Warga Aceh berduka |
Serambi Mekah kembali berduka setelah gempa
berkekuatan 6,5 skala ritcher mengguncang jelang subuh. Sebagian warga sudah
bangun untuk melaksanakan shalat, namun ada juga yang masih tertidur. Gempa yang
datang tiba-tiba, sontak mengagetkan. Bahkan tidak sedikit yang menjadi korban
tertimpa reruntuhan bangunan.
Tentu ada yang meninggal, ada juga yang hanya
mengalami luka-luka. Gempa bumi tersebut telah membuka luka lama, ketika
musibah yang sama terjadi pada 2004 silam. Tak hanya mengakibatkan sejumlah
bangunan, gempa Aceh yang terjadi Rabu (9/12) pagi pun memupuskan harapan Yusra
Fitriani. Persiapan acara preh linto yakni budaya Aceh menunggu calon mempelai
laki-laki, sudah dipersiapkan di salah satu rumah Gampong Dayan Timu, Meureudu,
Kabupaten Pidie Jaya.
Suharnas dan kekasihnya, Yusra Fitriani, harusnya mengikat
janji suci sebagai pasangan suami istri pada Kamis 8 Desember. Namun, nasib
berkata lain. Calon pengantin pria, Suharnas, harus menghadap Sang Ilahi
setelah gempa mengguncang Aceh, Rabu 7 Desember 2016 pagi.Saat gempa 6,5 Skala
Ritcher mengguncang Aceh, Suharnas tengah berada di rukonya, Meureudu, Pidie
Jaya.
Dia tak sempat menyelamatkan diri sehingga tertimbun reruntuhan bangunan.
Selain Suharnas, 3 orang adik, kakak, dan seluruhanggota keluarganya yang
datang dari Padang untuk menghadiri acara perkawinannya, juga tewas terjebak
dalam puing-puing ruko."Hari ini adalah hari pernikahan antara saudara
kita di Padang ini dengan orang di Pidie Jaya ini, cuman Allah berkata lain,
semua keluarga yang datang pada malam itu semuanya sudah meninggal," ujar
kerabat korban, Yusri Abubakar, Kamis 8 Desember 2016.
Tidak hanya Suharnas dan
keluarganya, setidaknya di Komplek Ruko di Ulee Gle, Pidie Jaya ini 23 orang
tewas terjebak reruntuhan bangunan. Sementara 40 ruko ambruk meninggalkan
kesedihan mendalam bagi keluarga dan orang-orang tercinta.
Gempa
Aceh juga menewaskan pasangan suami istri, H Rajali dan Harfiah. Keduanya tewas
terjebak di reruntuhan ruko mereka di Desa Meusanah Kaye, Jato, Sigli. Sang
suami terjebak usai berwudu dan hendak menunaikan salat Subuh.
Pada pukul 11.00
WIB, jasad Rajali berhasil dievakuasi. Tubuhnya yang sudah terbujur kaku
ditemukan di dekat pintu masuk ruko. Sementara jasad sang istri hingga pukul
14.00 WIB Rabu 7 Desember, belum ditemukan."Mereka terperangkap saat
suaminya jelang (salat) subuh, habis wudu," kata Joni,salah seorang warga
yang tempat tinggalnya tidak jauh dari lokasi kejadian.
Beberapa jam setelah
gempa, alat-alat berat mulai mengeruk puing-puing dan material bangunan yang
runtuh, sehingga berhasil menemukan sebagian korban."Dia (korban) sempat
keluar untuk salat Subuh, tapi ke rumah lagi pas gempa selamatkan
istrinya," kata Joni.
Pencarian korban gempa di Aceh |
Bencana gempa memang tak memilih-milih
korbannya. Di gampong (Desa) Kuta Pangwa, Kecamatan Tringgadeng, Pidie Jaya,
seorang ibu yang tengah hamil hamil tujuh bulan ikut menjadi
korban. "Almarhum sedang hamil dan masuk bulan ketujuh," kata
Sekretaris Gampong (Desa) Kuta Pangwa, Kecamatan Tringgadeng, Zulkifli, dengan
mata berkaca-kaca sembari menunjuk jenazah korban yang terbujur kaku di antara
jenazah korban lainnya. (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar