan yang memiliki ketulusan hati, kasih sayang tak terbantahkan. Walaupun beliau begitu cepat meninggalkan saya karena dipanggil Sang Maha Pencipta, namun seluruh jasa dan pengorbanan serta nasehat yang telah diabdikannya takkan terlupakan.
Karena itu, sudah kewajiban anak memuliakan ibu, tidak melukai hati dan perasaannya, menjaga agar tidak meneteskan air mata hanya karena tingkah konyol dan keegoisan kita selaku anak. Kita juga wajib mendoakan yang terbaik buat ibu, sebagaimana beliau disepanjang hanyatnya telah memberikan yang terbaik kepada kita. Meskipun secara hitungan, tidak seorang anakpun yang mampu membalas jasa dan pengorbanan ibunya.
Mengikuti nasehatnya, mewujudkan keinginannya dan menjadi anak soleh dan solehan bagian dari bakti terbesar anak pada ibu, karena sesungguhnya kesuksesan dan kebahagiaan anak adalah kebanggaan ibu. Bersyukurlah, bila sekarang masih bisa memeluk dan mencuci kaki ibumu, karena banyak anak yang tidak mendapatkan kesempatan seperti itu. (tulisan Saprida Tanjung, mahasiswa semester I Jurusan Siyasah Fak. Syariah dan Hukum UIN Sumut/editing Mursal Harahap, S.Ag, M.Kom.I)

Sabtu, 24 Desember 2016

BER-AMAL-LAH SELAGI ADA UMUR


Akhir kehidupan setiap orang memang tidak selalu berbanding lurus dengan apa yang dilakukan saat ini. Siapa sangka orang yang sangat berambisi membunuh Rasulullah, justru berbalik menjadi pembelanya.
Pada masa jahiliyah, Khulafaur Rasyidin Umar bin Khattab ra dikenal sebagai seorang jawara yang taat dan loyal terhadap agama nenek moyangnya. Hal itu tentu menjadi alasan logis bagi Umar membenci Nabi Muhammad Saw, orang yang dianggapnya sebagai pengancam eksistensi agama nenek moyangnya, hingga manifestasi kebencian itupun melahirkan rencana pembunuhan Muhammad.
by google
Akan tetapi sejarah mencatat, Khalifah Umar tampil sebagai pembela Rasulullah saat Ukasyah berniat ‘menuntut balas’ pada Rasulullah. Umar pun berdiri menghalangi Ukasyah dan mengatakan tak boleh ada satu orangpun yang bisa menyakiti Rasulullah. Lalu, Umar menyuruh Ukasyah melangkahi dahulu mayatnya, bila ingin menyakiti Rasulullah.
Dikisah lain, siapa sangka Abdah bin ‘Abdurrahim, seorang yang keimanannya tak perlu diragukan lagi, sebab ia seorang mujahid dan panglima perang tangguh serta hafiz Qur’an. Ia pun dikenal orang yang mendalam ilmunya, zahid, rajin ibadah khususnya puasa Daud, serta memiliki iman dan ketaqwaan luar biasa.
Namun, diakhir hanyatnya justru meninggal tanpa membawa Islam di dalam dadanya alias murtad, karena tergoda wanita Romawi yang kemudian dinikahinya. Ingatlah, akhir perjalanan hidup kitalah yang akan menentukan dimana posisi kita.
Khalifah Utsman bin Affan ra pernah  berkata : “Sungguh, seandainya aku berada di antara surga dan neraka, aku tidak tahu kemana tempat kembaliku, surga atau neraka. Dan seandainya aku diberi hak untuk memilih, aku akan lebih memilih untuk menjadi abu, sebelum aku mengetahui tempat tinggalku yang abadi.
Padahal amal seorang Utsman bin Affan ra tidak bisa dibilang remeh, sebab beliau adalah penyandang dana satu-satunya saat Perang Tabuk. Perang dimana umat Islam saat sedang mengalami krisis ekonomi.
Bagaimana dengan kita, apakah amal saleh kita seistimewa Utsman bin Affan? Kalau ada yang lebih rendah  dari debu, tentu kita akan memilihnya sebelum kita mengetahui dimanakah akan ditempatkan, apakah surga atau neraka? sangat mungkin amal soleh kita sangat lebih sedikit dibandingkan Utsman bin Affan . 
Memang setiap mukmin dijanjikan surga jika beriman dan tidak mempersekutukan Allah sampai akhir hayatnya. Namun saat kita mengingat pedihnya siksa neraka, niscaya tidak akan mau mampir, walau hanya semenit saja.
Beramal saleh sepanjang hidup adalah ikhtiar yang harus dilakukan. Dalam hidup, kita tak bisa lepas dari khilaf dan dosa. Karena kita bukanlah orang maksum (terpelihara dari dosa), sehingga penting untuk senantiasa melakukan amal-amal saleh disetiap kesempatan, di sepanjang usia yang Allah berikan, seraya berdo’a :
“Allahumma ja’al khoiro umuri akhirohu, wa khori ‘amalii khawatimatu, wa khori ayyami yauma alqoka fiihi”  Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku adalah umur yang terakhirnya, sebaik-baik amalku adalah amal-amal penutupnya dan sebaik-baik hariku adalah hari saat aku menghadap-Mu”
“Tetaplah semangat beribadah dan beramal saleh, 
siapa tahu, itu adalah ibadah dan amal saleh kita terakhir”. (***)

LELAKI TERHEBATKU...


Sosok lelaki yang patut dikagumi sifat, sikap dan perbuatannya. Memiliki tanggungjawab besar terhadap keluarga. Kasih sayangnya tak pernah diragukan, ia adalah seorang ayah. Sifat ayah pada dasarnya mengayomi, bertanggungjawab dan berusaha membuat keluarganya senang dan bahagia. 
Ibu memiliki kasih sangat yang sangat besar kepada anak-anaknya, karena ibu yang melahirkan dan mengasuhnya. Tapi  kasih sayang ayah tidak kalah besar dari ibu. Meskipun secara fitrah ayah tidak merasakan derita serta sakit seperti derita dan sakit yang dialami ibu waktu, mengandung, melahirkan dan menyusui.
Dalam perjalanan hidup, seringkali ayah terkesan cemburu atas kedekatan anak-anak dengan ibu mereka. Tapi meskipun rasa cemburu itu ada, ayah tetap berusaha sekuat tenaga memenuhi keluarga, terutama anak-anaknya, sebab kebahagiaan keluarga adalah kebahagiaannya.
Ayah tidak akan membiarkan anaknya dimarahi atau disakiti orang lain. Meskipun cara dia mendidik anak-anaknya tegas dan terkadang keras, ia tidak akan tega melihat anaknya tersakiti. Kalaupun pada momen tertentu ayah memarahi dan memukul anaknya, itu adalah bentuk kasih sayangnya.
Ayah sangat berharap anak-anaknya tumbuh dengan pribadi yang kuat, bertanggungjawab dan mandiri dalam mengarungi proses kehidupan yang panjang dan berliku. 
Itulah pelajaran berharga dari ayah yang mungkin tidak kita dapatkan di bangku sekolah. Betapa pun ia lelah, capek, bercucuran keringat, ayah tidak bergeming dan terus bekerja. Meskipun tulangnya mulai rapuh, kulit mengeriput, nafas tersengal, namun ia tetap tegak berjalan mencari rezeki demi menafkahi keluarga.
Ayah… engkaulah lelaki terhebat dalam hidupku, engkau adalah guru yang tak pernah mengeluh mengajariku akan kebaikan. Engkau adalah penopang hidupku, sungguh jasamu tiada terbayar. Hanya Sang Maha Pemberi Rezeki yang dapat membalasnya. Semoga ayah selalu sehat dan bahagia, amin. (tulisan : Nurul Huda Panggabean, mahasiswa semester I, Jurusan Siyasah-B, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sumut /editing : Mursal Harahap, S.Ag, M.Kom. I)

YA ALLAH, JADIKAN AYAH SUPERHERO BAGIKU


by google
Dia bukan seorang superhero seperti Superman, bukan orang super kuat sekaligus jutawan layaknya Iron Man dan bukan pula pejabat tinggi dan penting di negeri ini. Dia hanyalah seseorang yang begitu menakjubkan dan nomor wahid di hatiku. 
Aku bangga memilikinya, dialah ayahku yang terhebat dan takkan pernah tergantikan sepanjang masa. Ia telah merawatkan sejak kecil, menjadi guru yang mengajariku banyak hal. Ayah adalah superhero di dalam hatiku, ia adalah teladan dalam kehidupanku.
Kerja keras dan perjuangan yang dilakukannya sungguh tiada bandingan. Demi memenuhi kebutuhan rumah tangga, istri dan anak-anaknya, ayah tidak pernah mengenal lelah, hujan dan panas terik mentari tidak menghentikan langkahnya. Tekad dan tujuannya hanya membahagiakan seluruh keluarganya. 
Ayah tak pernah menghitung biaya yang dikeluarkan, baik untuk kebutuhan sandang, pangan dan papan. Demikian juga untuk kesehatan dan pendidikan. Baginya urusan terpenting dan berada di atas segalanya adalah membantu anak-anaknya meraih kesuksesan. Kebanggaannya adalah ketika anaknya meraih sukses.
Atas keikhlasan perjuangan dan jasa-jasanya, ayah tidak pernah meminta balasan dari anak-anaknya. Yang diharapkannya adalah putra putrinya menjadi orang-orang sukses dan tentunya berbakti kepada kedua orangtua.
Menceritakan sosok ayah bagiku butuh waktu panjang, karena memang terlalu banyak kebaikan yang telah diberikan ayah. Apalagi ayahku memilliki kesukaan yang sama denganku.
Karena itu, sebagai seorang anak yang terus berusaha mempersembahkan bakti terbaik, dalam setiap sujudku, terus kulantunkan do’a kepada Sang Maha Mengabulkan Doa Allah SWT. 
“Ya…Allah yang Maha Menerima Do’a, ampunilah dosa dan kesalahan ayah dan ibuku. Berilah keduanya kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Anugerahilah ayah dan ibuku kesehatan, kedamaian hidup, keselamatan serta perlindungan-Mu. Sayangi dan kasihilah keduanya seperti mereka mengasihi dan menyanyangi aku sewaktu kecil.
Terimalah seluruh amal ibadah dan kebajikannya, tetaplah beri petunjuk baginya, kuatkan iman dan akidahnya dalam Islam. Jadikan ayahku sebagai superhero di dalam hatiku, sehingga kehadirannya selalu memberi rasa aman dan nyaman. Jadikan dia sebagai lampu yang terus menerangi disetiap jalan hidupku.
Setiap helaan nafas dan keringatnya jadikanlah sebagai ibadahnya, langkah kaki dan ayunan tangannya sebagai satu kebajikan, amin ya robbal alamin.
Buat ayahku yang hebat, sebanyak apapun rangkaian kata kususun, takkan pernah cukup mewakili perasaan bangga telah menjadi darah dagingmu. Terima kasih telah menjadi ayah yang baik bagiku. Ayah yang memberiku kepercayaan bahwa tidak semua laki-laki menyebalkan serta tak setia. “Aku Sayang Ayah…”. 
(tulisan Devi Yanti Sahpitri, mahasiswa semester I, Jurusan Siyasah-B, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sumut/editing: Mursal Harahap, S.Ag, M. Kom. I)

TERIMA KASIH IBU...


by google
Ibu adalah manusia sangat istimewa yang dianugrahkan Tuhan kepada kita. Setiap pagi ibu selalu bangun lebih awal untuk mengurus keluarganya. Memasak, menyiapkan makanan, membersihkan rumah dan lain-lain.
Ibu bagaikan pahlawan bagiku, yang telah merawatku dari kecil hingga dewasa dengan ikhlas dan penuh kesabaran. Terlebih lagi ibu tidak pernah meminta balasan. Dialah sosok pertama yang selalu mengusahakan kebahagaiaanku, sosok pertama yang selalu ingin mengetahui keadaanku melebihi keadaannya sendiri.
Ibuku adalah orang yang baik. Dia tidak pernah marah, tapi selalu tegas dan terkadang agak cerewet. Tapi aku yakin, tidak ada niat untuk membenci dibenaknya walaupun setitik.
Dia cantik (sayangnya banyak yang mengatakan kami tidak mirip). Dia juga tidak jago memilih baju. Terkadang harus lulus seleksi penampilan dulu, kalau ingin keluar rumah. Dia sangat dermawan, tapi kadang juga 'pelit', karena aku belum mengerti cara mengatur keuangan.
Ibuku berhati lembut, itu sebabnya ia tidak suka melihat adegan kekerasan di televisi. Terus, mudah sekali meneteskan air mata, kalau sedang menonton drama. Dia juga pendengar yang baik. Kami selalu berbagi keluh kesah, walau tidak selalu memberi solusi, tapi cukup membuatku tenang.
Aku sangat menyanyangi ibu. Ibu adalah figur yang sangat aku banggakan, sosok yang sangat hebat, kuat dan tangguh. Dengan segala beban hidup yang ditanggungnya sendirian, ibu tidak pernah mengeluh atas segala cobaan yang menggoyangkannya dan tetap semangat.
Ibu selalu mendoakan kebahagiaanku dan adik-adikku. Aku berjanji akan selalu menjaganya dihari tuanya. Berdoa semoga suatu saat bisa membahagiakannya, membalas semaksimal mungkin jasa-jasanya, air matanya dan jerih payahnya.
Maafkan aku ibu yang belum bisa membalas jasa-jasamu, kadang membantah, melawan dan menyakiti harimu. Ingin sekali rasanya bisa cepat-cepat membalas segala pengorbannya.
Terima kasih ibu atas segala perjuangan, pengorbanan, semangat, keikhlasan dan jerih payahmu. Terima kasih untuk semua ini, terima kasih karena selalu ada untukku, terima kasih ibu. Jasa-jasamu tak terbalas, semoga engkau selalu berbahagia disepanjang hidupmu dan Allah melimpahkan keridhoan-Nya kepadamu. (tulisan Firda Arini, mahasiswa semester I Jurusan Akhwal Al Syakhsiyah Fak. Syariah dan Hukum UIN Sumut/editing Mursal Harahap, S.Ag, M.Kom.I)

CERITA PERNIKAHAN TEMANKU


Pada tanggal 30 April 2014 merupakan hari pernikahan teman sekuliahku. Pada hari itu ia telah diijab qabukan (dinikahkan), sekaligus mengakhiri zaman bujangannya. Dia merupakan anak sulung dari 4 orang adik beradik dari pasangan Noriah dan Abdillah dan diberi nama Faten Nuzirah binti Abdillah.
Hari yang bermakna itu telah dihadiri oleh teman-temannya yang jauh mahu pun dekat. Majelis ijab qabul diadakan di Masjid Bukit Tunggal. Penganti lelaki juga merupakan anak sulung dari 3 orang adik beradik. Pengantin lelaki bernama Abdullah.
Awal mula perkenalan mereka terjadi semenjak dari sekolah menengah. Abdullah merupakan abang teman akrabnya Faten. Selepas 4 tahun menjalin cintan cintun, mereka mengambil keputusan untuk mengikat tali pertunangan.
Semasa dalam pertunangan, hubungan mereka agak goyah dengan bermacam-macam ujian yang melanda. Dengan sebab itu, mereka mengambil keputusan untuk mempercepatkan pernikahan agar terhidar daripada ujian pertunangan.
Pada malam 30 April 2014, aku sama teman-temanku membantu Faten dan keluarganya menguruskan persiapan untuk hari pernikahan esoknya. Pada malam itu aku sama teman-temanku tidak merasa terbeban dengan kerja yang banyak, malah gembira. Malam ini merupakan malam terakhir aku sama teman-temanku meluangkan masa bersama Faten. Selepas itu Faten akan meluangkan masa bersama pasangan hidupnya. 
Pada 1 Mei 2014 diadakam majelis walimatul ursy dan majelis persandingan antara Faten dengan pasangannya. Mereka bagaikan pinang dibelah dua. Faten dan Abdullah memakai pakaian yang sedondong dan cantik. Pada hari itu, ramai sanak saudara, jiran tetangga dan kaum kerabat yang datang untuk meramaikan majelis tersebut. Kami juga telah berpakat memakai pakaian yang sedondong.
Pada saat penganti lelaki datang, kami mengiringi Faten untuk bertemu pasangannya. Disitu juga pihak penganti lelaki dan perempuan menukar dulang hantaran yang dibawa. Faten dan pasangannya berjalan beriringan menuju pelaminan yang telah siap dihia dengan bunga dan lampu yang begitu cantik sekali.
Tetamu yang hadir ketika itu turur menyaksikan sesi fotografi. Aku dan teman-temanku turut serta dalams esi fotografi tersebut sebagai kenangan di hari bahagia Faten dan pasangannya.(tulisan Nurul Ayuni Syazwani binti Alias, mahasiswa semester I Jurusan Akhwal Al Syakhsiyah Fak. Syariah dan Hukum UIN Sumut/editing Mursal Harahap, S.Ag, M.Kom.I)

Jumat, 23 Desember 2016

UNTAIAN KATA BUAT IBU

Do’aku rindu padamu, kasih sayang dan kelembutanmu, kuingin tidur dipangkuan ibu. Ku selalu menangis dalam senyum dan tawa ku. 
Terkadang ku merasa cemburu pada teman-teman seusiaku yang tiap harinya, ibu mereka bisa memeluk, mengelus kepala dan mencium kening mereka dengan penuh kasih sayang dan tatapan lembut ibu.

Ibu...
Engkau pernah menasehatiku, “Wahai anakku, jadilah orang yang takkan berbohong”. Tetapi kenapa ibu justru berbohong padaku, tentang kondisinya.
Ibu aku menyanyangi mu. Aku tahu kenapa ibu tidak memberitahukan keadaanmu saat ini. Ibu... ku selalu ingin mendengar nasehat-nasehatmu. Ku ingin mendengar kata-kata sabar yang selalu engkau lontarkan. Ibu ku ingin merasakan hangatnya pelukanmu.

Ibu...
Engkau yang mengajaku dari kecil hingga tumbuh dewasa, engkau yang setia menemaniku, engkau yang selalu menjadi penyemangatku dan engkau yang selalu menasehatkan sabar disetiap ujian hidup. Disaat ku mulai putus asa, engkau selalu berkata, “Kamu pasti bisa dengan berusaha lebih giat lagi nak”.

Ibu kau adalah wanita terhebatku, tak pernah mengeluh saat membimbing, mengasuh dan mendidikku. Engkau selalu sabat untuk membuat ku bahagia walau begitu beratnya beban yang engkau pikul.

Ibu...
Engkau adalah ibu sekaligus ayah bagiku. Kau membesarkan kami sendirian tanpa ayah. Engkau adalah wanita terkuat yang pernah aku kenal.

Ibu...

Engkau yang melahirkanku. Terima kasih kuucapkan padamu. Seluruh kebaikanmu tidak dapat kuungkapkan dengan kata dan tak akan bisa aku bayar dengan sebanyak apapun yang bisa kulakukan. Aku Sayang Ibu... (tulisan Rini Rizki, mahasiswa Fak. Syariah dan Hukum UIN Sumut/editing : Mursal Harahap, S.Ag. M.Kom.I)

‘MENGUASAI NEGARA’ DENGAN NARKOTIKA?

Siapa yang tidak tahu narkotika dan obat-obatan terlarang (Narkotika). Dalam beberapa dekade belakangan ini, topik narkoba seperti air mengalir tanpa henti, setiap menit, hari, minggu, bulan dan tahun selalu hadir di tengah masyarakat.
Serangan narkotika, tidak hanya menjadi kegelisahan ditingkat keluarga, tapi sudah menjadi momok bagi bangsa ini. 
Semua golongan juga sudah terpapar peredaran dan penyalahgunaan narkoba. Tua muda, miskin kaya, rakyat jelata dan pejabat tinggi, pria dan wanita, anak-anak dan dewasa, pelajar dan guru, mahasiswa dan dosen, kota dan desa. Bahkan yang tewas sudah banyak, apalagi direhabilitasi.
Melihat massifnya peredaran dan penyalahgunaan narkotika di Indonesia, hingga Kepala BNN Budi Waseso alias Buwas menegaskan Indonesia darurat narkoba, memunculkan pertanyaan. Apakah narkotika ini masih pada terminology sebuah kejahatan tindak pidana atau sudah bergeser pada terminology lain, yaitu penjajahan terhadap sebuah bangsa.
Kalau murni kejahatan tindak pidana, trend peredaran dan penyalahgunaan narkotika yang naik fantastis setiap tahun, rasanya janggal dalam logika. Sebab POLRI, TNI dan BNN serta seluruh pemangku kepentingan rakyat telah membulatkan tekad memerangi narkotika di Indonesia.
Kemudian dengan segala upaya, baik pencegahan, pengawasan serta penindakan yang telah dilakukan, apakah tidak ada efek jera yang lahir. Atau dari sekian banyak yang sudah ditangkap, diproses hukum direhabilitasi serta mati sia-sia tidak menjadi pelajaran bagi masyarakat. Rasanya kalau masih pada terminology narkotika adalah kejahatan tindak pidana, seluruh upaya tersebut pasti membuahkan hasil. Minimal, terminimalisir peredaran dan penyalahgunaannya.
Tapi bila terminologynya sudah bergeser menjadi bagian upaya untuk menguasai sebuah Negara, maka narkotika telah didesain menjadi alat perang yang shof dan murah meriah. Artinya narkotika adalah penjajahan modern, format baru tanpa mengerahkan pasukan dan senjata.
Kemudian jika ditanya siapa yang sedang menjajah Indonesia lewat narkotika, tentu untuk menjawabnya dibutuhkan kajian dan analisis terhadap fakta dan data-data secara konprehensif. Jangan sampai gegabah menuduh satu Negara, tanpa data, fakta dan bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.
Namun, terlepas belum adanya kajian dan analisis tersebut, salah satu upaya strategis dalam melawan penjajahan narkotika adalah dengan perubahan mindset (cara pandang) pemerintah dan masyarakat.
Akan sangat sulit memerangi narkoba jika mindset bangsa ini mengatakan bahwa narkoba murni kejahatan tindak pidana. Memang pada kondisi seperti itu, tidak lahir semangat nasionalisme. Tidak muncul giroh melawan penjajah, dan tidak akan lahir kesadaran bahwa Negara sedang terancam oleh bangsa lain yang menjajah menggunakan narkotika.
Sebaliknya, jika narkotika dipandang adalah bentuk sebuah penjajahan, maka akan muncul semangat juang untuk membela dan mempertahankan eksistensi bangsa dari ancaman apapun, termasuk narkoba. Akan lahir kesepakatan bernegara untuk melawan penjajah. Inilah yang harus dilakukan, sehingga upaya Negara lain yang ingin mengusai Negara Indonesia lewat narkotika bisa kita lawan. Semoga seluruh upaya yang dilakukan bangsa ini melawan narkotika dan penjajahan lewat narkotika diridhoi Allah SWT, amin ya robbal alamin. (***)

Selasa, 20 Desember 2016

IBU... RATU HATIKU


Tidak ada yang dapat menggantikan pengorbanan seorang ibu. Sebab pengorbanannya melebihi kekuatan cinta dan kasih sayang yang begitu dahsyat. 
foto by google
Ibu rela mengorbankan miliknya yang terbaik demi anak-anaknya. Pengorbanan itu dimulai sejak kita berada di dalam kandungan, yang membutuhkan waktu sekitar 9 bulan. Tidak ada yang bisa menggantikan beratnya perjuangan ibu, besarnya pertahatiannya. Ibu sanggup sakit-sakitan, agar anak dalam kandungannya baik, dan lahir dan kondisi sehat.
Setelah kita lahir, tuntutan akan pengorbanan ibu terus belanjut, di saat anak masih anak bawah umur lima tahun (Balita). Anak yang belum mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, sehingga seluruhnya harus disiapkan ibu. Meski demikian, ibu tetap tersenyum dengan tulus. Apalagi ketika anaknya dalam kondisi sakit, ibu selalu memberi kan perawatan terbaik. Ketika dalam bahaya, ibu hadir dan tampil di depan seba gai pelindung dan penyelamat.
Saat usia anaknya remaja, berbagai kenakalan yang dilakukan sang anak tidak lantas membuat ibu lelah dan menyerah. Nasehat dan keteladan hidup terus ditransformasikan, meskipun terkadang nasehat dan keteladan ibu seringkali diabaikan anak-anaknya.
Hingga anak-anaknya dewasa, ternyata pengorbanan ibu tetap belum usai. Ketika anak jatuh bangun membangun dunianya, ibu yang selalu selalu setia member dukungan dan semangat. Karena ibu adalah sosok paling bahagia disaat anaknya meraih sukses. Apalagi kalau kesuksesan itu membawa manfaat bagi masyarakat dan lingkungannya.
Ketika saat anak memasuki tahap untuk membina rumah tangga dengan pilihan hatinya, ibu tidak serta merta menghilangkan perhatian dan penjagaanya seperti yang dilakukan selama ini. Bahkan ibu menjelma menjadi orang yang selalu siap memberikan bantuan agar anaknya sukses membina rumah tangga.
Itulah ibu, sesorang yang tidak dapat dipresentasikan hanya dengan sebutan dan tulisan, apalagi hanya sekedar pahlawan atas pengorbanan yang telah dilakukannya. Jiwa dan raga dipertaruhkan untuk anaknya, sejak anak dalam kandungan hingga ia dewasa dan membina rumah tangga.
Lebih dari itu, dalam setiap nafas ibu, selalu terlantun doa-doa untuk buah hatinya kelak setelah besar menjadi anak soleh dan solehah. Atas seluruh pengorbanan yang dilakukan seorang ibu, ia akan tetap bersemi dihati para anak-anaknya. Dia akan selalu dikenang, disaat masih hidup dan ketika dia sudah tiada.
Ibu adalah ratu nan bijaksana, ratu yang tidak pernah lelah dan menyerah, ratu yang selalu tampil terdepan, ratu yang tidak pernah alpa mendoakan kebaikan dan kesuksesan  anak-anaknya serta ratu yang tak pernah ragu dalam membela dan melindungi anak-anaknya.

Semoga semua ibu, selalu Allah berikan kesehatan, keselamatan, kebahagiaan dan umur yang berkah. Dan semoga para ibu yang sudah menghadap Sang Ilahi Robbi, dihapuskan dosa dan kesalahannya, dilapangkan kuburnya, ditempat di surga, amin ya robbal alamin. (Tulisan Sitti Wardah Binti Hatimul Ahsom, mahasiswa semester I, jurusan Alkhwal al Syakhsiyah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sumut/ editing Mursal Harahap, S.Ag, M. Kom.I)

Kamis, 15 Desember 2016

PENGETAHUN PALING SEMPURNA ADALAH AL QUR’AN

Kenangan bersama Ayahanda 
Acara selanjutnya...!
Tausiyah Al Mukarrom Ayahanda Pimpinan Pondok Pesantren Syekh Ahmad Daud. Begitu saya mendengar protokol menyampaikan mata acara berikutnya dari podium utama,  tanpa berpikir panjang, posisi tempat duduk sedikit ku geser, karena tak mau ketinggalan. Bang Bunyamin juga ikut menggeser tempat duduknya.
Sponton Bang Bunyamin mengatakan, “Saya senang ayahanda masih bisa memberikan nasehatnya, saya selalu merindukan lantunan nasehat-nasehat beliau”. Dalam hati saya memanjatkan do’a, “Ya Allah, panjangkan umur guru kami ini, amin”.
Sebelum menyampaikan tausiyah, hujan baru saja berhenti, hembusan angin sepoi-sepoi menambah dinginnya malam. Sementara, suara gaduh anak-anak mengaji masih terdengar, disebabkan ada yang belum dapat konji-konji (panganan yang disediakan panitia saat pengajian/peringatan hari besar Islam).
Belum ada salam, tapi suara khas itu terdengar. Suara yang membuat bergetar jiwa dan raga, suara yang barangkali setan pun akan ketakutan jika mendengar alunannya. Suara yang hanya dapat dipahami hati. Suara yang hingga detik ini menjadi cambuk dikala lalai mengingat Sang Khalik. “Masiap na mambagi konji-konji i?, Cepat bo, so mulai hita! (cepatlah agar kita mulai).
Seperti dihamtam air bah, saat itu juga suasana menjadi hening. Salampun terucap, tak seperti muballigh di-tv, hanya ucapan hamdalah, shalawat dan salam, pengajian pun dimulai.



Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Ali Imran : 18).
Yang mangakui adanya Allah ada 3 golongan. Pertama Allah, kedua Malaikat dan ketiga Ulul Ilmi. Golongan ketiga inilah yang menjadi kewajiban kita. Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mengenal diri kita sendiri.
Sekarang banyak manusia yang tidak mengenal dirinya. Lihatlah anak-anak tadi, baru kelas 1 sudah berbicara marbagas (pernikahan), oppung-oppung pun (nenek/kakek) begitu tak sadar diri, sudah tua berlagak muda, dari penampilan dan cara berpakaian.
Kemudian, manusia itu terdiri dari 2. Pertama jasad dan kedua ruh. Ibarat sebuah kota, badan adalah kota tempat segala kehidupan di dalamnya. Mobil, rumah, sawah, sekolah dan jabatan tempatnya adalah badan. Yang menjadi rajanya adalah akal. Ketika akal menjadi raja yang lalim, alamat akan hancurlah kota tersebut. Oleh karena itu, sang raja sejak dini harus diberi pengetahuan dan pengetahuan paling sempurna adalah al Qur’an.
Lalu siapa yang jadi bala tentaranya? Mereka adalah panca indra dan pancca bathin. Tentara inilah yang menjaga rakyatnya agar tidak leluasa keluar masuk kota. Bila tentara lemah,  kerajaan akan mudah goyah dan bahkan binasa akhirnya.
Sementara rakyatnya bernama nafsu, Ammaroh (nafsu syaiton), Lawwamah (nafsu binatang) dan nafsu muthmainah. Ketiga nafsu ini ada dalam diri kita. Untuk itu tentara harus benar-benar menjaganya. Terdakang sudah ada pengawal, bisa juga kecolongan, banyangkan jika tanpa pengawalan, alamat akan binasalah kota itu.
Karena itu, ingatlah. Terkadang Allah SWT membiarkan dosa kecil yang kita lakukan, agar suatu saat kita menyadari kesalahan yang kita perbuat. Kita tidak boleh lebih takut kepada yang johir (nyata) ketimbang kepada yang ghaib. Sebab yang ghaib itu mengawasi kita sepanjang waktu.
Inilah mungkin inti maulid tahun ini yang dapat saya tuliskan dari apa yang disampaikan ayahanda kita. Tentu dalam penulisan ini ada kekurangan, untuk itu kepada keluarga besar ayahanda saya mohon maaf, tidak ada niat lain semata rasa hormat dan kemuliaan beliua dimata kami. Seloroh adalah tak pantas dari kami dan izinkan kami tetap menjadi muridmu duhai Ayahanda kami.
Tulisan ini saya sampaikan semata-mata untuk berbagi dengan rekan-rekan se-Aek Litta dimanapun berada. Ayahanda kita berpesan, “Jika ananda semua masuk surga, tolong bawa saya. Dan jika saya masuk surga, saya berjanji akan membawa ananda juga”. Ini adalah kata tausiyah terakhir beliau pada acara maulid tersebut.
Sehabis acara ayahanda juga memberi nasehat lagi, “Orangtuamu dua, orangtua lahir, ima namangalahirkon ho. Paduana orangtua bathin, ima guru-gurumu. Rap sarupo doi, rap indo tola durhaka. Murka ni haduana, murka ni Tuhan mai, jago da ulang durhako iba namar ina, ulang durhako namar guru”.
Zaman on mamatobang. Jeges dibaen namambaca al Qur’an i, adong do guru i mambaca, “Halalal toyyibah” manjadi “Halalan tu iba”, tu sia halal tu halak inda. Tu halak malodoi mandokkon na ulang korupsi, ulang manipu, ulang margabus. Tibo tu sia manjadi “Halalan tu iba, boti ma on,”.
(Tulisan Taufik Akbar Hasibuan, alumni PPSAD tahun 2005/ditulis kembali Mursal Harahap, S.Ag, M.Kom.I alumini PPSAD tahun 1995)


Sabtu, 10 Desember 2016

95 CONNETION FASYIH UIN SU GALANG DANA UNTUK ACEH

Gempa bumi berkekuatan 6,5 SR yang mengguncang beberapa daerah di Provinsi Aceh, di antaranya ; Busugan, Meukobrawang, Pangwabaroh, Meuko puue, Tanjong, Meukorumpuet, Panteraja, Angkieng, Pohroh dan lainnya.
Pusat gempa bumi terletak pada 5,25 LU dan 96,24 BT, tepatnya di darat pada jarak 106 km arah tenggara Kota Banda Aceh pada kedalaman 15 km.
Sebagai sesama anak bangsa, tentu kita turut berduka cita atas musibah yang terjadi di Aceh, dan dalam rangka ikut berperan serta meringankan beban warga Aceh yang menjadi korban gempa, 95 Connection melakukan penggalangan dana dan bantuan.
“Kami mengetuk hati sahabat-sahabat 95 Connection menyisihkan sebagai rezekinya untuk disumbangkan kepada korban gempa di Aceh,” kata Ketua 95 Connection Mursal Harahap, S.Ag, M. Kom.I.
Direncanakan, bantuan dari sahabat-sahabat akan disalurkan secara langsung kepada korban gempa. Bentuk bantuannya akan disesuaikan dengan kebutuhan mendesak para korban gempa yang kini berada di pengungsian.
Oleh karena itu, kami sangat berharap uluran tangan dari sahabat-sahabat 95 Connection, dan semoga apa yang kita lakukan ini menjadi bagian dari amal kebajikan kita semua di mata Allah SWT.
Sekedar informasi, 95 Connection adalah wadah yang didirikan alumni Fakultas Syariah IAIN Sumut (kini menjadi UIN Sumut), stambuk 1995. Wadah ini dibentuk pada saat reuni yang dilaksanakan beberapa bulan yang lalu di Aula UIN Sumut.
Saat ini, donasi yang telah diberikan sahabat-sahabat 95 Connection sudah mencapai Rp6.000.000. Selain dalam bentuan uang, ada juga bantuan berbentuk barang yang diberikan sahabat-sahabat 95 connection.

Kami masih menunggu donasi dari sahabat-sahabat yang lain, sebelum bantuan ini kita salurkan, ada atas bantuannya kami ucapkan terima kasih. (***)
 

SERAMBI MEKAH KEMBALI BERDUKA

Warga Aceh  berduka
Serambi Mekah kembali berduka setelah gempa berkekuatan 6,5 skala ritcher mengguncang jelang subuh. Sebagian warga sudah bangun untuk melaksanakan shalat, namun ada juga yang masih tertidur. Gempa yang datang tiba-tiba, sontak mengagetkan. Bahkan tidak sedikit yang menjadi korban tertimpa reruntuhan bangunan. 
Tentu ada yang meninggal, ada juga yang hanya mengalami luka-luka. Gempa bumi tersebut telah membuka luka lama, ketika musibah yang sama terjadi pada 2004 silam. Tak hanya mengakibatkan sejumlah bangunan, gempa Aceh yang terjadi Rabu (9/12) pagi pun memupuskan harapan Yusra Fitriani. Persiapan acara preh linto yakni budaya Aceh menunggu calon mempelai laki-laki, sudah dipersiapkan di salah satu rumah Gampong Dayan Timu, Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya.
Suharnas dan kekasihnya, Yusra Fitriani, harusnya mengikat janji suci sebagai pasangan suami istri pada Kamis 8 Desember. Namun, nasib berkata lain. Calon pengantin pria, Suharnas, harus menghadap Sang Ilahi setelah gempa mengguncang Aceh, Rabu 7 Desember 2016 pagi.Saat gempa 6,5 Skala Ritcher mengguncang Aceh, Suharnas tengah berada di rukonya, Meureudu, Pidie Jaya.
Dia tak sempat menyelamatkan diri sehingga tertimbun reruntuhan bangunan. Selain Suharnas, 3 orang adik, kakak, dan seluruhanggota keluarganya yang datang dari Padang untuk menghadiri acara perkawinannya, juga tewas terjebak dalam puing-puing ruko."Hari ini adalah hari pernikahan antara saudara kita di Padang ini dengan orang di Pidie Jaya ini, cuman Allah berkata lain, semua keluarga yang datang pada malam itu semuanya sudah meninggal," ujar kerabat korban, Yusri Abubakar, Kamis 8 Desember 2016.
Tidak hanya Suharnas dan keluarganya, setidaknya di Komplek Ruko di Ulee Gle, Pidie Jaya ini 23 orang tewas terjebak reruntuhan bangunan. Sementara 40 ruko ambruk meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarga dan orang-orang tercinta.
Gempa Aceh juga menewaskan pasangan suami istri, H Rajali dan Harfiah. Keduanya tewas terjebak di reruntuhan ruko mereka di Desa Meusanah Kaye, Jato, Sigli. Sang suami terjebak usai berwudu dan hendak menunaikan salat Subuh.
Pada pukul 11.00 WIB, jasad Rajali berhasil dievakuasi. Tubuhnya yang sudah terbujur kaku ditemukan di dekat pintu masuk ruko. Sementara jasad sang istri hingga pukul 14.00 WIB Rabu 7 Desember, belum ditemukan."Mereka terperangkap saat suaminya jelang (salat) subuh, habis wudu," kata Joni,salah seorang warga yang tempat tinggalnya tidak jauh dari lokasi kejadian.
Beberapa jam setelah gempa, alat-alat berat mulai mengeruk puing-puing dan material bangunan yang runtuh, sehingga berhasil menemukan sebagian korban."Dia (korban) sempat keluar untuk salat Subuh, tapi ke rumah lagi pas gempa selamatkan istrinya," kata Joni.
Pencarian korban gempa di Aceh
Bencana gempa memang tak memilih-milih korbannya. Di gampong (Desa) Kuta Pangwa, Kecamatan Tringgadeng, Pidie Jaya, seorang ibu yang tengah hamil hamil tujuh bulan ikut menjadi korban. "Almarhum sedang hamil dan masuk bulan ketujuh," kata Sekretaris Gampong (Desa) Kuta Pangwa, Kecamatan Tringgadeng, Zulkifli, dengan mata berkaca-kaca sembari menunjuk jenazah korban yang terbujur kaku di antara jenazah korban lainnya. (***)