Sabtu, 10 Desember 2016

SERAMBI MEKAH KEMBALI BERDUKA

Warga Aceh  berduka
Serambi Mekah kembali berduka setelah gempa berkekuatan 6,5 skala ritcher mengguncang jelang subuh. Sebagian warga sudah bangun untuk melaksanakan shalat, namun ada juga yang masih tertidur. Gempa yang datang tiba-tiba, sontak mengagetkan. Bahkan tidak sedikit yang menjadi korban tertimpa reruntuhan bangunan. 
Tentu ada yang meninggal, ada juga yang hanya mengalami luka-luka. Gempa bumi tersebut telah membuka luka lama, ketika musibah yang sama terjadi pada 2004 silam. Tak hanya mengakibatkan sejumlah bangunan, gempa Aceh yang terjadi Rabu (9/12) pagi pun memupuskan harapan Yusra Fitriani. Persiapan acara preh linto yakni budaya Aceh menunggu calon mempelai laki-laki, sudah dipersiapkan di salah satu rumah Gampong Dayan Timu, Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya.
Suharnas dan kekasihnya, Yusra Fitriani, harusnya mengikat janji suci sebagai pasangan suami istri pada Kamis 8 Desember. Namun, nasib berkata lain. Calon pengantin pria, Suharnas, harus menghadap Sang Ilahi setelah gempa mengguncang Aceh, Rabu 7 Desember 2016 pagi.Saat gempa 6,5 Skala Ritcher mengguncang Aceh, Suharnas tengah berada di rukonya, Meureudu, Pidie Jaya.
Dia tak sempat menyelamatkan diri sehingga tertimbun reruntuhan bangunan. Selain Suharnas, 3 orang adik, kakak, dan seluruhanggota keluarganya yang datang dari Padang untuk menghadiri acara perkawinannya, juga tewas terjebak dalam puing-puing ruko."Hari ini adalah hari pernikahan antara saudara kita di Padang ini dengan orang di Pidie Jaya ini, cuman Allah berkata lain, semua keluarga yang datang pada malam itu semuanya sudah meninggal," ujar kerabat korban, Yusri Abubakar, Kamis 8 Desember 2016.
Tidak hanya Suharnas dan keluarganya, setidaknya di Komplek Ruko di Ulee Gle, Pidie Jaya ini 23 orang tewas terjebak reruntuhan bangunan. Sementara 40 ruko ambruk meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarga dan orang-orang tercinta.
Gempa Aceh juga menewaskan pasangan suami istri, H Rajali dan Harfiah. Keduanya tewas terjebak di reruntuhan ruko mereka di Desa Meusanah Kaye, Jato, Sigli. Sang suami terjebak usai berwudu dan hendak menunaikan salat Subuh.
Pada pukul 11.00 WIB, jasad Rajali berhasil dievakuasi. Tubuhnya yang sudah terbujur kaku ditemukan di dekat pintu masuk ruko. Sementara jasad sang istri hingga pukul 14.00 WIB Rabu 7 Desember, belum ditemukan."Mereka terperangkap saat suaminya jelang (salat) subuh, habis wudu," kata Joni,salah seorang warga yang tempat tinggalnya tidak jauh dari lokasi kejadian.
Beberapa jam setelah gempa, alat-alat berat mulai mengeruk puing-puing dan material bangunan yang runtuh, sehingga berhasil menemukan sebagian korban."Dia (korban) sempat keluar untuk salat Subuh, tapi ke rumah lagi pas gempa selamatkan istrinya," kata Joni.
Pencarian korban gempa di Aceh
Bencana gempa memang tak memilih-milih korbannya. Di gampong (Desa) Kuta Pangwa, Kecamatan Tringgadeng, Pidie Jaya, seorang ibu yang tengah hamil hamil tujuh bulan ikut menjadi korban. "Almarhum sedang hamil dan masuk bulan ketujuh," kata Sekretaris Gampong (Desa) Kuta Pangwa, Kecamatan Tringgadeng, Zulkifli, dengan mata berkaca-kaca sembari menunjuk jenazah korban yang terbujur kaku di antara jenazah korban lainnya. (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar