Dia adalah sosok
laki-laki penuh kesabaran, tanggungjawab, tegas, kuat, pekerja keras dan
bijaksana. Dibenci tapi dirindu, terasa tepat untuk menjelaskan posisinya.
Sifatnya yang
tegas dan terkesan protektif, membuat dirinya terkesan dibenci. Lalu sifatnya
yang selalu siap memberikan perlindungan dan bertanggungjawab, sehingga
kehadirannya selalu dirindukan. Di dalam keluarga, ia adalah seorang pemimpin,
imam serta panutan. Dia adalah Ayah.
Ayah adalah satu
kata yang mengingatkan akan sosok laki-laki kuat, bertanggungjawba, pekerja
keras dan bijaksana. Meskipun dalam prakteknya dalam kehidupan, jika seseorang
dihadapkan pada pilihan, lebih ingin dekat dengan ibu atau ayah, kebanyakan
para anak lebih memilih ibunya.
Pilihan inilah
yang kemudian melahirkan rasa cemburu para ayah. Cemburu karena anak-anaknya
lebih memilih dekat kepada ibu. Meskipun banyak pendapat mengamini dan menilai
adalah sebuah kewajaran jika anak-anak lebih memilih ibu daripada ayah. Kedekatan
seorang ibu dengan anaknya. Padahal kasih sayang yang
diberikan sama, hanya saja penyampaian berbeda.
Ayah setiap hari membanting tulang, mencari nafkah demi kelangsungan
hidup keluarga. Apakah kita tahu yang diinginkan setelah lelah bekerja. Ia
ingin sekali kita ada didekatnya dan
menanyakan keadaannya.
Tapi terkadang
kita asik dengan gadget. Hal itu menimbulkan rasa cemburu pada ayah. Ayah yang
tadinya ingin mendapat perhatian mu, tidak ia dapatkan karena kesibukanmu
dengan gadget. Perasaannya kecewa, yang awalnya ingin membuatmu senang
dengan memberikan fasilitas akan tetapi tidak digunakan dengan
baik.
Sebenarnya ia
ingin melarangmu, tapi ia takut menyakiti hatimu. Walaupun ia cemburu dengan
perlakuanmu yang terlalu asik dengan gadget. Ia hanya diam saja. Kalaupun rasa
cemburu tidak bisa dibendung, ia tidak sengaja membentakmu untuk menyalurkan
kecemburuannya, agar kita tahu membagi waktu dengannya, dan tidak hanya
asik dengan gadget.
Tapi terkadang hal itu membuat kita marah. Hatinya hancur melihatmu malah balik marah padanya, tapi ia tetap berusaha bijaksana. Ia tidak ingin membujukmu, namun menyuruh ibu membujukmu. Sekali lagi ini dilakukan agar tetap terlihat bijaksana dihadapanmu.
Tapi terkadang hal itu membuat kita marah. Hatinya hancur melihatmu malah balik marah padanya, tapi ia tetap berusaha bijaksana. Ia tidak ingin membujukmu, namun menyuruh ibu membujukmu. Sekali lagi ini dilakukan agar tetap terlihat bijaksana dihadapanmu.
Dan ketika kita
meminta izin keluar rumah, ia tidak memperbolehkannya. Tahukah kamu
alasan mengapa ayah melarangmu, ia takut bahaya-bahaya yang ada
di luar sana. Bathinnya sangat bergejolak, karena ia sangat ingin menuruti
keinginanmu tapi tetap menjagamu.
Ketika saat
libur, ia sebenarnya ingin sekali menghabiskan waktunya bersamamu, mendapatkan
perhatianmu dan merasakan diistemewakan walaupun sehari saja. Akan tetapi kita
asik menghabiskan waktu libur bersama teman-teman. Ayah ingin melarang, tapi ia
takut, takut membuatmu sedih dan akhirnya merelakanmu pergi.
Ketika ayah
melihatmu mulai dekat dengan seorang pria, lagi-lagi ia merasa cemburu. Ia
cemburu karena perhatianmu terbagi dengan orang lain dan sekali lagi ia tidak
terlalu berani melarangmu karena ia tahu bahwa kau sudah beranjak dewasa. Ia
hanya bisa melihatmu dan menjagamu dari jauh. Semua rasa cemburunya terlihat
seperti rasa marah, hanya kita tidak mengerti apa yang dia rasakan.
Ia hanya minta
perhatianmu, perhatian yang kau berikan kepada ibu, gadget, tema-teman dan pada
pria yang telah mencuri perhatianmu. Ia ingin perhatian itu dicurahkan
kepadanya walaupun hanya sehari saja. Tapi akan kita tahu tentang hal itu,
bahkan kita kebanyakan acuh dengan keinginan dan kecemburuan tersebut. (Tulisan :Yuliana, mahasiswa Semester I, Jurusan Siyasah- B, Fakultas Syariah, UIN Sumut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar