Kamis, 03 Maret 2016

FILASAF AIR (Menang Dengan Mengalah)

"Ibarat air, pemimpin itu harus lebih mendahulukan kelembutan dan ketulusan, bukan kekerasan dan pemaksaan. Pemimpin itu harus mempunyai kemampuan untuk cepat beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang yang dipimpinnya, sehingga kehadirannya dapat diterima semua golongan"
***
Ada dua buah benda yang bersahabat karib, yaitu besi dan air. Besi seringkali membanggakan dirinya sendiri dan menyom-bongkan diri pada sahabatnya. “Lihat ini aku, aku kuat dan ke-ras. Aku tidak se perti kamu, yang lemah dan lunak,” ucap besi. Air hanya diam mendengarkan tingkah sahabatnya itu.
Suatu hari, besi menantang air berlomba menembus suatu gua dan mengatasi segala rintangan yang ada di sana. Aturannya barang siapa yang dapat melewati gua itu dengan selamat tanpa terluka, maka ia dinyatakan menang.
Rintangan pertama mereka ialah, harus melalui penjaga gua, yaitu batu-batu yang keras dan tajam. Besi mulai menunjukkan kekuatannya, ia menabrakkan dirinya ke batu-batu itu. Tetapi karena kekerasannya, batu-batu itu mulai runtuh menyerangnya, dan besipun banyak terluka dalam perlawanan itu.
Air melakukan tugasnya. Ia menetes sedikit demi sedikit untuk melawan bebatuan. Dengan lebut, ia mengikis bebatuan itu sehingga bebatuan lainnya tidak terganggu. Ia hanya melubangi seperlunya untuk lewat, tetapi tidak merusak yang lainnya. Skor 1 : 0 untuk kemenangan air dalam rintangan ini.
Rintangan kedua adalah, mereka harus melalui berbagai celah sempit untuk sampai didasar gua. Besi mengubah dirinya menjadi mata bor yang kuat. Ia mulai berputar untuk menembus celah-celah itu. Tetapi, celah-celah tersebut cukup sulit untuk ditembus. Semakin keras ia memutar, memang celah semakin hancur, tetapi ia pun semakin terluka.
Tibalah giliran air. Dengan santainya, ia mengubah diri mengikuti bentuk celah-celah tersebut. Ia mengalir santai. Karena bentuknya yang bisa berubah, ia bisa mengalir melalui celah-celah itu itu dengan leluasa tanpa terluka. Air menang, skor 2 : 0 untuk kekalahan besi dalam tantangan ini.
Rintangan ketiga ialah mereka harus dapat melewati suatu lembah dan tiba di luar gua. Besi kesulitan mengatasi rintangan ini, ia tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya ia berkata, skor kita 2 : 0, aku mengakui kehebatanmu jika dapat melalui rintangan terakhir ini.
Airpun mulai menggenang. Sebenarnya ia pun kesulitan mengatasi rintangan ini. Tetapi, air membiarkan sang matahari membantunya menguap. Air terbang dengan ringan menjadi awan dengan bantuan angin yang meniupnya ke seberang, kemudian menjadi mendung, lalu air turun sebagai hujan. Air menang telah atas besi dengan skor 3 : 0.
***
Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini adalah jadikan hidup anda seperti air. Air memperoleh sesuatu dengan kelembutan, tanpa merusak dan mengacaukan yang lain. Meskipun ia bergerak pelan dan sedikit demi sedikit, tetapi ia dapat menembus bebatuan yang keras. Ingat, hati seseorang hanya dapat dibuka dengan kelembutan dan kasih, bukan dengan paksaan dan kekerasan. Kekerasan hanya menimbulkan dendam, dan paksaan hanya menuai keinginan membela diri.
Air selalu mengubah bentuknya sesuai dengan lingkungan. Ia fleksibel dan tidak kaku. Karena itu, ia dapat diterima oleh lingkungannya. Dan, saat air mengalami kesulitan dalam mengatasi masalah, ia tidak mengandalkan kekuatannya sendiri. Ia dikarunia kemampuan untuk mengubah dirinya menjadi uap.
Air bersifat mengalah, namun selalu tidak pernah kalah. Air mematikan api dan membersihkan kotoran. Jika sekiranya akan terkalahkan, air meloloskan diri dalam bentuk uap dan kembali mengembun. Air merapuhkan besi sehingga hancur menjadi abu. Bila bertemu batu karang, ia akan berbelok untuk kemudian meneruskan perjalannya kembali.
Air dapat menjernihkan udara sehingga angin menjadi mati (saat hujan turun). Air dapat menaklukkan hambatan dengan segala kerendahan hati. Air sadar, tidak ada satu kekuatan pun yang dapat mencegah perjalannya menuju lautan. Air menang dengan mengalah, ia tidak pernah menyerang, namun selalu menang pada akhir perjuangannya.
Air adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh manusia agar tetap hidup. Bahkan seluruh makhluk hidup pasti membutuhkan air. Kehadiran air di dunia ini sangat memberikan manfaat besar, penting dan selalu dibutuhkan semua makhluk. Air dapat larut dengan bahan lain untuk memberikan cita rasa yang berbeda-beda, seperti sirup, kopi, teh, atau pun jus.
Tapi air juga sanggup mendatangkan bahaya. Tengok saja, tsunami, banjir dan tanah longsor. Sekali air menunjukkan kekuatannya dalam kemarahan, tidak ada satupun yang sangguh untuk menghentikannya.
So…! Sanggupkan manusia menjadi seperti air? Air yang memberikan manfaat, kesejukan, kenikmatan dan kepuasan saat meneguknya. Bisakah manusia dilebur bersama manusia lain sehingga menjadi unik dan dinamis? Bahkan, dapat menghasilkan karya kritis dan produktif laksana air sungai yang terus mengalir?
Sesungguhnya manusia yang efektif adalah manusia yang berkontribusi bagi sesamanya, tidak diam. Air yang diam akan menjadi kotor dan sumber penyakit.
Karena mempunyai masa, air akan ditarik oleh gaya gravitasi bumi sehingga ia mengalir ke tempat yang lebih rendah. Akan tetapi ketika molekul air mengecil, air bisa menuju tempat yang lebih tinggi, itulah yang terjadi pada proses penguapan air. Setelah molekul air yang menguap berkumpul menjadi awan, lama kelamaan air menjadi berat, akhirnya jatuh menjadi hujan.
Ketika manusia merendahkan diri, maka derajatnya akan naik. Sebaliknya ketika mereka merasa besar, maka derajat mereka akan jatuh. Ada kehidupan dalam air yang mengalir, tetapi di dalam air yang tergenang, terdapat berbagai penyakit. Bahkan, ada yang tidak terdapat kehidupan di dalamnya. Oleh karena itu, manusia harus terus bergerak, karena berhenti berarti penyakit bahkan kematian.
Filsafat air ini sebenarnya adalah guru terhebat bagi seorang pemim pin yang berkeinginan meraih ke-suksesan. Ibarat air, pemimpin itu harus lebih mendahulukan kelem-butan dan ketulusan, bukan keke-rasan dan pemaksaan. Pemimpin itu harus mempunyai kemampuan untuk cepat beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang yang dipimpinnya, sehingga kehadirannya dapat diterima semua golongan.
Seorang pemimpin dalam meng-hadapi masalah, tidak boleh stagnan atau berhenti pada satu pertimbangan, karena berhenti berakti mati, atau dengan kata lain jika berhenti mencari solusi terbaik, maka keputusan yang diambil tidak akan mendatangkan manfaat seperti yang diharapkan semua orang.

Pemimpin dengan kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki tidak lantas menjadikannya jumawa dan merasa paling benar. Tapi pemimpin itu harus dapat berubah dan memberikan kontribusi serta kesempatan kepada orang lain untuk membantunya. Pemimpin juga harus mampu menghadirkan berbagai taste atau rasa, sehingga orang-orang yang ada disekelilingnya bisa merasakan kehadirannya. Jadi, mari kita belajar kepada air, karena sesungguhnya kita semua adalah pemimpin, dan semoga Allah meridhoi dan membantu kita, amin. (***)     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar